2.4.2 Kayu Manii Maesopsis eminii Engl.
Menurut Jocker 2002 dalam Herawati 2008 kayu manii Maesopsis eminii Engl. termasuk ke dalam famili Rhamnaceae, dikenal dengan beberapa
nama lokal seperti pohon payung, musizi, afrika dan manii. Jenis ini tumbuh di dataran rendah sampai hutan sub pegunungan sampai ketinggian 1.800 m di atas
permukaan laut. Kayu manii biasanya ditanam di dataran rendah dan tumbuh baik pada ketinggian 600-900 m di atas permukaan laut dengan curah hujan 1.200-
3.600 mm tahun dan musim kering sampai 4 bulan. Kayu manii termasuk dalam kelas kuat III-IV dengan berat jenis kering
udara 0,43 0,34-0,46 Agus 2009. Sedangkan Jocker 2002 dalam Herawati 2008 menyatakan bahwa kayu manii merupakan jenis pohon cepat tumbuh dan
serba guna. Kayunya berkekuatan sedang sampai kuat, yang dapat digunakan untuk konstruksi, kotak, dan tiang. Jenis ini juga banyak ditanam untuk sumber
kayu bakar.
2.4.3 Kayu Akasia Acacia mangium Willd.
Kayu akasia mangium merupakan salah satu jenis tanaman cepat tumbuh fast growing species dan mudah tumbuh adaptive pada kondisi lahan yang
tidak subur tingkat kesuburannya dengan pH rendah, tanah berbatu, dan tanah yang telah mengalami erosi. Riap tumbuh dapat mencapai 2,5-3,5 cm tahun.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan 2003 dalam Prawira 2006.
Awang dan Taylor 1993 dalam Herawati 2008 menyatakan bahwa secara umum kayu akasia dapat mencapai tinggi 25-35 m dengan bebas cabang
melebihi setengah dari total tinggi. Diameternya dapat mencapai lebih dari 60 cm. Pada lahan yang miskin, pohon biasanya lebih kecil dengan rata-rata tinggi antara
7 dan 10 m. Pohon yang masih muda berwarna hijau, kulit kasar dan beralur, berwarna abu-abu atau coklat.
Warna bagian teras pada kayu akasia adalah coklat pucat sampai coklat tua, kadang-kadang coklat zaitun sampai coklat kelabu, batasnya tegas dengan
gubal berwarna kuning pucat sampai kuning jerami. Kayu akasia memiliki tekstur halus sampai agak kasar dan merata, arah serat lurus, kadang-kadang berpadu,
permukaan agak mengkilap dan licin dengan tingkat kekerasan agak keras sampai keras. Berdasarkan ciri anatominya, kayu akasia memiliki pori yang baur, soliter
dan berganda radial yang terdiri atas 2-3 pori, kadang-kadang sampai 4, diameter agak kecil Pandit dan Kurniawan 2008.
Pandit dan Kurniawan 2008 menyatakan bahwa berat jenis rata-rata kayu akasia adalah 0,61 0,43-0,66, kelas awet III, dan kelas kuat II-III. Kayu Akasia
dapat digunakan sebagai bahan konstruksi ringan sampai berat, rangka pintu, jendela, perabot rumah tangga, lantai, dinding papan, tiang, tiang pancang,
gerobak dan rodanya, alat-alat pertanian, kotak dan batang korek api, papan partikel, papan serat, vinir dan kayu lapis, pulp dan kertas, kayu bakar dan arang.
Dari hasil penelitian Ginoga 1998 berat jenis kering udara kayu akasia umur 10 tahun rata-rata 0,47 dengan kisaran antara 0,45-0,49.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pembuatan contoh uji dilakukan di PT. Mayora II Sukabumi, Jawa Barat. Pengujian dilakukan di Laboratorium Sifat Fisis dan Mekanis Kayu, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Hutan dan Pengolahan Hasil Hutan, Jl. Gunung Batu, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-
September 2010.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kayu sengon Paraserianthes falcataria L. Nielson, manii Maesopsis eminii Willd., akasia
Acacia mangium Engl. yang diperoleh dari Sukabumi dengan ukuran diameter berkisar antara 25-30 cm. Perekat yang digunakan adalah isosianat.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gergaji mesin, mesin serut, kilang pengering, mesin pelabur perekat, mesin kempa dingin, mesin
pemilah kayu MPK panter, oven, timbangan, meteran, moisture meter, dan kaliper.
3.3 Metode Pembuatan Contoh uji
3.3.1 Pembuatan dan Pengeringan Lamina
Log kayu akasia, manii, dan sengon digergaji menjadi lembaran papan dengan ukuran panjang, lebar, dan tebalnya berturut-turut adalah 300,5 cm x 8,5
cm x 2,5 cm. Papan-papan tersebut kemudian dikeringkan di dalam kilang pengering kombinasi tenaga surya dan tungku hingga diperoleh kadar air + 9 .
Papan yang sudah kering dibuat lamina dengan ukuran 300 cm x 8 cm x 2 cm dengan seluruh permukaan diserut halus. Pengeringan papan dilakukan dengan
tujuan untuk mempertinggi kestabilan dimensi papan lamina, dan mempermudah proses perekatan kayu. Papan lamina yang memiliki ukuran panjang kurang dari
300 cm disambung dengan metode sambungan jari-jari finger joint. Ukuran panjang finger joint adalah + 28 mm 1,1 inch.