kompliens, atelektasis, penyatuan dan stagnasi sekresi paru, dan infeksi dari imobilisasi berkepanjangan.
2
2.8. Hubungan Fisioterapi dengan Perubahan Nilai Parameter Pemantauan Ventilasi Mekanik
Teknik fisioterapi yang sering digunakan pada anak yang menggunakan ventilator yaitu postural drainage, hiperinflasi manual, perkusi dinding dada
dan getar, saline instillation dan suction.
17
Walaupun masih terbatas faktanya, namun endotracheal suctioning dan fisioterapi dada merupakan tindakan yang sering dilakukan pada anak
yang terintubasi di ruang intensif.
23
Sebuah studi uji klinis acak cross-over membandingkan efek fisioterapi dada FD dengan endotracheal suctioning pada pasien yang dilumpuhkan
memakai sedasi dan ventilator didapatkan, 15 menit setelah FD terjadi penurunan bermakna nilai base excess BE, bikarbonat, saturasi oksigen
dan resistensi pernafasan. Tiga puluh menit setelah FD terjadi peningkatan ruang rugi fisiologis physiological deadspace. Bila hanya dilakukan
endotracheal suctioning, setelah 15 menit tidak terjadi perubahan volume tidal ekspirasi expired tidal volume, komplien paru, nilai analisa gas darah
ataupun ruang rugi fisiologis.
23
Bila kelompok FD dibandingkan dengan kelompok endotracheal suctioning
, setelah 15 menit dijumpai nilai BE yang lebih tinggi pada
Universitas Sumatera Utara
kelompok FD, setelah 30 menit dijumpai volume tidal ekspirasi expired tidal volume
, komplien paru, dan ruang rugi fisiologik yang lebih tinggi pada kelompok FD. Nilai pCO2, pO2 dan pH antara kedua kelompok tidak berbeda
secara bermakna.
23
Fisioterapi dilakukan dengan aman dan efektif untuk meningkatkan volume pernafasan tanpa mengganggu kerja jantung.
19
Pada pasien rawatan intensif yang terintubasi banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
perburukan pembersihan jalan nafas, termasuk adanya kotoran di jalan nafas, humidifikasi yang tidak adekuat, obat-obatan, penyakit paru yang
mendasarinya, dan kerusakan mukosa akibat tindakan suction. Ini merupakan alasan mengapa fisioterapi rutin perlu
dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan efikasi tindakan fisioterapi pada pasien yang kritis
dan yang dirawat di unit perawatan intensif,
24
didapati peningkatan TV, PIFR, PEFR dan rasio inspirasi-ekspirasi.
19
Sebuah studi systematic review menilai fisioterapi dada lebih efektif dalam pembersihan sekret dibandingkan tanpa fisioterapi atau hanya
mengharapkan usaha batuk spontan pada penderita kistik fibrosis.
25
Pembedahan dan bius umum memberikan efek langsung terhadap sistem pernafasan. Pembedahan perut bagian atas mempengaruhi fungsi
paru setelah operasi, antara lain penurunan kapasitas total paru, kapasitas vital dan volume tidal. Fisioterapi dada yang dilakukan setelah pembedahan
Universitas Sumatera Utara
perut bagian atas efektif memperbaiki saturasi hemoglobin oksigen tanpa meningkatkan nyeri perut.
26
Pada sebuah penelitian, fisioterapi kompresi-getar secara signifikan meningkatkan peak expiratory flow dan membuat aliran udara lebih baik ratio
PEF:PIF 1.1 dan peningkatan volume tidal dan tekanan jalan nafas setelah fisioterapi dada manual.
4
Sebuah studi menilai usaha pernafasan secara simultan pada pasien yang menggunakan ventilator
. Didapati peningkatan PEF, PIP dan volume
inspirasi selama dilakukan fisioterapi dada manual dengan atau tanpa fisioterapi dada getar dibandingkan pemantauan ventilator awal.
27
Pada beberapa rumah sakit, fisioterapi rutin dilakukan pada pasien rawatan intensif yang terintubasi dan menggunakan ventilator, untuk
mengurangi terjadinya komplikasi paru, seperti nosocomial pulmonary, bronchopulmonary infection
, atelektasis.
2
Fisioterapi dianggap dapat mengeluarkan radang eksudat dan sekret trakeobronkial, mencegah sumbatan jalan nafas, mengurangi resistensi jalan
nafas, meningkatkan pertukaran udara dan mengurangi kerja nafas. Sebuah studi uji klinis acak menyimpulkan fisioterapi dada sebagai tambahan
pengobatan standar tidak mempercepat perbaikan anak yang dirawat dengan pneumonia akut dan memperpanjang durasi dari batuk dan adanya ronki, dan
dapat diberikan hanya pengobatan standar untuk pneumonia.
5
Universitas Sumatera Utara
Sebuah penelitian menilai komplien paru sebelum dan 2 jam setelah fisioterapi dada postural drainage, perkusi, getar dan suction menunjukkan
peningkatan komplien paru setelah 2 jam dilakukan fisioterapi sehingga pemeriksaan radiologi dada perlu dilakukan untuk mengetahui daerah dada
mana yang perlu dilakukan fisioterapi agar menghasilkan perubahan komplien paru.
28
Fisioterapi dada dianggap sebagai prosedur perawatan yang paling mempengaruhi pada pasien yang memakai ventilasi mekanik dan tidak boleh
diberikan kepada anak dengan kelainan jantung paru yang membutuhkan asupan oksigen tinggi dan anak dengan peningkatan intrakranial
. Fisioterapi
dada sebaiknya diberikan pada pasien yang mengalami gangguan pernafasan dan dimonitor juga hemodinamiknya.
6
Suatu penelitian yang menilai efek getar terhadap sistem pernafasan menyatakan tidak ada perbedaan puncak inspirasi, akhir ekpirasi dan volume
paru setelah dilakukan fisioterapi getar maupun manual.
29
Tindakan fisioterapi dada pada pasien dengan ventilasi mekanik harus dievaluasi dalam hal
proses penyapihan dari ventilasi, kejadian atelektasis dan lamanya rawatan. Variasi respon terhadap fisioterapi dada pada kelompok usia yang berbeda
karena perubahan sifat fisiologis seperti kapasitas dan komplien paru.
6
Universitas Sumatera Utara
2
G Faktor
r 1.
Kela 2.
Kela 3.
Hip 4.
Pem pel
2.9. Kera