62 atap seng dan dinding beton. Pengguna rotan sebagai pengikat juga dapat
mempermudahkan pembongkaran dan pemindahan rumah ketempat lain. Alat transportasi paling utama adalah perahu, yang disebabkan jalur lalu
lintas yang utama di daerah ini adalah sungai. Maka perlu alat transportasi yang fungsional dan efektif. Perahulah yang menjadi alternatif karena alat transportasi
ini memiliki kelebihan yakni dapat digunakan oleh semua orang dalam waktu berpuluh-puluh tahun. Ini berarti, perahu tidak memerlukan banyak kayu sehingga
menunjang pelestarian hutan. Hal ini berbeda dengan rakit yang memerlukan banyak kayu bulat dan hanya digunakan dari hulu ke hilir sekali pakai. Oleh
karena itu, keterbatasan rakit sebagai alat transportasi sungai perlu diupayakan penggantinya yang sekaligus dapat menunjang pelestarian lingkungan hutan.
3.4. Sistem Pengetahuan
Pengetahuan orang Sakai tentang berladang penentuan awal musim hujan serta tata ruang perladangan sangat menunjang dan masih sangat relevan dengan
program pembagunan pertanian yang menganjurkan diversivikasi tanaman pangan. Sekalipun logika berpikir mereka sederhana, tetapi mereka memiliki
kemampuan melakukan peta kognisi tentang jenis tanaman yang cocok ditanam pada ladang baru dan lama hingga bisa mengatasi gulma. Selain itu,
keanekaragaman tanaman yang dibudiddayakan secara tumpang sari atau terpisah- pisah pada ruang tertentu merupakan upaya mencegah kegagalan panen secara
total, sekaligus menunjang tersedianya diversifikasi bahan pangan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang aneka macam tanaman produktif dan tata ruang ladang
perlu dipelihara dan dikembangkan.
63 Kemampuan memelihara dan menjaga tanaman dari ganguan hama yang
tampak pada upacara yang disebut doti guna mengusir burung, wereng, dan tikus, perlu dipelihara dan ditumbuh kembangkan sepanjang tidak merugikan peladang
lainnya. Pengetahuan semacam ini jelas tidak mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan bila dibandingkan dengan penggunaan pestisida yang
mengandung unsur racun kimia, baik terhadap tumbuhan maupun binatang lainnya.
Selain pengetahuan tentang berladang, orang Sakai juga mempunyai sistem pengetahuan tentang pembuata rumah orang Sakai. Rumah mereka
dibangun diatas tiang-tiang kira-kira 130 cm sampai 180 cm, tiangnya terbuat dari kayu-kayu gelondongan besar dan kecil. Lantai dan dindingnya terbuat dari kulit
kayu, atap rumahnya terbuat dari jalinan daun kapau, tidak berjendela dan pintunya hanya satu dan ditutup dari dalam dengan palang kayu. Untuk masuk
kedalam rumah mereka menggunakan tangga dan rumah mereka dibuat tanpa menggunakan paku tetapi diikat dengan tali dari rotan. Rumah mereka tidak
memiliki kamar, hanya terdiri dari bagian dapur dan bagian tempat tidur mereka. dapur mereka terletak dekat pintu rumah dan dekat pintu tersebut dibuat tungku
untuk memasak dan tempat ini juga mereka makan. Didalam rumahnya terdapat para dan setiap rumah orang Sakai mempunyai “Para” hal ini digunakan sebagai
tempat penyimpanan barang-barang berharga mereka seperti baju bagus, senjata berburu, dll
64
3.5 Upacara-upacara yang dilakukan dalam berladang