Proses Mengasapkan Ikan dan Mengasinkan Ikan Mencari Kayu

80 didapat lebih banyak ikan yang berukuran kecil seperti ikan juara padi, ikan bulan-bulan, ikan selais, sedangkan ikan berukuran besar hanya sekali dapat saja. Tangkapan ikan tersebut bisa di konsumsi sendiri dan juga bisa dijual. Sebelum mereka mengkonsumsi dan dijual terlebih dahulu ikan tersebut diolah menjadi ikan salai dan ikan asin.

4.6.2. Proses Mengasapkan Ikan dan Mengasinkan Ikan

Cara mengasapkan ikan tersebut terlebih dahulu kita membersihkan sisiknya, membuang isi perutnya, membuang kepalanya. Setelah ikan dicuci bersih maka siap untuk diasapkan. Ikan asap tidak perlu menggunkan bumbu apapun. Setelah itu menghidupkan api menggunakan potongan-potongan kecil kayu balok. Letakkan ikan diatas ap dengan menggunkan jaring kawat. Jarak api dan jaring kawat yaitu sekitar ½ meter – 1 meter. Ikan disapkan selama 1 hari apabila api ditunggu dan bisa hingga 1 hari 1 malam apabila api tidak rajin dilihat. Jika warna ikan sedah terlihat merah kehitaman maka ikan sudah matang dan bisa diangkat. Ikan yang diasapkan akan keras dagingnya. Ikan asap ini bisa disimpan hingga berbulan-bulan. Ikan salai yang dijual harganya bisa mencapai Rp 30.000kg- 60.000kg. 81 Sumber : Roida Silaban, 2014 Foto 10 : Mengasapkan Ikan Sedangkan cara pengelolahan ikan yang diasinin terlebih dahulu di bersihkan sisik, perut dan kepalanya. Setelah bersih kemudian diberikan garam. Ukurannya adalah 1 kg ikan maka menggunakan 1 bungkus garam. Selesai itu ikan tersebut di diamkan ikan yang sudah diberi garam selama 20 menit. Kemudian ikan tersebut dijemur diatas papan atau potongan seng. Jika matahari terik maka ikan tersebut dijemur selama 2 hari sudah bisa diangkat dan di konsumsi. Akan tetapi apabila musim hujan menjemur ikan asin memerlukan waktu antara 3-4 hari. Orang Sakai mengkonsumsi ikan asin dengan cara menggorengnya. Menurut mereka ikan asin yang mereka buat berbeda rasanya dengan ikan asin yang dijual. Ikan asin yang mereka buat dijual seharga Rp 20.000 – Rp 40.000kg Sumber : Roida Silaban, 2014 Foto 11 : Mengasin Ikan 82

4.6.3. Mencari Kayu

Orang Sakai yang tinggal disekeliling hutan memanfaatkan hutan tersebut dengan mengambil kayu. Kayu yang diambil antara lain kayu meranti, kayu rengas, kayu mentangur, kayu ramen, kayu kulim, kayu punak, kayu durian hutan, kayu merah, kayu pisang-pisang, rotan, damar, dan lain-lain. Kayu yang diambil untuk diolah biasanya kayu yang diameternya minimal sudah mencapai 20 cm. Kayu tersebut akan diolah menjadi kayu balok. Selain itu Orang Sakai juga mengambil kayu dalam bentuk kayu cerocok. Kayu cerocok yaitu kayu kecil berdiameter 5 cm yang biasanya digunakan untuk tiang-tiang penyangga dalam proses membangun rumah bertingkat. Orang Sakai yang mencari kayu biasanya dengan sistem mandah. Sistem mandah dilakukan Orang Sakai karena hutan-hutan yang dekat dengan pemukiman mereka sudah tidak ada lagi. Orang Sakai harus mencari kayu yang jauh yang mengharuskan mereka menyisir sungai. Misalnya berangkat dari rumah pukul 12.00 Wib menaiki samapan maka akan sampai ditempat mandah pukul 15.00 Wib. Mereka harus membawa bekal makanan beserta peralatan memasak dan perlengkapan tidur. Bekal yang dibawa seperti beras, telur, mie instan, dan sayuran yang tahan hingga berhari-hari. Biasanya yang pergi mandah adalah laki- laki dan anak laki-laki, sedangkan perempuan jarang ikut pergi mandah. Ketika pulang mandah mereka akan membawa kayu yang sangat banyak. Bisa mencapai 20 gandeng kayu dengan panjang sekitar 3-4 meter yang disusun panjang berbaris. Kayu-kayu gelondongan ini dilangsir melalui sungai dengan perahu mesin. Setelah dilangsir maka kayu-kayu ini akan diolah di kilang kayu ataupun langsung dijual. Bukan hanya Orang Sakai yang terlihat mencari kayu di 83 daerah ini. Ada pula orang dari suku lain seperti Orang Batak dan Orang Nias. Biasanya mereka menikah dengan Orang Sakai sehingga dapat masuk atau bergabung dengan Orang Sakai di Desa Petani tersebut. Sumber : Roida Silaban, 2014 Foto 5 : Hasil Mencari Kayu 84

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa kedatangan Orang Sakai di Desa Petani pada tahun 1989 yang dimana Desa Petani ini adalah kawasan hutan belantara yang tidak ada yang memiliki. Sehingga perusahaan-perusahaan datang untuk membuka hutan tersebut sebagai eksplorasi minyak. Tetapi dengan kedatangan perusahaan-perusahaan keadaan ekonomi orang sakai tidak semakin membaik, malah semakin merosot keadaan ekonomi mereka. Karena orang sakai ini mengira dengan kedatangan perusahaan- perusahaan ini mereka dapat di perkerjakan ke perusahaan tersebut tetapi tidak.

5.2 Saran

Saran dari hasil penelitian ini adalah kepada orang Sakai di Desa Petani agar meningkatkan minat sekolah anak-anak sakai hingga jenjang yang tinggi untuk masa depan. Dengan pendidikan yang tinggi maka akan memberikan peluang bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan dibidang lain dan tidak kembali memanfaatkan hutan yang berlebihan. Dengan pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik maka akan menaikkan tarif hidup Orang Sakai. Kepada perusahaan-perusahaan yang berada di wilayah Orang Sakai agar menjalin hubungan baik dengan orang sakai dan merangkul mereka untuk menemukan solusi dalam hal mata pencaharian demi kelangsungan hidup orang sakai. Bukan hanya memberikan bantuan-bantuan yang berupa materi dan sifatnya sementara saja. Melainkan memberikan pelatihan keterampilan pada orang sakai

Dokumen yang terkait

Dinamika Kehidupan Orang Sakai (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

2 95 187

Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

0 0 18

Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

0 0 2

Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

0 1 27

BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Letak Geografis, Luas Wilayah, Dan Lingkungan Alam 2.1.1 Letak Geografis - Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani, Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis,Riau

1 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani, Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis,Riau

0 0 32

Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani, Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis,Riau

0 0 15

Dinamika Kehidupan Orang Sakai (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

0 0 12

BAB 2 GAMBARAN UMUM 2.1 Sejarah Daerah Riau - Dinamika Kehidupan Orang Sakai (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

0 1 23

DINAMIKA KEHIDUPAN ORANG SAKAI (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

0 0 17