Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengambilan Contoh Sampling Pengolahan dan Analisis Data

Gambar 5. Kerangka penelitian

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Rimbawan Muda Indonesia RMI yang terletak di Jl. Sempur No. 55. Bogor. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September – Nopember 2013.

3.3. Metode Pengumpulan Data

1. Penelitian Lapangan Field Research

Pengumpulan data lapangan ini dilakukan dengan melalui diskusi terfokus focus group discussion dan penyebaran kuesioner kepada seluruh staf RMI. Materi diskusi terfokus lebih banyak menggali tentang kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang yang dimiliki oleh lembaga RMI. Sedangan materi kuesioner akan dititikberatkan pada beberapa pertanyaan yang berkaitan Visi dan Misi RMI Identifikasi Manajemen Pengetahuan Organisasi Audit Kualitas Pengetahuan Audit Kualitas Pembelajaran Audit Kualitas Proses Pengelolaan Pengetahuan Penyelarasan Sistem KM dengan Strategi Organisasi Rekomendasi Strategi Organisasi Focus Group Discussion Analisis Deskriptif Analisis Hirarki Proses AHP dengan penilaian kualitas pembelajaran dan kualitas proses pengelolaan pengetahuan. 2. Penelitian Kepustakaan Study Literature Pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku, skripsi, makalah, jurnal, dokumen lembaga RMI serta literatur lainnya yang berhubungan dan menunjang topik penelitian.

3.4. Metode Pengambilan Contoh Sampling

Metode pengambilan contoh dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu metode diskusi terfokus dan metode sensus. Diskusi terfokus digunakan untuk memeriksa komponen kualitas pengetahuan yang dilakukan pada top management RMI yang berjumlah 5 orang yang terdiri dari Direktur Eksekutif 1 orang, Deputi Keuangan dan Sumberdaya 1 orang dan 3 orang Manager. Selain itu di level top management juga dilakukan pengisian kuesioner untuk menganalisis penyelarasan sistem KM dengan strategi yang dapat diimplementasikan RMI. Sedangkan metode sensus digunakan untuk memeriksa komponen audit kualitas pembelajaran dan komponen kualitas proses pengelolaan pengetahuan yang melibatkan seluruh staf Rimbawan Muda Indonesia RMI yang berjumlah 13 orang dengan menyebarkan daftar kuesioner yang telah disusun.

3.5. Pengolahan dan Analisis Data

3.1.1 Focus Group Discussion FGD

Focus Group Discussion FGD merupakan cara untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal organisasi secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi. Metode ini untuk menilai kualitas pengetahuan yang berkembang di organisasi untuk menentukan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan Strength dan peluang Opportunities, dan secara bersamaan menimalkan kelemahan Weakness dan ancaman Threats. Hasil identifikasi seluruh faktor tersebut kemudian dilakukan pemilihan berdasarkan tingkat kepentingan organisasi dengan memberikan tanda prioritas. Hasil pemberian tanda berkontribusi pada pemilihan 4 - 5 faktor penting bagi organisasi. Faktor-faktor yang terpilih kemudian menjadi landasan peneliti untuk menyusun dan menganalisa rancangan strategi serta memetakan posisi organisasi yang sesuai dengan peta pengetahuan yang dikembangkan oleh Zack 1999. Rancangan strategi disusun berdasar pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan juga meminimalkan kelemahan dan ancaman. Seluruh strategi yang berhasil disusun dimasukkan ke dalam matriks prioritas pilihan strategi yang kemudian dikaitkan dengan visi organisasi yaitu dengan memberikan bobot penilaian tingkat keterkaitan. Mengukur tingkat keterkaitan tersebut menggunakan lima interval, yaitu 1 tidak terkait, 2 kurang terkait, 3 terkait, 4 sangat terkait, 5 netral. Hasil pembobotan kemudian akan dipilih 7 tujuh strategi prioritas organisasi.

3.1.2 Analisis Dekriptif

Penilaian manajemen pengetahuan dilakukan untuk mendapatkan persepsi anggota organisasi terhadap penerapan manajemen pengetahuan yang telah dilakukan organisasi melalui analisis deskriptif. Analisis deskriptif ini bersifat uraian atau penjelasan dengan membuat tabel-tabel, mengelompokkan dan menganalisis berdasarkan pada hasil jawaban kuesioner. Kajian penilaian komponen kualitas pembelajaran dan komponen kualitas pengelolaan pengetahuan organisasi dilakukan berdasarkan kuesioner Munir 2008. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dengan menggunakan skala likert, yaitu dengan memberi skor pada masing-masing jawaban responden berdasarkan bobot tertentu. Lima interval yang digunakan kuesioner ini adalah 5 Netral, 4 Sangat Setuju, 3 Setuju, 2 Kurang Setuju dan 1 Tidak Setuju. Pendapat responden yang tercantum dalam kuesioner sesuai bobot penilaian kemudian akan dirata-ratakan secara keseluruhan untuk mendapatkan nilai keseluruhan terhadap masing-masing komponen. Skor yang sudah diperoleh kemudian akan dibandingkan dengan rentang skor untuk memperoleh pemaknaan. Munir 2008 menyarankan bahwa untuk komponen kualitas pembelajaran akan dibandingkan dengan rentang skor pemaknaan hasil untuk komponen kualitas pembelajaran, seperti yang tercantum pada Tabel 7. Tabel 7 Pemaknaan hasil untuk komponen kualitas pembelajaran Rentang Skor Pemaknaan 81 – 100 Organisasi telah memiliki karakteristik organisasi pembelajar 61 – 80 Organisasi telah memiliki dasar yang baik untuk menjadi organisasi pembelajar 41 – 60 Organisasi telah memiliki beberapa karakteristik untuk menjadi organisasi pembelajar 21 - 40 Organisasi perlu melakukan pembenahan besar-besaran untuk menjadi organisasi pembelajar Sumber : Munir 2008 Sedangkan komponen kualitas pengelolaan pengetahuan akan dibandingkan dengan rentang skor pemaknaan hasil untuk komponen kualitas pengelolaan pengetahuan, seperti yang tersaji pada Tabel 8. Selanjutnya dapat diinterpretasikan dan dianalisis sesuai dengan skor yang diperoleh. Tabel 8 Pemaknaan hasil untuk komponen kualitas pengelolaan pengetahuan Rentang Skor Pemaknaan 48 – 64 Organisasi telah memiliki proses-proses pengelolaan pengetahuan yang baik 32 – 47 Organisasi telah memiliki beberapa karakteristik untuk menjadi organisasi pembelajar 16 – 31 Organisasi perlu menyusun rencana pengembangan proses pengelolaan pengetahuan secara lebih rinci Sumber: Munir 2008

3.1.3 Analisis Hirarki Proses AHP

Metode analisis AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970an yang menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Saaty 1993 menyebutkan bahwa hirarki didefinisikasn sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level, dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria dan seterusnya kebawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki tersebut, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan lebih terstruktur dan sistematis. Dalam implementasinya, penulis akan melakukan serangkaian tahapan metode analisis AHP, yaitu: 1. Mendefinisikasi masalah dan menentukan solusi yang ingin diselesaikan di dalam organisasi. 2. Membuat struktur hirarki yang diawali tujuan utama, kemudian dilanjutkan kebawahnya dengan menentukan kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan. Hirarki dilanjutkan dengan sub kriteria jika diperlukan. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan pairwise comparison yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibanding elemen lainnya. 4. Mendefinisikasi perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya sebanyak n x n-12 buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Skala perbandingan berpasangan dan maknanya yang dipekenalkan oleh Saaty dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini. Tabel 9 Pemaknaan dari skala perbandingan berpasangan Skala Pemaknaan 1 Kedua elemen sama pentingnya. Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya. Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen lainnya, pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya. Satu elemen yang kuat disokong dan dominan dalam praktek 9 Suatu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya. Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan. Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara 2 pilihan Kebalikan = Jika untuk aktivitas i menjadi satu angka dibandingan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i Sumber: Saaty 1993 5. Menghitung nilai eugen dan menguji konsistensinya. Jika nilai tidak konsisten maka pengambilan data perlu diulangi 6. Mengulangi lagkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki 7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Perhitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai setiap kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai- nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata 8. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Rasio konsistensi yang diharapkan adalah mendekati dari atau sama dengan 10. Jika nilai nya lebih dari 10, maka penilaian data judgement harus diperbaiki Struktur model AHP untuk mengidentifikasi strategi organisasi dalam penerapan manajemen pengetahuan dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Struktur model AHP penyelarasan sistem KM dalam organisasi Menyelaraskan Sistem Knowledge Management dalam Organisasi RMI SosialSDM Budaya Organisasi Teknologi Direktur Eksekutif Deputi Kantor dan Sumberdaya Manager Knowledge Management Hard Variables Soft Variables Pakar Independen Strategy Stucture System Style Staff Skill Share Values

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Organisasi

Rimbawan Muda Indonesia RMI merupakan sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan untuk mendukung konservasi sumberdaya alam di Indonesia dengan melaksanakan program-program penelitian dan aksi lapangan yang berhubungan dengan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat. RMI yang berdiri pada tanggal 18 September 1992 dan berkedudukan di Bogor. Saat ini RMI beralamatkan di Jl. Sempur No. 55. Bogor. RMI memiliki status hukum Yayasan dengan Akta Notaris No. 37 dengan Notaris Muljanie Sjafei, SH. Yayasan menurut UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, bahwa Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, dan tidak mempunyai anggota. Adapun Visi RMI adalah “Terwujudnya kedaulatan rakyat, perempuan dan laki-laki atas tanah dan kekayaan alam untuk mewujudkan sistem penghidupan berkelanjutan”. Strategi pencapaian visi lembaga diterjemahkan kedalam Misi RMI yang terdiri dari: a. Memberdayakan kelompok petani, perempuan dan laki-laki dalam memperjuangkan hak-hak atas tanah kekayaan alam untuk penghidupan berkelanjutan b. Mengawal proses-proses penyusunan kebijakan menuju kebijakan pengelolaan tanah dan kekayaan alam yang berkeadilan dan menjamin penghidupan berkelanjutan bagi masyarakat miskin, perempuan dan laki-laki c. Menggalang aksi kolektif untuk mengakui dan menjamin hak-hak rakyat, perempuan dan laki-laki atas tanah dan kekayaan alam d. Mengembangkan sistem pengelolaan pengetahuan Knowledge Management System melalui proses-proses pembelajaran akseleratif yang mampu melintasi batas-batas antara pengetahuan dan aksi Roda organisasi Rimbawan Muda Indonesia pada dasarnya dijalankan oleh seluruh organ Yayasan RMI, yakni Dewan Pembina, Dewan Pengawas dan Dewan