Klasifikasi maloklusi oleh Angle

Derajat keparahan maloklusi berbeda-beda dari rendah ke tinggi yang menggambarkan variasi biologi individu. 1 Bentuk-bentuk penyimpangan ini harus dikelompokkan kedalam kategori-kategori yang lebih kecil sehingga diperlukan klasifikasi maloklusi. 5 Klasifikasi maloklusi merupakan deskripsi penyimpangan dentofasial berdasarkan karakterisktik umum.Berdasarkan bagian pada oral dan maksilofasial yang mengalami penyimpangan, maloklusi dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: 6 1. Malposisi gigi individual Malposisi gigi individual merupakan malposisi masing-masing gigi terhadap gigi tetangga yang berada pada rahang yang sama maka disebut juga intra-arch malocclusion. Bentuk-bentuk dari malposisi gigi individual ini adalah seperti inklinasi mesial, inklinasi distal, inklinasi lingual, inklinasi labialbukal, infra oklusi, supra oklusi, rotasi dan transposisi. 2. Malrelasi rahang Maloklusi ini memiliki karakteristik adanya relasi abnormal antara gigi atau sekelompok gigi pada satu rahang dengan rahang lain maka disebut juga inter-arch malrelation. Malrelasi ini dapat terjadi dalam tiga bidang, yaitu sagital, vertikal dan transversal. 3. Maloklusi skeletal Maloklusi ini terjadi akibat defek pada struktur skeletal itu sendiri. Defek tersebut dapat berupa defek ukuran, posisi atau hubungan antara tulang rahang. Selain klasifikasi di atas, beberapa ahli telah mengemukakan klasifikasi maloklusi, yaitu:

2.3.2.1 Klasifikasi maloklusi oleh Angle

Pada 1899, Edward Angle memperkenalkan klasifikasi maloklusi berdasarkan relasi mesio-distal gigi, lengkung dental dan rahang. Klasifikasi Angle ini masih digunakan hingga sekarang karena sederhana untuk diterapkan. 5,6 Angle berpendapat molar satu permanen maksila adalah kunci oklusi. Berdarsakan relasi molar satu permanen mandibula dengan molar satu permanen maksila, Angle mengklasifikasikan maloklusi kedalam tiga Klas utama yaitu Klas I, Klas II, dan Klas III. 2,5-7,19,21-22

a. Maloklusi Klas I

Maloklusi Klas I Angle menunjukkan relasi molar yang normal. Cusp mesiobukal molar satu permanen rahang atas beroklusi pada bukal groove molar satu permanen rahang bawah. 5 Pada maloklusi Klas I Angle ini, garis oklusi tidak tepat akibat adanya satu atau lebih gigi yang malposisi maupun rotasi tetapi tidak mempengaruhi hubungan normal molar satu permanenseperti yang terlihat pada gambar 11. 19,21 Pada maloklusi Klas I dapat terlihat beberapa manifestasi seperti crowding, spacing, rotasi, gigi yang hilang, dll. Maloklusi Klas I memiliki relasi skeletal normal dan juga fungsi otot yang normal. Faktor lokal yang menyebabkan maloklusi Klas I dapat berupa gigi impaksi, anomali ukuran, jumlah dan bentuk gigi yang mengakibatkan maloklusi yang terlokalisasi. Maloklusi lain yang sering dikategorikan sebagai Klas I adalah bimaksilari protrusi dimana pasien memiliki hubungan molar Klas I tetapi gigi geligi pada rahang atas dan bawah terletak di posisi yang lebih maju sehingga mempengaruhi profil wajah. 5 Rahang bawah terletak pada relasi mesiodistal yang normal terhadap rahang atas, dengan posisi cusp mesiobukal molar satu rahang atas beroklusi dengan groove bukal molar satu permanen rahang bawah dan cusp mesiolingual molar satu permanen rahang atas beroklusi dengan fossa oklusal molar satu permanen rahang bawah ketika rahang dalam posisi istirahat dan gigi dalam keadaan oklusi sentrik. 6 Pada maloklusi Klas I, ujung gigi kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama seperti ujung distal gigi kaninus bawah. Gigi premolar atas berinterdigitasi dengan cara yang sama dengan gigi premolar bawah. Jika gigi insisivus berada pada inklinasi yang tepat, overjet insisal adalah sebesar 3 mm. 7 Gambar 11. Maloklusi Klas I Angle 20

