10 untuk dibandingkan dengan ekonomi pertanian pola tegalan para
transmigran. Perspektif studi ini adalah antropologi budaya, deskripsi etnografis tentang sistem perladangan cukup memadai, namun tanpa analisis
yang mendalam. Kesimpulannya ialah bahwa ekonomi pertanian transmigran cenderung lebih berkembang. Dalam arti mampu mencukupin kebutuhan
pokok sebagian besar rumah tangga dibandingkan dengan ekonomi perladangan penduduk asli yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok
yang sama. Dilahan perladangan bertanah kering yang sama, para transmigran menggunakan cangkul untuk menyuburkan tanaman padi dan
non padi, sedangkan penduduk asli tidak menggunakan cangkul dan pupuk. Aspek teknologis dan ekonomis lebih ditonjolkan dalam studi ini. Menurut
saya studi ini sangat menarik.
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, telah dijelaskan bahwa di dalam permasalahan pertanian khususnya pertanian di Desa Petani Kabupaten Riau,
sudah banyak mengalami perubahan mulai dari perubahan sistem berladang- berpindah, alat-alat yang dugunakan dalam berladang. Perubahan ini dilakukan
saat adanya penyuluhan dari Pemerintah, pemerintah datang untuk mengajari mereka bertani ataupun berladang. pertama kali yang mereka tanam adalah jagung
yang dimana pertumbuhan jagung tidaklah lama seperti tanaman lainnya.
Adapun permasalahan dari Sistem Berladang orang sakai tersebut adalah: 1.
Bagaimana sistem berladang orang sakai dengan seiringnya
perkembangan zaman?
11 2.
Perubahan teknologi apa saja yang dilakukan orang sakai dalam melakukan sistem berladang?
1.4. Ruang Lingkup Masalah dan Lokasi Penelitian
Yang menjadi ruang lingkup penulisan ini hanya berfokus pada “Sistem Berladang Orang S
akai” saja, dan Bagaimana Perubahan sistem Berladang itu dilihat dari segi pertanian Indonesia, pertanian di Riau dan juga sistem pertanian
di Desa petani, kabupaten Bengkalis,Riau. Mengingat ruang lingkup pembahasan nantinya akan semakin luas sekali, oleh karena itu saya hanya membatasi sekitar
masalah sistem pertanian orang sakai dan bagaimana “perubahan dalam berladang-berp
indah dan perubahan alat yang digunakan dalam pertanian” tersebut. Sehingga ruang lingkup masalah yang saya teliti hanya berfokus pada
satu objek masalah saja. Oleh karena itu saya akan memfokuskan atau
mengkonsentrasikan dengan judul, “Sistem Berladang Menetap orang Sakai”.
Maksud dari” Sistem Berladang adalah budidaya tanaman kehutanan pohon- pohon bersama dengan tanaman pertanian tanaman semusim.
b. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Petani, Kabupaten Bengkalis Riau.
Alasan mengapa saya memilih lokasi untuk penelitian ini, bahwa penduduk yang ada yang di Desa Petani ini terdapat banyaknya orang sakai dan sistem pertanian
mereka juga sudah mengalami perubahan. Selain itu berdasarkan data yang saya temukan dilapangan bahwa di Desa Petani khususnya hampir mayoritas bersuku
Melayu dan beragama Islam. Oleh sebab itu, dalam penulisan skripsi ini lokasi penelitian sangat berkaitan dengan judul skripsi saya. Berdasarkan hasil
pengamatan yang menunjukkan bahwa desa ini merupakan sentra terbesar dalam
12 mempunyai lahan berladang, terdapat 25 KK yang memiliki lahan berladang.
Perjalanan ke Lokasi tersebut sangat lah lama, 16 jam dari kota Medan dengan bus antar provinsi maupun mobil pribadi melalui medan-duri dengan ongkos
150.000. jarak perjalanan dari simpang jurong ke Desa Petani berkisar ±15 KM, keadaan jalannya dari simpang jurong ke desa petani tidaklah begitu mulus,karena
jalan tersebut setengah sudah di aspal dan setengah lagi berbatu-batu. Alat transportasi yang digunakan pada umumnya pada masyarakat desa Petani yaitu
Sepeda Motor, Adapun angkutan umum yang digunakan masyarakat desa Petani yaitu Bus antar Provinsi untuk mencapai kekota dan bagi masyarakat yang tidak
memiliki kendaraan pribadi menumpang ke mobil-mobil proyek atau perusahaan yang beroperasi didaerah itu.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian