PEMBAHASAN Perbedaan nilai parameter pemantauan ventilasi mekanik dan analisa gas darah setelah tindakan fisioterapi dada dan suction dibanding hanya suction pada anak yang di rawat di Unit Rawat Intensif

BAB 5. PEMBAHASAN

Penelitian ini didapatkan rerata median usia kelompok fisioterapi dan suction dan suction 10.5 vs 14.5, jenis kelamin laki-laki 12 vs 11 dan perempuan 12 vs 5. Pada beberapa peneliti lain meneliti pada kelompok usia 1 bulan- 12 tahun median 44 bulan 5 dan pada kelompok usia 1 minggu – 15.9 tahun median 1.3 tahun. 4 Di rumah sakit negara berkembang, fisioterapi merupakan bagian yang erat hubungannya dengan pengelolaan pasien perawatan intensif. Peran fisioterapi di perawatan intensif bervariasi, tergantung pada faktor-faktor seperti negara tempat perawatan intensif berada, kebiasaan lokal, ketenagaan, pelatihan dan keahlian. 2 Di beberapa rumah sakit, fisioterapi rutin dilakukan pada pasien rawatan intensif yang terintubasi dan menggunakan ventilator, untuk mengurangi terjadinya komplikasi paru, seperti nosocomial pulmonary, bronchopulmonary infection, atelektasis. 2 Pada beberapa rumah sakit di Indonesia fisioterapi dada lazim dilakukan tetapi tidak ada laporan angka resmi yang tercatat. Dalam penelitian ini dilakukan fisioterapi dada dan suction pada pasien rawatan PICU tetapi tidak diperoleh perbedaan bermakna pada pemantauan parameter ventilator dengan pasien yang hanya mendapat suction saja. Universitas Sumatera Utara Sebuah studi di Amerika Serikat melaporkan bahwa fisioterapi dada lebih efektif dalam pembersihan sekret dibandingkan tanpa fisioterapi atau hanya mengharapkan usaha batuk spontan pada penderita kistik fibrosis. 25 Fisioterapi dianggap dapat mengeluarkan radang eksudat dan sekret trakeobronkial, mencegah sumbatan jalan nafas, mengurangi resistensi jalan nafas, meningkatkan pertukaran udara dan mengurangi kerja nafas. Sebuah studi menyimpulkan fisioterapi dada standar tidak mempercepat penyembuhan anak dengan pneumonia akut. 5 Pada penelitian ini selain pneumonia, sebahagian pasien juga menderita effusi pleura, TB paru, edema paru, atelektasis paru, aspirasi dan penyakit penyerta lain. Sebuah penelitian menilai komplien paru sebelum dan setelah fisioterapi dada menunjukkan peningkatan komplien paru setelah dilakukan fisioterapi. 28 Pada penelitian ini dilakukan pemantauan parameter ventilator sebelum dilakukan fisioterapi dan pemantauan selanjutnya dilakukan 30 menit setelah fisioterapi. Suatu penelitian yang menilai efek getar terhadap sistem pernafasan menyatakan tidak ada perbedaan puncak inspirasi, akhir ekpirasi dan volume paru setelah dilakukan fisioterapi getar maupun manual. 29 Kapasitas dari komplien paru berbeda sesuai usia sehingga memberikan respon yang bervariasi terhadap fisioterapi dada. Tindakan fisioterapi dada pada pasien dengan ventilasi mekanik harus dievaluasi dalam hal proses penyapihan dari Universitas Sumatera Utara ventilasi, kejadian atelektasis dan lamanya rawatan. 6 Dalam penelitian ini tidak dinilai hubungan lama rawatan dan pemakaian ventilasi mekanik dengan fisioterapi dada. Sebuah studi memperkirakan bahwa fisioterapi getar efektif terhadap pengeluaran sekret, meningkatkan proses pertukaran udara dan TV. Fisioterapi getar dilakukan pada akhir fisioterapi dada. 8 Pada sebuah penelitian, fisioterapi kompresi-getar secara signifikan meningkatkan peak expiratory flow dan membuat aliran udara lebih baik rasio PEF:PIF 1.1 dan peningkatan volume tidal dan tekanan jalan nafas setelah fisioterapi dada manual. 