Semakin rendah kadar air di bawah titik jenuh serat kekuatan kayu akan semakin meningkat. Ken 2006 menyatakan ketika kayu mulai mengering
kandungan air yang berada di rongga sel akan menguap, lama kelamaan akan habis sedangkan air terikat yang terdapat pada dinding sel akan jenuh dengan uap
air. Kadar air pada kondisi ini disebut titik jenuh serat. Apabila pengeringan berlangsung pada kondisi di bawah titik jenuh serat
kelembaban akan diambil dari dinding sel dan akan menyebabkan pengerutan, pengerasan dan pengkakuan pada serat. Akibatnya, kekerasan dan kekenyalan
dinding sel akan naik diikuti dengan kenaikan kekuatan kayu Agustin 2005.
4.1.2 Kerapatan Kayu
Kerapatan kayu berhubungan langsung dengan kekuatannya. Dinding serat yang tebal dapat menghasilkan tegangan yang lebih besar sehingga kayu
berkerapatan tinggi akan lebih kuat, lebih keras dan lebih kaku dibandingkan kayu berkerapatan rendah Ruhendi et al. 2007.
Berdasarkan hasil penimbangan berat dan pengukuran volume kering udara, diperoleh nilai kerapatan balok laminasi sengon berkisar antara 0,25-0,33
dengan rata-rata 0,29, nilai kerapatan balok laminasi manii berkisar antara 0,54- 0,60 dengan rata-rata 0,57, nilai kerapatan balok laminasi akasia berkisar antara
0,56-0,60 dengan rata-rata 0,58, nilai kerapatan balok laminasi campuran akasia- sengon berkisar antara 0,25-0,30 dengan rata-rata 0,29, dan nilai kerapatan balok
laminasi akasia-manii berkisar antara 0,53-0,56 dengan rata-rata 0,55.
Gambar 5 Histogram kerapatan balok laminasi
Hasil uji analisis statistik pada taraf nyata 5 menunjukkan bahwa nilai pengujian kerapatan pada kelima jenis balok laminasi berbeda nyata, hal tersebut
menjelaskan bahwa variasi kombinasi lamina menghasilkan nilai kerapatan yang berbeda dan uji Duncan dapat dilanjutkan. Berdasarkan uji lanjut Duncan,
kerapatan balok laminasi sengon dan akasia-sengon tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan balok laminasi manii, akasia dan campuran akasia-manii.
Variasi nilai kerapatan kayu terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan ketebalan dinding serat. Kecenderungan serat yang memiliki dinding tebal dan
lumen kecil memiliki kerapatan tinggi, sebaliknya serat yang memiliki dinding tipis dan lumen besar memiliki kerapatan yang rendah Ruhendi et al. 2007.
Kerapatan kayu berkaitan erat dengan berat jenisnya. Bowyer et al. 2003 mendefinisikan kerapatan sebagai perbandingan berat kayu dengan volumenya.
Sedangkan berat jenis adalah perbandingan kerapatan benda dengan kerapatan air. Air pada temperature 4ºC atau 39,2ºF mempunyai kerapatan sebesar 1
gramcm
3
. Oleh karena itu air pada temperatur tersebut dijadikan sebagai benda standar. Kerapatan air akan berkurang bila temperaturnya dinaikkan, tetapi
perubahannya sangat kecil, sehingga dapat diabaikan bila pengukuran dilakukan pada suhu kamar Tsoumis 1991. Semakin tinggi kerapatan maka semakin tinggi
pula berat jenisnya. Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui bahwa kerapatan balok laminasi
akasia memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan balok laminasi lainnya. Hal ini terjadi karena lamina penyusunnya adalah kayu akasia yang memiliki berat
jenis lebih tinggi dibandingkan kayu lainnya. Pandit 2008 menginformasikan bahwa berat jenis rata-rata kayu akasia adalah 0,69 dengan kisaran 0,69-0,84,
kayu sengon memiliki berat jenis rata-rata 0,33 dengan kisaran 0,24-0,49. Menurut Agus 2009 kayu manii termasuk dalam kelas kuat III-IV dengan berat
jenis kering udara 0,43 0,34-0,46.
4.2 Sifat Mekanis