Karakteristik Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Rawat Inap Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011

(1)

KARAKTERISTIK IBU YANG MENGALAMI KERACUNAN KEHAMILAN RAWAT INAP DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2009-2011

SKRIPSI

Oleh:

RANI PUSPITA DEWI HABEAHAN NIM. 081000175

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

ABSTRAK

Keracunan kehamilan merupakan salah satu dari trias klasik penyebab langsung kematian ibu di indonesia, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan kematian akibat keracunan kehamilan pada tahun 2009-2011 terjadi pada tahun 2009 dengan Case Fatality Rate (CFR) 14,7%, tahun 2010 dengan CFR

6,45% dan tahun 2011 dengan CFR 19,44%.

Untuk mengetahui karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series, dianalisis dengan menggunakan uji chi-square

dan t-test. Populasi penelitian semua data ibu yang mengalami keracunan kehamilan rawat inap tahun 2009-2010, dengan besar sampel jumlah seluruh populasi sebanyak 101 data ibu.

Proporsi ibu yang mengalami keracunan kehamilan meningkat tiap tahunnya, tahun 2009 3,14%, kemudian meningkat tahun 2010 yaitu 4,01% dan meningkat kembali tahun 2011 yaitu 5,14%. Sosiodemografi terbanyak: umur 20-35 tahun 63,37 %; suku Batak 52,48%; SMA 59,41%; Ibu rumah tangga 86,14%; tinggal di dalam kota medan 76,24%. Mediko obstetri terbanyak: nullipara 43,57; usia kehamilan > 37 minggu 76,24%; tidak ada riwayat kehamilan buruk sebelumnya 83,17%; Jenis keracunan kehamilan terbesar: preeklampsia 67,33 %. lama rawatan rata-rata 4,85 hari; JPKMS sebesar 31,68%; PBJ 47,53%. Hasil uji Chi-Square tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur ibu berdasarkan jenis keracunan kehamilan p = 1,000; tingkat pendidikan ibu berdasarkan jenis keracunan kehamilan p = 0,626; tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi usia kehamilan berdasarkan jenis keracunan kehamilan p = 1,000; Hasil uji exact Fisher Ada perbedaan yang bermakna antara proporsi pekerjaan ibu berdasarkan jenis keracunan kehamilan p=0,032. Hasil uji t-test tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya p=0,481; lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis keracunan kehamilan p = 0,809.

Kepada pihak rumah sakit agar dapat meningkatkan penanganan terhadap pasien keracunan kehamilan karena masih terdapat kematian akibat keracunan kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi pada tahun 2009-2011 dan menghimbau ibu agar melengkapi pemeriksaan kehamilannya hingga K-4.


(3)

ABSTRACT

Toxemia gravidarum is one of the classic Triad direct cause of maternal mortality in indonesia. In the Dr Pirngadi hospital Medan maternal mortality caused by toxemia gravidarum in 2009-2011 happened in 2009: 5 persons with CFR 14.7%, in 2010: 2 people with CFR 6,45% and 2011: 7 persons with CFR 19,44%.

To know the characteristics of the mother who suffered a toxemia gravidarum inpatient at Dr Pirngadi hospital Medan from the year 2009-2011, A descriptive study with a case series using method is done and and used the Chi Square and T-test as the statistic test to analyze data. Population of this study were all mothers that were diagnosed with severe Toxemia Gravidarum inpatient at Dr Pirngadi hospital Medan from the year 2009-2011, sample is the total number of population as much as 101 data.

The proportion of mothers who suffered a toxemia gravidarum increased each year, 3.14% in 2009, and then increased in 2010 (4.01%) and increased again in 2011 (5.14%). Sosiodemografi mostly from: age 20-35 years (63,37%); Batak (52,48%); SMA (59,41%); Housewife (86,14%); living in the city of medan (76,24%). Mediko obstetrics most: nullipara (43,57%); > 37 weeks gestational age (76,24%); There is no history of bad pregnancy before (83,17%); Types of toxemia gravidarum: preeklampsia (67,33%). Average length of treatment is 4.80 days; JPKMS (31,68%); PBJ (47,53%). Chi Square test results-there is no difference proportion of maternal age on the based on the type of Toxemia gravidarum p = 1.000; mother's education level based on the type of Toxemia gravidarum p = 0.465; gestational age based on the type of Toxemia gravidarum p = 1.000. Exact fisher test results-There is a difference between the proportion of maternal employment based on the type of toxemia gravidarum p=0,032. T-test results there is no difference average length of treatment based on average cost of p = 0,481; average length of treatment based on the type of Toxemia gravidarum p = 0.689.

To the hospital in order to improve the handling of patients of toxemia gravidarum pregnancy because there are still maternal mortality from toxemia gravidarum at Dr Pirngadi hospital from the year 2009-2011 2011 and urged the mother to complete the antenatal care (ANC) of her pregnancy until the K-4.