4 Pada penelitian ini tidak dilakukan fisioterapi getar setelah fisioterapi dada. Sebuah studi uji klinis acak cross-over membandingkan efek fisioterapi dada FD dengan endotracheal suctioning pada pasien yang dilumpuhkan memakai sedasi dan ventilator. Didapatkan 15 menit setelah FD terjadi penurunan bermakna nilai base excess BE, bikarbonat, saturasi oksigen dan resistensi pernafasan. Tiga puluh menit setelah FD terjadi peningkatan ruang rugi fisiologis physiological dead space. Bila hanya dilakukan endotracheal suctioning, setelah 15 menit tidak terjadi perubahan volume tidal ekspirasi expired tidal volume, komplien paru, nilai analisis gas darah ataupun ruang rugi fisiologis. 23 Pada penelitian ini, penilaian dilakukan setelah 30 menit fisioterapi dada maupun suction. Tidak dijumpai perubahan parameter penilaian Universitas Sumatera Utara ventilator dan analisis gas darah. Dari hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney dan uji t independen, tidak ditemukan perbedaan rerata yang bermakna untuk seluruh parameter ventilasi mekanik antara kelompok yang diberi tindakan fisioterapi dan suction dengan kelompok yang hanya diberi suction P 0.05. Studi di Australia melaporkan peningkatan TV, PIFR, PEFR dan rasio inspirasi-ekspirasi setelah dilakukan fisioterapi. Semua pasien diberikan nilai PIP yang sama. 19 Pada penelitian ini fisioterapi dilakukan oleh fisioterapis yang berbeda-beda dan nilai PIP pada pasien tidak sama. Sebuah studi menilai usaha pernafasan secara simultan pada pasien yang menggunakan ventilator . Didapati peningkatan PEF, PIP dan volume inspirasi selama dilakukan fisioterapi dada manual dengan atau tanpa fisioterapi dada getar dibandingkan pemantauan ventilator awal. 27 Penelitian ini menyimpulkan bahwa fisioterapi dada dan suction tidak menunjukkan perbedaan bermakna terhadap perbaikan nilai parameter pemantauan ventilator dan hasil analisis gas darah pada anak yang di rawat di unit rawat intensif. Penelitian terdahulu pada penderita fibrosis kistik yang mendapat bantuan ventilasi mekanik tekanan ekspirasi positif dan dilakukan fisioterapi dada dengan teknik tepukan manual dada dijumpai peningkatan saturasi oksigen, arus puncak ekspirasi dan terdapat perbaikan gambaran radiologi. Universitas Sumatera Utara Namun tidak dijumpai perbedaan bermakna pada hasil pemeriksaan spirometri. 37 Penelitian lain di India melaporkan bahwa fisioterapi dada memegang peranan penting pada pasien yang terintubasi. Penelitian tersebut melakukan uji klinis acak dan membagi subjek ke dalam dua kelompok yaitu yang dilakukan manual hiperinflasi dan suction 86 pasien sebagai kontrol dan yang dilakukan fisioterapi dada 87 pasien sebanyak dua kali sehari. Didapati perbaikan parameter pemantauan ventilasi mekanik yang bermakna terhadap pasien yang dilakukan fisioterapi dada dibandingkan kelompok kontrol. Dilaporkan juga kejadian komplikasi lebih tinggi pada kelompok kontrol, lama rawatan lebih lama serta keberhasilan penyapihan meningkat pada kelompok yang mendapat fisioterapi dibandingkan kelompok kontrol. 38 Dalam suatu penelitian pada kelompok neonatus yang membandingkan efek fisioterapi dada dan suction terhadap hasil analisa gas darah yang bertujuan untuk mengeluarkan sekret pada neonatus yang terhubung dengan ventilasi mekanik ternyata tidak memperbaiki tekanan oksigen tetapi menyebabkan penurunan PaCo 2 dan PaO 2 . 39 Kelemahan penelitian ini, penyakit yang mendasari tidak sama dan fisioterapi dilakukan oleh beberapa orang yang berbeda. Universitas Sumatera Utara

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN