Maloklusi Klas I Maloklusi Klas II

Pada 1899, Edward Angle memperkenalkan klasifikasi maloklusi berdasarkan relasi mesio-distal gigi, lengkung dental dan rahang. Klasifikasi Angle ini masih digunakan hingga sekarang karena sederhana untuk diterapkan. 5,6 Angle berpendapat molar satu permanen maksila adalah kunci oklusi. Berdarsakan relasi molar satu permanen mandibula dengan molar satu permanen maksila, Angle mengklasifikasikan maloklusi kedalam tiga Klas utama yaitu Klas I, Klas II, dan Klas III. 2,5-7,19,21-22

a. Maloklusi Klas I

Maloklusi Klas I Angle menunjukkan relasi molar yang normal. Cusp mesiobukal molar satu permanen rahang atas beroklusi pada bukal groove molar satu permanen rahang bawah. 5 Pada maloklusi Klas I Angle ini, garis oklusi tidak tepat akibat adanya satu atau lebih gigi yang malposisi maupun rotasi tetapi tidak mempengaruhi hubungan normal molar satu permanenseperti yang terlihat pada gambar 11. 19,21 Pada maloklusi Klas I dapat terlihat beberapa manifestasi seperti crowding, spacing, rotasi, gigi yang hilang, dll. Maloklusi Klas I memiliki relasi skeletal normal dan juga fungsi otot yang normal. Faktor lokal yang menyebabkan maloklusi Klas I dapat berupa gigi impaksi, anomali ukuran, jumlah dan bentuk gigi yang mengakibatkan maloklusi yang terlokalisasi. Maloklusi lain yang sering dikategorikan sebagai Klas I adalah bimaksilari protrusi dimana pasien memiliki hubungan molar Klas I tetapi gigi geligi pada rahang atas dan bawah terletak di posisi yang lebih maju sehingga mempengaruhi profil wajah. 5 Rahang bawah terletak pada relasi mesiodistal yang normal terhadap rahang atas, dengan posisi cusp mesiobukal molar satu rahang atas beroklusi dengan groove bukal molar satu permanen rahang bawah dan cusp mesiolingual molar satu permanen rahang atas beroklusi dengan fossa oklusal molar satu permanen rahang bawah ketika rahang dalam posisi istirahat dan gigi dalam keadaan oklusi sentrik. 6 Pada maloklusi Klas I, ujung gigi kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama seperti ujung distal gigi kaninus bawah. Gigi premolar atas berinterdigitasi dengan cara yang sama dengan gigi premolar bawah. Jika gigi insisivus berada pada inklinasi yang tepat, overjet insisal adalah sebesar 3 mm. 7 Gambar 11. Maloklusi Klas I Angle 20

b. Maloklusi Klas II

Maloklusi ini memiliki karakteristik cusp distobukal molar satu permanen rahang atas beroklusi dengan groove bukal molar satu permanen rahang bawahgambar 12. 5 Rahang mandibula dalam posisi lebih ke distal daripada rahang maksila pada maloklusi Klas II ini. Cusp mesiobukal molar satu permanen rahang atas beroklusi dengan ruang diantara cusp mesiobukal molar satu permanen rahang bawah dan dengan bagian distal premolar dua rahang bawah. Selain itu, cusp mesiolingual molar satu permanen rahang atas beroklusi lebih ke mesial dari cusp mesiolingual molar satu permanen rahang bawah. 6 Gambar 12. Maloklusi Klas IIAngle 20 Berdasarkan angulasi labiolingual insisivus rahang atas, Angle mengklasifikasikan maloklusi Klas II dalam dua divisi, yaitu: 5,6 1. Klas II divisi 1 Maloklusi Klas II divisi 1 memiliki karakteristik adanya proklinasi atau labioversi insisivus rahang atas 5,6 sehingga overjet meningkat gambar 13. 5 Overbite yang berlebih pada regio anterior dapat terjadi. Pada maloklusi ini juga menunjukkan adanya aktivitas otot yang abnormal. Bibir atas biasanya hipotonik, pendek dan inkompeten. Bibir bawah berkontak dengan bagian palatal gigi rahang atas merupakan salah satu gambaran Klas II divisi 1 yang disebut sebagai “lip trap”. 5 Gambar 13. Maloklusi Klas II divisi 1 Angle 6 2. Klas II divisi 2 Maloklusi Klas II divisi 2 juga memiliki relasi molar Klas II tetapi karakteristik maloklusi ini adalah adanya inklinasi lingual atau lingoversi gigi insisivus sentralis rahang atas dan insisivus lateral rahang atas yang lebih ke labial ataupun mesial sehingga overlap pada insisivus sentralis gambar 14. 5,6 Pada maloklusi Klas II divisi 2 biasanya pasien menunjukkan overbite anterior yang berlebih deep anterior overbite. 5 Gambar 14. Maloklusi Klas II divisi 2 Angle 6 Klas II Subdivisi Ketika relasi molar Klas II terjadi pada satu sisi rahang saja maka maloklusi tersebut adalah sebagai subdivisi dari divisi yang terlibat. 6 Contohnya apabila relasi molar Klas II pada satu sisi rahang baik divisi 1 maupun divisi 2 dan relasi molar Klas I pada sisi lainnya maka dapat disebut sebagai Klas II divisi 1 subdivisi atau Klas II divisi 2 subdivisi. 5

c. Maloklusi Klas III