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rani Puspita Dewi Habeahan

Tempat/Tanggal Lahir : Jambi/16 November 1990

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Bersaudara : 5 orang

Alamat Rumah : BTN Puri Kencana blok D10b arah Bangko KM 7/8 Muara Bungo, Jambi

Riwayat Pendidikan : 1. SDN. 102 Muara Bungo (1996-1999) 2. SDN. 100 Muara Bungo (1999-2002) 3. SMP Negeri 4 Muara Bungo (2002-2005) 4. SMA Negeri 2 Muara Bungo (2005-2008) 5. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat kekuatan dan kasihNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Karakteristik Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 “. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, “Ayahanda H. Habeahan dan Ibunda R. Manurung”, yang telah membesarkan dengan penuh kasih dan tidak pernah lelah mendukung dalam doa, membimbing, berkorban materi maupun moril dan selalu memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku dosen penasehat akademik.

3. Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, saran dan masukan sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan

4. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH dan Bapak dr. Heldy B.Z, MPH. Selaku dosen penguji yang telah memberikan pengarahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.


(6)

5. Ibu Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan, Bapak Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan dan Ibu Kepala Bagian Rekam Medik beserta seluruh pegawai di bagian rekam medik RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian.

6. Seluruh dosen dan pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Ibu Ratna Tumanggor yang telah banyak membantu penulis. 7. Adik-adikku Satriana, Ervinauli, Daniel, Samuel serta semua keluarga yang

selalu memberikan dukungan doa dan semangat bagi penulis. Spesial buat orang yang kukasihi Adrian Zmed Situmeang, S.kom yang tidak pernah lelah, mengasihi, memberi doa, dukungan dan semangat bagi penulis.

8. Sahabat-sahabatku Helfiana, Yossi dan Grace juga teman-temanku seperjuangan Nelly, Stella, Ristari, Ervanny, Stiphani, Suzanna, Febri, Edy, Amja, Mandroy, Caprin dan Johannes yang saling menyemangati dan mendukung dalam doa

9. Teman-teman mahasiswa FKM-USU angkatan 2008 dan peminatan Epidemiologi yang saling mendukung memberi semangat selama mengikuti pendidikan di FKM-USU serta pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juli 2012


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstact ... iii

Riwayat Hidup Penulis... iv

Kata Pengantar... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Grafik ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Definisi Keracunan Kehamilan ... 6

2.1.1. Preeklampsia ... 6

2.1.2. Eklampsia ... 8

2.2. Patofisiologi ... 10

2.3. Diagnosa ... 16

2.4. Epidemiologi ... 17

2.4.1. Distribusi Frekuensi ... 17

2.4.2. Determinan ... 19

2.5. Pencegahan Kejadian Preeklampsia dan Eklampsia ... 25

2.5.1. Pencegahan Primordial ... 25

2.5.2. Pencegahan Primer... 25

2.5.3. Pencegahan Sekunder ... 26

2.5.2. Pencegahan Tersier ... 27

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 28

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 28

3.2. Definisi Operasional Variabel ... 28

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 32

4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian... 32

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 32

4.2.2. Waktu Penelitian ... 32


(8)

4.3.1. Populasi ... 32

4.3.2. Sampel ... 33

4.4. Metode Pengumpulan Data... 33

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 33

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 34

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34

5.1.1. Sejarah Singkat RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 34

5.1.2. Visi ... 35

5.1.3. Misi ... 36

5.1.4. Motto ... 36

5.1. Analisa Deskriptif... 37

5.1.1. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Tahun ... 37

5.1.2. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Sosiodemografi ... 38

5.1.3. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Mediko Obstetri ... 40

5.1.4. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Jenis Keracunan Kehamilan . 41 5.1.5. Lama Rawatan Rata-Rata Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan ... 42

5.1.6. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Sumber Biaya ... 43

5.1.7. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Keadaan sewaktu pulang ... 44

5.2. Analisa Statistik ... 45

5.2.1. Distribusi Proporsi Umur Ibu Berdasarkan Jenis Keracunan Kehamilan ... 45

5.2.2. Distribusi Proporsi Tingkat pendidikan Berdasarkan Jenis Keracunan Kehamilan... 46

5.2.3. Distribusi Proporsi Pekerjaan Ibu Berdasarkan Jenis Keracunan Kehamilan... 47

5.2.4. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Ibu Berdasarkan Sumber Biaya... 48

5.2.5. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Jenis Keracunan Kehamilan... 49

5.2.5. Distribusi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Jenis Keracunan Kehamilan... 50


(9)

BAB 6 PEMBAHASAN ... 51

6.1. Analisa Deskriptif... 51

6.1.1. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Tahun ... 51

6.1.2. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Sosiodemografi ... 52

6.1.2.1. Umur ... 52

6.1.2.2. Suku ... 54

6.1.2.3. Tingkat Pendidikan ... 55

6.1.2.4. Pekerjaan Ibu ... 56

6.1.2.5. Tempat Tinggal ... 57

6.1.3. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Mediko Obstetri ... 58

