BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Balok Laminasi
Balok laminasi atau yang dikenal sebagai glulam glued-laminated timber merupakan salah satu produk kayu rekayasa tertua. Glulam adalah suatu teknik
menggabungkan dua atau lebih kayu gergajian yang direkat dengan arah sejajar serat satu sama lain Moody et al. 1999; Stark et al. 2010. Bodig dan Jayne
1982 menyatakan bahwa berdasarkan posisi pembebanan, balok laminasi dibedakan menjadi balok laminasi horizontal dan vertikal. Sedangkan berdasarkan
penampangnya balok laminasi dibagi menjadi balok I, balok T, balok I ganda, balok pipa atau kotak dan stressed-skin panel.
Balok lamina adalah balok yang diperoleh dari hasil perekatan papan tipis yang disusun sejajar serat menggunakan perekat. Balok lamina lebih efisien
dibandingkan kayu utuh karena dapat dibuat dengan menggabungkan jenis kayu bermutu rendah dan kayu bermutu tinggi Abdurrachman dan Hadjib 2005.
2.1.1 Sejarah Balok Laminasi
Balok laminasi pertama kali digunakan di Eropa sebagai konstruksi auditorium di Basel, Switzerland pada tahun 1893 dan dikenal dengan sebutan
Hetzer System. Aplikasinya pada saat itu masih terbatas karena perekat yang digunakan tidak tahan air Moody et al. 1999.
Pada tahun 1934, Forest Product Laboratory di Madison, Wisconsin mendirikan sebuah bangunan yang menggunakan balok laminasi untuk
konstruksinya. Balok laminasi untuk bangunan tersebut diproduksi oleh sebuah perusahaan di Peshtigo, Wisconsin yang didirikan oleh imigran Jerman yang
membawa teknologi tersebut ke Amerika Serikat Moody et al. 1999. Selama perang dunia II, kebutuhan akan elemen struktural yang besar
untuk mendirikan bangunan militer seperti gudang dan hangar pesawat terbang, menambah ketertarikan pada balok laminasi. Perkembangan resin tahan air
memungkinkan penggunaan balok laminasi untuk jembatan dan aplikasi eksterior lainnya Moody et al.1999. Menurut Abdurrachman dan Hadjib 2005
pemakaian balok laminasi di Indonesia belum banyak berkembang karena
memerlukan biaya investasi yang tinggi sehingga menyebabkan harga produk laminasi lebih mahal dari kayu gergajian konvensional.
2.1.2 Penggunaan Balok Laminasi
Hermawan 1996 menyatakan bahwa kayu laminasi dipakai pada konstruksi–konstruksi bangunan gedung olahraga, gedung pertunjukkan, hangar
pesawat terbang, furniture, alat olahraga dan penggunaan lain yang dalam penerapannya kadang-kadang dikombinasikan dengan kayu lapis atau papan
partikel. Selain itu Moody et al. 1999 menyebutkan berbagai macam penggunaan
balok laminasi adalah pada bangunan komersial, rumah, jembatan, dan penggunaan struktur lain seperti tower transmisi listrik, tonggak listrik dan
penggunaan lain untuk memenuhi persyaratan ukuran dan bentuk yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan tiang kayu konvensional.
2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Balok Lamina
Menurut Moody et al. 1999; Stark et al. 2010, balok laminasi dibandingkan dengan kayu gergajian ataupun produk struktural lainnya, memiliki
kelebihan berupa : 1.
Ukuran. Balok laminasi dapat dibuat dengan ukuran yang besar dari pohon berdiameter kecil.
2. Nilai arsitektur. Dengan melengkungkan bahan baku kayu gergajian
selama proses pembuatan balok laminasi, berbagai nilai arsitektur dapat diperoleh.
3. Pengeringan. Kayu gergajian yang digunakan dalam pembuatan balok
laminasi harus dikeringkan terlebih dahulu sehingga cacat pada balok laminasi dapat diminimalkan.
4. Keragaman kualitas lamina. Dapat menggunakan lamina berkualitas
rendah dan lamina berkualitas baik. Lamina berkualitas baik diletakkan pada bagian atas dan bawah balok sedangkan lamina berkualitas rendah
diletakkan pada bagian tengah balok. 5.
Ramah lingkungan. Bahan bakunya dapat diperbarui.
Serrano 2003 menyatakan dengan ringkas bahwa keuntungan penggunaan balok laminasi adalah meningkatkan sifat kekuatan dan kekakuan
kayu, memberikan pilihan bentuk geometri lebih beragam, memungkinkan untuk penyesuaian kualitas lamina dengan tingkat tegangan yang diinginkan dan
meningkatkan akurasi dimensi dan stabilitas bentuk. Kelemahan balok laminasi antara lain memerlukan keahlian dan
keterampilan khusus selama proses pembuatannya, harga perekat yang tinggi, dan produk balok laminasi yang panjang dan berbentuk lengkung akan menyulitkan
dalam proses pengangkutan Moody et al. 1999.
2.1.4 Proses Pembuatan Balok Laminasi