Kadar Air Sifat Fisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sifat Fisis

Sifat fisis balok laminasi pada dasarnya dipengaruhi oleh sifat fisis lamina pembentuknya. Sifat fisis yang dibahas pada penelitian ini adalah kadar air balok laminasi dan kerapatannya.

4.1.1 Kadar Air

Menurut Tsoumis 1991, kadar air adalah berat air yang terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Perubahan kayu terjadi karena kayu bersifat higrokopis. Kayu mampu menarik dan menyerap air dari udara dan mengembang ketika kelembaban relatif tinggi dan akan menyusut ketika kelembaban relatif rendah. Perubahan ukuran kayu menjadi permasalahan yang besar dalam proses pengerjaan kayu Ken 2006. Sifat higroskopis pada kayu mempengaruhi jumlah kadar air yang dikandung oleh kayu. Kadar air balok laminasi dipengaruhi oleh kadar air lamina penyusunnya dan kondisi lingkungan. Air dalam kayu mempengaruhi kedalaman penetrasi perekat dan waktu pematangan perekat cair. Dalam penggabungannya, air yang banyak terdapat pada kayu akan menghambat ikatan dari cairan perekat. Pada umumnya, ikatan perekat yang baik terjadi pada tingkat kadar air 6-14 Ruhendi et al. 2007. Bowyer et al. 2003 menyatakan bahwa kadar air untuk balok laminasi tidak melebihi 15. Antara lamina yang saling bersebelahan perbedaan kadar air tidak melebihi 5. Hal ini dilakukan agar distribusi kadar air merata sehingga menghindari tekanan akibat penyusutan dan pengembangan yang menyebabkan kerusakan pada sambungan. Moody et al. 1999 menyebutkan bahwa kebanyakan pabrik menggunakan lamina dengan kadar air 12 atau sedikit lebih rendah, hal ini dikarenakan kadar air pada kisaran ini mendekati kesetimbangan dan memudahkan proses penyambungan ujung. Perangin-angin 2000 menyatakan bahwa kadar air kesetimbangan untuk daerah Bogor 15 dalam ruangan dan 18 di luar ruangan. Perbedaan kadar air pada lima jenis balok laminasi dapat dilihat dari histogram di bawah. Gambar 4 Histogram kadar air Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa kadar air pada lima jenis balok laminasi tidak berbeda jauh. Nilai kadar air balok laminasi sengon berkisar antara 9,89-10,30 dengan rata-rata sebesar 9,83, nilai kadar air balok laminasi manii berkisar antara 9,71-11,26 dengan rata-rata sebesar 10,48, nilai rata- rata kadar air balok laminasi akasia berkisar antara 12,64-14,87 dengan rata- rata sebesar 13,57, nilai kadar air balok laminasi campuran akasia-sengon berkisar antara 9,13-10,30 dengan rata-rata sebesar 9,85, dan nilai kadar air balok laminasi campuran akasia-manii berkisar antara 9,99-11,01 dengan rata- rata sebesar 10,47. Nilai kadar air kelima jenis balok laminasi ini memenuhi standar JAS 234:2003 dimana nilai kadar air maksimum balok laminasi adalah 15. Hasil pengujian analisis statistik pada taraf nyata 5 menunjukkan bahwa nilai uji kadar air dari kelima jenis balok laminasi berbeda nyata, hal tersebut menjelaskan bahwa variasi kombinasi lamina menghasilkan nilai kadar air yang berbeda dan uji lanjut Duncan dapat dilakukan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa balok laminasi akasia berbeda nyata dengan empat jenis balok laminasi lainnya. Perbedaan ini terjadi karena kayu akasia tersusun oleh lamina yang memiliki kerapatan paling tinggi sehingga dinding selnya lebih tebal dan memiliki air terikat pada dinding sel yang lebih besar Sulistyawati dan Ruhendi 2008. Semakin rendah kadar air di bawah titik jenuh serat kekuatan kayu akan semakin meningkat. Ken 2006 menyatakan ketika kayu mulai mengering kandungan air yang berada di rongga sel akan menguap, lama kelamaan akan habis sedangkan air terikat yang terdapat pada dinding sel akan jenuh dengan uap air. Kadar air pada kondisi ini disebut titik jenuh serat. Apabila pengeringan berlangsung pada kondisi di bawah titik jenuh serat kelembaban akan diambil dari dinding sel dan akan menyebabkan pengerutan, pengerasan dan pengkakuan pada serat. Akibatnya, kekerasan dan kekenyalan dinding sel akan naik diikuti dengan kenaikan kekuatan kayu Agustin 2005.

4.1.2 Kerapatan Kayu