6.1.3.1. Paritas ... 58

6.1.3.2. Usia Kehamilan ... 59

6.1.3.3. Riwayat Kehamilan Buruk Sebelumnya ... 60

6.1.4. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Jenis Keracunan Kehamilan . 61 6.1.5. Lama Rawatan Rata-Rata Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan ... 61

6.1.6. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Sumber Biaya ... 62

6.1.7. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Keadaan sewaktu pulang ... 63

6.2. Analisa Statistik ... 65

6.2.1. Distribusi Proporsi Umur Ibu Berdasarkan Jenis Keracunan Kehamilan ... 65

6.2.2. Distribusi Proporsi Tingkat pendidikan Berdasarkan Jenis Keracunan Kehamilan... 66

6.2.3. Distribusi Proporsi Pekerjaan Ibu Berdasarkan Jenis Keracunan Kehamilan... 67

6.2.4. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Ibu Berdasarkan Sumber Biaya... 68

6.2.5. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Jenis Keracunan Kehamilan... 69

6.2.5. Distribusi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Jenis Keracunan Kehamilan... 70

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

7.1. Kesimpulan ... 73


(10)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Master Data 2. Tabel Frekuensi

3. Lama Rawatan Rata-rata 4. Analisa Statistik


(11)

Daftar Tabel

Halaman Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 ... 37 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Yang Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011... 38 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Yang Dirawat Inap Berdasarkan Mediko Obstetri di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011... 40 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Keracunan Kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 ... 41 Tabel 5.5. Lama Rawatan Rata-Rata Ibu Keracunan Kehamilan Yang

Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 ... 42 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011... 43 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 ... 44 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Umur Ibu Berdasarkan Jenis Keracunan

Kehamilan Yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 ... 45 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Tingkat Pendidikan Ibu Berdasarkan Jenis

Keracunan Kehamilan Yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 ... 46 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Pekerjaan Ibu Berdasarkan Jenis Keracunan

Kehamilan Yang Dirawat Inap di RSUD Dr. PirngadiMedan Tahun 2009-2011 ... 47 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-Rata Ibu Berdasarkan

Sumber Biaya Yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 ... 48


(12)

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Jenis Keracunan Yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 ... 49 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Jenis

Keracunan Kehamilan Yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 ... 50 Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Usia kehamilan Berdasarkan Jenis Keracunan

Kehamilan Yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 ... 52 Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Usia Kehamilan Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang Yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 ... 51


(13)

Daftar Grafik

Halaman Grafik 6.1. Proporsi Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan Rawat Inap

di RSUD Dr. Pirngadi Tahun 2009-2010 ... 53 Grafik 6.2. Distribusi Proporsi Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Rawat Inap Berdasarkan Umur Di RSUD Dr. Pirngadi Tahun 2009-2010 ... 54 Grafik 6.3. Distribusi Proporsi Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Rawat Inap Berdasarkan Suku di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 56 Grafik 6.4. Distribusi Proporsi Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 57 Grafik 6.5. Distribusi Proporsi Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan Ibu di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 59 Grafik 6.6. Distribusi Proporsi Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Rawat Inap Berdasarkan Tempat tinggal di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 60 Grafik 6.7. Distribusi Proporsi Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Rawat Inap Berdasarkan Paritas di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 61 Grafik 6.8. Distribusi Proporsi Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Rawat Inap Berdasarkan Usia Kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 62 Grafik 6.9. Distribusi Proporsi Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Rawat Inap Berdasarkan Usia Kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 63 Grafik 6.10. Distribusi Proporsi Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Rawat Inap Berdasarkan Jenis keracunan kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 65 Grafik 6.11. Distribusi Proporsi Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 66


(14)

Grafik 6.12. Distribusi Proporsi Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 67 Grafik 6.13. Distribusi Proporsi Umur Ibu Berdasarkan Jenis Keracunan

Kehamilan Pada Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 69 Grafik 6.14. Distribusi Proporsi Tingkat Pendidikan Ibu Berdasarkan Jenis

Keracunan Kehamilan Pada Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 70 Grafik 6.15. Distribusi Proporsi Pekerjaan Ibu Berdasarkan Jenis Keracunan

Kehamilan Pada Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 71 Grafik 6.16. Distribusi Proporsi Lama Rawatan rata-rata Ibu Berdasarkan

Sumber Biaya Pada Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 73 Grafik 6.17. Distribusi Proporsi Lama Rawatan rata-rata Ibu Berdasarkan Jenis

Keracunan Kehamilan Pada Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 74 Grafik 6.18. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Jenis

Keracunan Kehamilan Pada Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 75 Grafik 6.19. Distribusi Proporsi Usia Kehamilan Berdasarkan Jenis Keracunan

Kehamilan Pada Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 78 Grafik 6.20. Distribusi Proporsi Usia Kehamilan Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang Pada Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 ... 79


(15)

ABSTRAK

Keracunan kehamilan merupakan salah satu dari trias klasik penyebab langsung kematian ibu di indonesia, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan kematian akibat keracunan kehamilan pada tahun 2009-2011 terjadi pada tahun 2009 dengan Case Fatality Rate (CFR) 14,7%, tahun 2010 dengan CFR

6,45% dan tahun 2011 dengan CFR 19,44%.

