Rancangan Penelitian Populasi Penelitian Variabel Penelitian Definisi Operasional

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang distribusi maloklusi pada pasien di departemen ortodonsia RSGMP FKG USU tahun 2009-2013. 3.2Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di departemen ortodonsia FKG USU pada bulan November 2014 – Januari 2015.

3.3 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh rekam medik dan model studi pasien di departemen ortodonsia RSGMP FKG USU klinik S-1 selama 5 tahun terakhir yaitu 2009-2013.

3.4 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah subjek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian yaitu rekam medik dan model studi pasien yang datang ke departemen ortodonsia RSGMP FKG USU klinik S-1 tahun 2009-2013 dengan menggunakan teknik purposive sampling. Besar sampel ditentukan dengan rumus penaksiran proporsi populasi dengan ketelitian absolut absolute precision: � = �� 2 . �. 1 − � � 2 Keterangan : n : besar sampel Z α : derajat kepercayaan 95 maka Z = 1,96 P : proporsi pada populasi penelitian sebelumnya hasil penelitian Oshagh dkk., tahun 2010 menunjukkan prevalensi maloklusi Klas I sebagai prevalensi tertinggi yaitu 52 d : presisi mutlak 5 � = 1,96 2 . 0,52. 0,48 0,05 2 � = 385 Maka, sampel yang diambil peneliti adalah 385 rekam medik dan model studi dengan 77 sampel setiap tahunnya.

3.4.1 Kriteria Inklusi

• Rekam medik dan model studi yang lengkap di departemen ortodonsia RSGMP FKG USU tahun 2009-2013 • Rekam medik dan model studi dalam keadaan baik • Rekam medik dan model studi milik pasien dalam periode gigi bercampur • Rekam medik dan model studi milik pasien yang gigi molar satu permanennya sudah erupsi sempurna 3.4.2Kriteria Eksklusi • Rekam medik tidak lengkap • Model studi yang rusak

3.5 Variabel Penelitian

1. Usia 2. Jenis kelamin 3.Maloklusi berdasarkan klasifikasi Angle : • Maloklusi Klas I • Maloklusi Klas II • Maloklusi Klas II divisi 1 • Maloklusi Klas II divisi 2 • Maloklusi Klas II subdivisi • Maloklusi Klas III • Maloklusi Klas III subdivisi 4. Bentuk-bentuk umum maloklusi : • Crowding • Spacing • Crossbite anterior • Crossbite posterior • Overjet normal • Overjet berlebih protrusi • Overbite normal • Deep bite • Open bite • Edge to edge

3.6 Definisi Operasional

1. Rekam medik adalah catatan medis pasien di departemen ortodonsia RSGMP FKG USU tahun 2009-2013 2. Model studi adalah model cetakan gigi rahang atas dan rahang bawah pasien di departemen ortodonsia RSGMP FKG USU tahun 2009-2013 sebelum perawatan 3. Usia adalah usia yang tercatat dalam rekam medik pasien yang datang ke departemen ortodonsia RSGMP FKG USU tahun 2009-2013 4. Jenis kelamin adalah jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan yang tercatat pada rekam medik pasien yang datang ke departemen ortodonsia RSGMP FKG USU tahun 2009-2013 5. Maloklusi Klas I adalah maloklusi menurut klasifikasi Angle berdasarkan relasi molar satu permanen dimana cusp mesiobukal molar satu permanen rahang atas beroklusi pada bukal groove molar satu permanen rahang bawah 6. Maloklusi Klas II adalah maloklusi menurut klasifikasi Angle berdasarkan relasi molar satu permanen dimana cusp mesiobukal molar satu permanen rahang atas beroklusi dengan ruang diantara cusp mesiobukal molar satu permanen rahang bawah dan dengan bagian distal premolar dua rahang bawah ataupun cusp mesiobukal molar satu permanen rahang atas berada lebih mesial dari bukal groove molar satu permanen rahang bawah 7. Maloklusi Klas II divisi 1 adalah maloklusi yang memiliki relasi molar Klas II tetapi memiliki karakteristik adanya proklinasi atau labioversi insisivus rahang atas 8. Maloklusi Klas II divisi 2 adalah maloklusi yang memiliki relasi molar Klas II tetapi memiliki karakteristik adanya inklinasi lingual atau lingoversi gigi insisivus sentralis rahang atas dan insisivus lateral rahang atas yang lebih ke labial ataupun mesial sehingga overlap pada insisivus sentralis 9. Maloklusi Klas II subdivisi adalah maloklusi yang memiliki hubungan molar Klas II hanya pada satu sisi rahang sedangkan sisi rahang yang lain memiliki hubungan molar Klas I 10. Maloklusi Klas III adalah maloklusi menurut klasifikasi Angle berdasarkan relasi molar satu permanen dimana cusp mesiobukal molar satu permanen rahang atas beroklusi dengan ruang interdental diantara molar satu dan molar dua permanen rahang bawah ataupun cusp mesiobukal molar satu permanen rahang atas berada lebih distal dari bukal groove molar satu permanen rahang bawah 11. Maloklusi Klas III subdivisi adalah maloklusi yang memiliki hubungan molar Klas III hanya pada satu sisi rahang sedangkan sisi rahang yang lain memiliki hubungan molar Klas I 12. Crowding adalah keadaan gigi berjejal pada studi model yang dilihat secara visual dengan adanya gigi yang tidak pada susunan yang seharusnya malalignment ataupun adanya gigi yang tumpang tindih dengan gigi lain 13. Spacing adalah keadaan gigi bercelah pada studi model yang dilihat secara visual adanya celah antara satu gigi dengan gigi lain akibat adanya gigi dengan morfologi yang abnormal, kebiasaan buruk dilihat dalam rekam medik pasien, premature loss dan supernumerary teeth 14. Crossbite anterior adalah keadaan dimana gigi anterior atas terdapat sebelah lingual gigi anterior bawah baik yang melibatkan 1 gigi maupun lebih 15. Crossbite posterior adalah keadaan dimana gigi posterior atas terdapat sebelah lingual dari gigi posterior bawah baik yang melibatkan 1 gigi atau lebih dan unilateral maupun bilateral 16. Overjet normal adalah jarak horizontal antara insisivus sentralis atas dan insisivus sentralis bawah ketika model dioklusikan dengan ukuran normal 2-4 mm yang diukur menggunakan penggaris 17. Overjet berlebih protrusi adalah keadaan dimana jarak overjet lebih dari ukuran normal lebih dari 4 mm yang diukur dengan menggunakan penggaris 18. Overbite normal adalah jarak vertikal antara tepi insisal insisivus atas ke tepi insisal insisivus bawah ketika model dioklusikan dengan ukuran normal 2-4 mm yang diukur dengan menggunakan penggaris 19. Deep bite adalah keadaan dimana jarak overbite lebih dari normal lebih dari 4 mm yang diukur dengan menggunakan penggaris 20. Open bite adalah keadaan dimana tidak terdapat jarak vertikal antara gigi pada rahang atas dan bawah ataupun tepi insisal insisivus atas tidak berkontak dengan tepi insisal insisivus rahang bawah 21. Edge to edge adalah keadaan dimana tepi insisal gigi insisivus rahang atas bertemu dengan tepi insisal gigi insisivus rahang bawah sehingga tidak terdapat overjet dan overbite

3.7 Alat dan Bahan Penelitian a. Alat