b. Maloklusi Klas II

Maloklusi ini memiliki karakteristik cusp distobukal molar satu permanen rahang atas beroklusi dengan groove bukal molar satu permanen rahang bawahgambar 12. 5 Rahang mandibula dalam posisi lebih ke distal daripada rahang maksila pada maloklusi Klas II ini. Cusp mesiobukal molar satu permanen rahang atas beroklusi dengan ruang diantara cusp mesiobukal molar satu permanen rahang bawah dan dengan bagian distal premolar dua rahang bawah. Selain itu, cusp mesiolingual molar satu permanen rahang atas beroklusi lebih ke mesial dari cusp mesiolingual molar satu permanen rahang bawah. 6 Gambar 12. Maloklusi Klas IIAngle 20 Berdasarkan angulasi labiolingual insisivus rahang atas, Angle mengklasifikasikan maloklusi Klas II dalam dua divisi, yaitu: 5,6 1. Klas II divisi 1 Maloklusi Klas II divisi 1 memiliki karakteristik adanya proklinasi atau labioversi insisivus rahang atas 5,6 sehingga overjet meningkat gambar 13. 5 Overbite yang berlebih pada regio anterior dapat terjadi. Pada maloklusi ini juga menunjukkan adanya aktivitas otot yang abnormal. Bibir atas biasanya hipotonik, pendek dan inkompeten. Bibir bawah berkontak dengan bagian palatal gigi rahang atas merupakan salah satu gambaran Klas II divisi 1 yang disebut sebagai “lip trap”. 5 Gambar 13. Maloklusi Klas II divisi 1 Angle 6 2. Klas II divisi 2 Maloklusi Klas II divisi 2 juga memiliki relasi molar Klas II tetapi karakteristik maloklusi ini adalah adanya inklinasi lingual atau lingoversi gigi insisivus sentralis rahang atas dan insisivus lateral rahang atas yang lebih ke labial ataupun mesial sehingga overlap pada insisivus sentralis gambar 14. 5,6 Pada maloklusi Klas II divisi 2 biasanya pasien menunjukkan overbite anterior yang berlebih deep anterior overbite. 5 Gambar 14. Maloklusi Klas II divisi 2 Angle 6 Klas II Subdivisi Ketika relasi molar Klas II terjadi pada satu sisi rahang saja maka maloklusi tersebut adalah sebagai subdivisi dari divisi yang terlibat. 6 Contohnya apabila relasi molar Klas II pada satu sisi rahang baik divisi 1 maupun divisi 2 dan relasi molar Klas I pada sisi lainnya maka dapat disebut sebagai Klas II divisi 1 subdivisi atau Klas II divisi 2 subdivisi. 5

c. Maloklusi Klas III

Maloklusi ini memiliki relasi molar Klas III dimana rahang bawah dalam hubungan mesial terhadap rahang atas, yaitu cusp mesiobukal molar satu permanen rahang atas beroklusi dengan ruang interdental diantara molar satu dan molar dua permanen rahang bawah seperti yang terlihat pada gambar 15. 5,6 Gambar 15. Maloklusi Klas III Angle 20 Maloklusi Klas III dapat diklasifikasikan dalam true Class III dan pseudo Class III 5,6 a. True Class III Ini merupakan maloklusi Klas III skeletal yang berasal dari genetik dimana dapat terjadi akibat beberapa hal berikut: 5 • Ukuran mandibula yang berlebih • Maksila yang lebih kecil dari ukuran normal • Kombinasi penyebab-penyebab di atas Insisivus rahang bawah memiliki inklinasi lebih ke lingual. Pasien dengan maloklusi ini dapat menunjukkan overjet normal, relasi insisivus edge to edge ataupun crossbite anterior. 5 b. Pseudo Class III Maloklusi ini dihasilkan dari pergerakan ke depan mandibula ketika penutupan rahang sehingga disebut juga maloklusi Klas III ‘postural’ atau ‘habitual’. 5 Mandibula pada maloklusi ini bergerak pada anterior fossa glenoid akibat kontak prematur dari gigi. 6 Klas III subdivisi Karakteristik dari maloklusi ini adalah ketika relasi molar Klas III hanya pada satu sisi rahang dan relasi Klas I pada sisi lainnya. 5,6 2.3.2.2Modifikasi klasifikasi maloklusi Angle oleh Dewey Pada 1915, Dewey membagi maloklusi Klas I Angle dalam 5 tipe dan maloklusi Klas III dalam 3 tipe. 5,6 a. Modifikasi Klas I oleh Dewey Tipe 1 : Maloklusi Klas I dengan gigi anterior rahang atas berjejal Tipe 2 : Klas I dengan insisivus maksila yang protrusi labioversi Tipe 3 : Maloklusi Klas I dengan crossbite anterior Tipe 4 : Relasi molar Klas I dengan crossbite posterior Tipe 5 : Molar permanen mengalami drifting mesial akibat ekstraksi dini molar dua desidui atau premolar dua b. Modifikasi Klas III oleh Dewey Tipe 1 : Ketika rahang atas dan bawah dilihat secara terpisah menunjukkan susunan yang normal, tetapi ketika rahang dioklusikan, pasien menunjukkan adanya gigitan edge to edge pada insisivus Tipe 2 : Insisivus rahang bawah berjejal dan menunjukkan relasi lingual terhadap insisivus rahang atas Tipe 3 : Insisivus rahang atas berjejal dan menunjukkan crossbite dengan anterior rahang bawah

2.3.2.3 Modifikasi klasifikasi maloklusi Angle oleh Lischer

Pada 1933, Lischer melakukan modifikasi terhadap klasifikasi Angle dengan mengganti nama Klas I, II dan III Angle dengan neutro-oklusi, disto-oklusi dan mesio-oklusi. Selain itu, Lischer juga mengklasifikasikan maloklusi gigi individual. 5,6 Neutro-oklusi : istilah sinonim maloklusi Klas I Angle Disto-oklusi : istilah sinonim maloklusi Klas II Angle Mesio-oklusi : istilah sinonim maloklusi Klas III Angle Nomenklatur Lischer pada malposisi individual gigi adalah dengan akhiran ‘versi’ pada kata yang diindikasikan penyimpangan dari posisi normal. 6 1. Mesioversi : lebih ke mesial dari posisi normal 2. Distoversi : lebih ke distal dari posisi normal 3. Linguoversi : lebih ke lingual dari posisi normal 4. Labioversi : lebih ke labial dari posisi normal 5. Infraversi : lebih ke inferior atau menjauh dari garis oklusi 6. Supraversi :lebih ke superior atau melewati garis oklusi 7. Aksiversi : inklinasi aksial abnormal, tipping 8. Torsiversi : rotasi gigi pada aksis panjangnya 9. Transversi : perubahan pada urutan posisi atau transposisi dua gigi

2.3.3 Etiologi