Untuk mengetahui karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series, dianalisis dengan menggunakan uji chi-square

dan t-test. Populasi penelitian semua data ibu yang mengalami keracunan kehamilan rawat inap tahun 2009-2010, dengan besar sampel jumlah seluruh populasi sebanyak 101 data ibu.

Proporsi ibu yang mengalami keracunan kehamilan meningkat tiap tahunnya, tahun 2009 3,14%, kemudian meningkat tahun 2010 yaitu 4,01% dan meningkat kembali tahun 2011 yaitu 5,14%. Sosiodemografi terbanyak: umur 20-35 tahun 63,37 %; suku Batak 52,48%; SMA 59,41%; Ibu rumah tangga 86,14%; tinggal di dalam kota medan 76,24%. Mediko obstetri terbanyak: nullipara 43,57; usia kehamilan > 37 minggu 76,24%; tidak ada riwayat kehamilan buruk sebelumnya 83,17%; Jenis keracunan kehamilan terbesar: preeklampsia 67,33 %. lama rawatan rata-rata 4,85 hari; JPKMS sebesar 31,68%; PBJ 47,53%. Hasil uji Chi-Square tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur ibu berdasarkan jenis keracunan kehamilan p = 1,000; tingkat pendidikan ibu berdasarkan jenis keracunan kehamilan p = 0,626; tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi usia kehamilan berdasarkan jenis keracunan kehamilan p = 1,000; Hasil uji exact Fisher Ada perbedaan yang bermakna antara proporsi pekerjaan ibu berdasarkan jenis keracunan kehamilan p=0,032. Hasil uji t-test tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya p=0,481; lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis keracunan kehamilan p = 0,809.

Kepada pihak rumah sakit agar dapat meningkatkan penanganan terhadap pasien keracunan kehamilan karena masih terdapat kematian akibat keracunan kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi pada tahun 2009-2011 dan menghimbau ibu agar melengkapi pemeriksaan kehamilannya hingga K-4.


(16)

ABSTRACT

Toxemia gravidarum is one of the classic Triad direct cause of maternal mortality in indonesia. In the Dr Pirngadi hospital Medan maternal mortality caused by toxemia gravidarum in 2009-2011 happened in 2009: 5 persons with CFR 14.7%, in 2010: 2 people with CFR 6,45% and 2011: 7 persons with CFR 19,44%.

To know the characteristics of the mother who suffered a toxemia gravidarum inpatient at Dr Pirngadi hospital Medan from the year 2009-2011, A descriptive study with a case series using method is done and and used the Chi Square and T-test as the statistic test to analyze data. Population of this study were all mothers that were diagnosed with severe Toxemia Gravidarum inpatient at Dr Pirngadi hospital Medan from the year 2009-2011, sample is the total number of population as much as 101 data.

The proportion of mothers who suffered a toxemia gravidarum increased each year, 3.14% in 2009, and then increased in 2010 (4.01%) and increased again in 2011 (5.14%). Sosiodemografi mostly from: age 20-35 years (63,37%); Batak (52,48%); SMA (59,41%); Housewife (86,14%); living in the city of medan (76,24%). Mediko obstetrics most: nullipara (43,57%); > 37 weeks gestational age (76,24%); There is no history of bad pregnancy before (83,17%); Types of toxemia gravidarum: preeklampsia (67,33%). Average length of treatment is 4.80 days; JPKMS (31,68%); PBJ (47,53%). Chi Square test results-there is no difference proportion of maternal age on the based on the type of Toxemia gravidarum p = 1.000; mother's education level based on the type of Toxemia gravidarum p = 0.465; gestational age based on the type of Toxemia gravidarum p = 1.000. Exact fisher test results-There is a difference between the proportion of maternal employment based on the type of toxemia gravidarum p=0,032. T-test results there is no difference average length of treatment based on average cost of p = 0,481; average length of treatment based on the type of Toxemia gravidarum p = 0.689.

To the hospital in order to improve the handling of patients of toxemia gravidarum pregnancy because there are still maternal mortality from toxemia gravidarum at Dr Pirngadi hospital from the year 2009-2011 2011 and urged the mother to complete the antenatal care (ANC) of her pregnancy until the K-4.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Upaya peningkatan kualitas manusia yang harus dilakukan sejak dini sangat tergantung pada kualitas kesehatan ibu yang mengandungnya. Kesehatan dan kesejahteraan ibu menjadi inti kesejahteraan keluarga, yang pada gilirannya akan membuahkan manusia yang berkualitas, pengemban upaya membangun kesejahteraan bangsa. Kenyataan ini dapat dilihat dari peranan dan fungsi ibu dalam mengasuh dan mendidik anak, mengatur rumah tangga, membantu keluarga dalam meningkatkan pendapatan. Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak utama untuk tercapainya keluarga yang sejahtera dan kematian seorang ibu merupakan suatu bencana bagi keluarganya.1

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu yang tinggi mencerminkan rendahnya derajat kesehatan masyarakat.2 Kesehatan dan kesejahteraan ibu merupakan unsur utama dalam menentukan kualitas sumber daya manusia yang akan datang. Karena itu, upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu menjadi salah satu perioritas utama dalam pembangunan kesehatan.3

Menurut laporan WHO tahun 2008 angka kematian ibu di Amerika Serikat yaitu 24 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Filipina 94 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 56 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 48 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 21 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 31 per 100.000 kelahiran hidup.4 Laporan WHO tahun 2010 melaporkan penyebab kematian ibu di


(18)

dunia disebabkan oleh hipertensi kehamilan 25%, perdarahan 20%, aborsi 12% dan infeksi 7%, penyebab langsung lainnya sebesar 8%, serta penyebab tidak langsung sebesar 9%.5 Penyebab preeklampsia dan eklampsia masih disebut sebagai “ The

Disease of Theory “ karena belum diketahui secara pasti etiologi serta

patogenesisnya.6

Angka Kematian Ibu di Indonesia menurut Departemen Kesehatan RI dari hasil Survei Kesehatan rumah Tangga (SKRT) 1986 adalah 450 per 100.000 kelahiran hidup turun menjadi 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992, kemudian turun lagi menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995, pada tahun 2001 turun lagi menjadi 343 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1994 AKI di Indonesia adalah sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002/2003 AKI 307 per 100.000 kelahiran hidup.Berdasarkan SDKI tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, dan masih menjadi AKI tertinggi di Asia.7,8 Kematian ibu di negara-negara berkembang termasuk Indonesia sebagian besar yaitu lebih dari 90% disebabkan oleh Trias klasik penyebab komplikasi yaitu perdarahan 40-60%, preeklampsia dan eklampsia 20-30% dan infeksi 20-30%.3

Penyebab kematian ibu terbesar di rumah sakit di Indonesia tahun 2005 adalah preeklampsia dan eklampsia dengan CFR (Case Fatality Rate) 2,3%.5 Proporsi penderita preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit dr. Soewondo Kabupaten Kendal tahun 2001 adalah sebesar 8,72%, tahun 2002 sebesar 9,34%, tahun 2003 sebesar 9,12%, tahun 2004 sebesar 9,25%, tahun 2005 sebesar 13,60% dengan CFR 8,69%, dan pada tahun 2006 proporsinya sebesar 10,23% dengan CFR 15,5%.9 Proporsi


(19)

kejadian preeklampsia/eklampisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2007–2009 adalah 3,9% dari total persalinan (3036 persalinan).10

Menurut hasil penelitian Betty Novita Tarigan di RSUD Deli Serdang proporsi kasus keracunan kehamilan dari seluruh ibu yang dirawat inap tahun 2003 sebesar 3,23%, tahun 2004 sebesar 6,1%, tahun 2005 sebesar 4,61%, tahun 2006 sebesar 5,3% dan tahun 2007 sebesar 5,59%.11

Berdasarkan hasil survei awal di RSU Dr. Pirngadi Medan tercatat proporsi penderita keracunan kehamilan dari seluruh ibu hamil yang dirawat inap tahun 2009 sebesar 3,14%,tahun 2010 sebesar 4,01% dan pada tahun 2011 sebesar 5,14% dan kematian akibat keracunan kehamilan pada tahun 2009-2011 terjadi pada tahun 2009 sebanyak 5 orang dengan CFR 14,7%, pada tahun 2010 sebanyak 2 orang dengan CFR 6,45% dan tahun 2011 sebanyak 7 orang dengan CFR 19,44%.

Berdasarkan latar belakang di atas menunjukkan bahwa masih tingginya kasus ibu yang mengalami keracunan kehamilan, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011.

1.2.Perumusan Masalah

Belum diketahuinya karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Tahun 2009-2011.


(20)

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karateristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011. 1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi ibu yang mengalami keracunan kehamilan berdasarkan sosiodemografi (umur, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan ibu, tempat tinggal).

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi ibu yang mengalami keracunan kehamilan berdasarkan mediko obstetri (paritas, usia kehamilan, Riwayat kehamilan buruk sebelumnya).

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi ibu yang mengalami keracunan kehamilan berdasarkan jenis keracunan kehamilan.

d. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata ibu yang mengalami keracunan kehamilan.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi ibu yang mengalami keracunan kehamilan berdasarkan sumber pembiayaan.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi ibu yang mengalami keracunan kehamilan berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

g. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur ibu berdasarkan jenis keracunan kehamilan.

h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi tingkat pendidikan berdasarkan jenis keracunan kehamilan.


(21)

i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis pekerjaan ibu yang mengalami keracunan kehamilan berdasarkan jenis keracunan kehamilan.

j. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan ibu yang mengalami keracunan kehamilan berdasarkan sumber biaya.

k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis keracunan kehamilan

l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan jenis keracunan kehamilan.

m. Untuk mengetahui perbedaan proporsi usia kehamilan berdasarkan jenis keracunan kehamilan.

n. Untuk mengetahui perbedaan proporsi usia kehamilan berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan mengenai karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan.

1.4.2. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lain yang erat kaitannya dengan keracunan kehamilan dan sebagai bahan referensi bagi perpustakaan FKM-USU Medan.

1.4.3. Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan penulis yang diperoleh selama masa perkuliahan di FKM-USU dan juga sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Definisi Keracunan Kehamilan

Keracunan kehamilan merupakan kesatuan penyakit yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuria, dan edema, yang terkadang disertai dengan kejang dan koma. Keracunan kehamilan terdiri dari preeeklampsia dan eklampsia.12

Kehamilan dapat menyebabkan hipertensi pada wanita yang sebelumnya mempunyai tensi normal, atau dapat memperberat hipertensinya pada mereka yang sebelumnya sudah menderita hipertensi. Edema yang menyeluruh, proteinuria atau kedua-duanya sering didapatkan bersama hipertensi yang disebabkan atau diperberat oleh kehamilan. Kejang-kejang dapat timbul pada keadaan hipertensi, terutama pada wanita dimana hipertensinya tidak diperhatikan. Keracunan kehamilan merupakan komplikasi kehamilan dan sebagai salah satu dari trias komplikasi, yang tetap merupakan penyebab kematian ibu. Keracunan kehamilan juga dianggap sebagai penyebab kematian dan morbiditas perinatal yang tinggi.13

2.1.1. Preeklampsia

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria, dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu atau dalam trimester ketiga kehamilan. Tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa.6,14

Hipertensi biasanya timbul terlebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Hipertensi apabila :


(23)

a. Tekanan sistolik ≥ 140 mmHg atau kenaikannya ≥ 30 mmHg diatas tekanan yang biasanya.

b. Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg atau kenaikannya ≥ 15 mmHg di atas tekanan yang biasanya.

Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali dengan selang waktu 4 jam, pada keadaan istirahat.15

Edema apabila terjadi penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.14 Kenaikan berat badan yang mendadak sebanyak 1 kg atau lebih dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan adalah indikasi preeklampsia.16

Proteinuria adalah konsentrasi protein dalam urine melebihi 0,3 g/liter dalam urine 24 jam yang dikeluarkan dengan kateter yang diambil minimal dua kali dengan jarak waktu enam jam.17 Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.18

Preeklampsia dibedakan atas : a. Preeklampsia ringan

Preeklampsia ringan apabila ditemukan adanya dua dari tiga jenis gejala yaitu hipertensi, proteinuria, dan edema. Ketiga gejala tersebut dapat digolongkan preeklampsia ringan apabila : 12


(24)

i. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg atau kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg teta pi kurang dari 160/110 mmHg.

ii. Proteinuria 0,3 gr/liter atau lebih dalam urine 24 jam.

iii. Edema pada kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu selama trimester II

b. Preeklampsia berat

Preeklampsia berat apabila ditemukan gejala preeklampsia ringan yang meningkat yaitu tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg, proteinuria ≥ 5 gr/l dalam urine 24 jam, edema paru dan sianosis. Disamping itu, bisa juga ditemukan satu atau lebih gejala atau tanda di bawah ini :19

i. Oliguria, urine < 400 ml/24 jam.

ii. Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.

iii. Nyeri epigastrium dan nyeri pada kuadran kanan atas abdomen. iv. Trombositopenia.

v. Pertumbuhan janin terhambat.

vi. Adanya HELLP syndrome ( Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelet Count).

2.1.2. Eklampsia

Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “Halilintar”. Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Eklampsia merupakan penyakit akut yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang ditandai dengan kejang


(25)

dan kadang diikuti dengan koma yang panjang atau singkat, dan biasanya mengalami hipertensi, proteinuria dan terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan.12

Eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan tanda-tanda preeklampsia.14 Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului oleh preeklampsia, sangat penting pengawasan antenatal yang teliti dan teratur. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma.20

Fase kejang pada eklampsia dibedakan atas 4 tingkat yaitu : a. Tingkat Awal atau Aura

Bola mata penderita terbuka, berputar atau membelalak, tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian juga dengan otot tangan kejang-kejang. Terjadi penurunan kesadaran. Keadaan ini berlangsung kira-kira 10-20 detik.12

b. Tingkat Kejang Tonik

Dalam tingkat ini seluruh otot berkontraksi dengan kuat, tangan menggenggam, dan kaki membengkok ke dalam. Pernapasan berhenti, anggota badan dan bibir menjadi biru, gigi terkatup dan mata menonjol, muka menjadi sianotik, lidah dapat tergigit. Keadaan ini dapat terjadi kira-kira 10-20 detik.21

c. Stadium susulan, Kejang Klonik

Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol, dari mulut keluar air liur yang berbusa, muka menunjukkan kongesti dan sianosis.12 Penderita menjadi tidak sabar dan pernapasan sulit. Kejang berhenti dan penderita menaruk napas dengan mendengkur. Keadaan ini berlangsung 1-2 menit.16


(26)

d. Tingkat Koma

Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama berlangsung beberapa menit sampai berjam-jam, tergantung individu, secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar kembali. Selama serangan tekanan darah tinggi, nadi cepat dan suhu tubuh meningkat. Sebagai akibat serangan dapat terjadi komplikasi-komplikasi seperti lidah tergigit, nafas ngorok dan cepat, muka bengkak, selanjutnya dapat terjadi kejang karena itu perlu hati-hati dan pemberian obat penenang.12

2.2. Patofisiologi

Penyebab keracunan kehamilan belum diketahui secara pasti, banyak teori yang mengemukakan mengenai patofisiologi terjadinya keracunan kehamilan, diantaranya adalah :

2.2.1. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta

Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri uterina ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa arteri arkuarta dan arteri arkuarta memberi cabang arteria radialis. Arteria radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis memberi cabang arteria spiralis dan dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas kedalam lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan tekanan darah,


(27)

penurunan resistensi vaskular dan peningkatan aliran darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga juga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini dinamakan “remodeling arteri spiralis”.14

Pada keracunan kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kegagalam “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah utero plasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plsenta akan menimbulkan perubahan-perubahan yang dapat menjelaskan patogenesis keracunan kehamilan selanjutnya.14

Diameter rata-rata arteri spiralis pada hamil normal adalah 500 mikron, sedangkan pada preeklampsia rata-rata 200 mikron. Pada hamil normal vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat meningkatkan 10 kali aliran darah ke utero plasenta.18 2.2.2. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas dan Disfungsi Endotel.

Berdasarkan teori invasi trofoblas, pada keracunan kehamilan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis, dengan akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia dan menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan dan radikal bebas adalah senyawa penerima elektron atau atom/molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya


(28)

produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah mungkin dahulu dianggap sebagai bahan toksin yang beredar dalam darah, maka dulu keracunan kehamilan disebut “toxaemia”. Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang banyak mengandung asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membran sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis selalu diimbangi dengan produksi antioksidan.14

Pada keracunan kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan, khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, misal vitamin E pada hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak yang relatif tinggi. Peroksida lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida lemak karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak.18

Sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak dapat mengakibatkan kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel endotel maka akan terjadi :14


(29)

a. Gangguan metabolisme prostagladin, karena salah satu fungsi endotel, adalah memproduksi prostagladin, yaitu menurunnya produksi prostagladin (PGE2) : suatu vasodilatator kuat.

b. Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi sel trombosit ini adalah untuk menutup tempat-tempat di lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan (TXA2) : Suatu vasokonstriktor kuat. Dalam keadaan normal perbandingan kadar prostasiklin/ tromboksan lebih tinggi kadar prostasiklin (lebih tinggi vasodilasator). Pada preeklampsia kadar tromboksan lebih tinggi dari kadar prostasiklin sehingga terjadi vasokonstriksi dengan terjadi tekanan darah.

c. Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerolus (glomerular endotheliosis).

d. Peningkatan permeabilitas kapilar.

e. Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresos, yaitu endotelin. Kadar NO (vasodilatator) menurun, sedangkan endotelin (vasokonstriktor) meningkat. f. Peningkatan faktor koagulsi.

2.2.3. Teori Intoleransi Imunologik antara Ibu dan Janin

Wanita yang hamil normal respon imunnya tidak menolak adanya “hasil konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respon imun, sehingga si ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel natural killer (NK) ibu.14


(30)

Adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas kedalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel natural killer. Pada plasenta keracunan kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis. HLA-G juga merangsang produksi sitikon, sehingga memudahkan terjadinya reaksi inflamasi. Kemungkinan terjadi Immune-Maladaptation pada preeklampsia. Pada awal trimester kedua kehamilan perempuan yang mempunyai kecendrungan terjadi preeklampsia, ternyata mempunyai proporsi Helper Sel yang lebih rendah dibanding pada normotensif.14 2.2.4. Teori Adaptasi Kardiovaskuler

Pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan vasopresor pada kehamilan normal. Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka terhadap rangsangan bahan vasopresor atau dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respons vasokonstriksi akibat dilindungi oleh adanya sintesis prostaglandin pada sel endotel akan hilang bila diberi prostaglandin sintesa inhibitor (bahan yang menghambat produksi prostaglandin). Prostaglandin ini dikemudian hari ternyata adalah prostasiklin.14

Keracunan kehamilan mengakibatkan kehilangan daya refrakter terhadap bahan vasokonstriktor dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor yaitu daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan-bahan vasopresor hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor.


(31)

Banyak peneliti telah membuktikan bahwa peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor pada keracunan kehamilan sudah terjadi pada trimester 1 (pertama). Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi keracunan kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.14

2.2.5. Teori Genetik

Ada faktor keturunan dan familial dengan model tunggal. Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia 26% anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula.18

2.2.6. Teori Defisiensi Gizi (Teori diet)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang penting yang pernah dilakukan di inggris ialah penelitian tentang pengaruh diet pada preeklampsia beberapa waktu sebelum pecahnya Perang Dunia II. Suasana serba sulit mendapat gizi yang cukup dalam persiapan perang menimbulkan kenaikan insiden keracunan kehamilan. Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termasuk minyak hati halibut, dapat mengurangi risiko preeklampsia. Minyak ikan banyak mengandung banyak asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit, dan mencegah vasokontriksi pembuluh darah. Beberapa peneliti telah mencoba melakukan uji klinik untuk mengonsumsi minyak ikan atau bahan yang mengandung asam lemak tak jenuh dalam mencegah


(32)

preeklampsia. Hasil sementara menunjukkan bahwa penelitian ini berhasil baik dan mungkin dapat dipakai sebagai alternatif pemberian aspirin.14

2.3. Diagnosa

Diagnosa dini harus diutamakan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. Walaupun terjadinya preeklampsia sukar dicegah, namun preeklampsia berat dan eklampsia biasanya dapat dihindarkan dan dicegah dengan mengenal secara dini penyakit itu dan dengan penanganan secara sempurna.12

Pada umumnya diagnosa preeklampsia didasarkan atas adanya dua dari tiga tanda utama : hipertensi, edema dan proteinuria. Adanya satu dari tanda harus menimbulkan kewaspadaan. Diagnosa preeklampsia pada kehamilan ditegakkan bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih atau peningkatan 30 mmHg sistolik dan 15 mmHg diastolik diatas tekanan darah biasanya. Pengukurannya paling sedikit 2 kali dengan jarak selang waktu 6 jam serta dijumpai salah satu gejala proteinuria dan edema.12,20

Diagnosis diferensial antara preeklampsia dengan hipertensi menahun atau penyakit ginjal kadang menimbulkan kesulitan. Pada hipertensi menahun tekanan darah yang meninggi sebelum hamil. Pemeriksaan funduskopi juga berguna karena perdarahan dan eksudat jarang ditemukan pada preeklampsia, kelainan tersebut biasanya menunjukkan hipertensi menahun. Proteinuria pada preeklampsia jarang timbul sebelum trimester ke-3. Test fungsi ginjal juga banyak berguna, pada umumnya fungsi ginjal normal pada preeklampsia ringan.14


(33)

Diagnosa eklampsia umunya tidak mengalami kesukaran dengan adanya tanda dan gejala preeklampsia yang disusul dengan serangan koma. Walaupun demikian, eklampsia harus dibedakan dengan epilepsi dan koma karena perdarahan otak dan meningitis.14

2.4. Epidemiologi

2.4.1. Distribusi Frekuensi a. Orang

Setiap ibu hamil memiliki peluang untuk menderita keracunan kehamilan. Ibu yang pernah mengalami keracunan kehamilan pada kehamilan terdahulu, ibu yang mempunyai riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia dan eklampsia juga mempunyai resiko menderita keracunan kehamilan.22

Keracunan kehamilan lebih banyak dijumpai pada primigravida, dan jarang terjadi paada kehamilan berikutnya, kecuali pada kelebihan berat badan, diabetes mellitus, hipertensi essensial atau kehamilan kembar.13 Pada penelitian yang dilakukan Sitti Nur Djannah dan Ika Sukma Arianti dapat dilihat bahwa kejadian preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2007–2009 lebih didominasi oleh kelompok ibu primigravida 69,5%, dan angka terendah terjadi pada kelompok multigravida 30,5%.10 Hasil penelitian Rozikhan tahun 2007 di rumah sakit Dr. H. Soewondo Kendal diperoleh bahwa proporsi ibu yang mengalami preeklampsia berat pada hamil pertama (primigravida) 64,58 %.9


(34)

Wanita remaja yang berusia di bawah 20 tahun pada kehamilan pertama dan wanita yang berusia di atas 35 tahun, mempunyai resiko sangat tinggi.23 Semua status sosial mempunyai resiko yang sama, tetapi kelompok masyarakat yang miskin biasanya tidak mampu untuk membiayai perawatan kesehatan sebagaimana mestinya. Bahkan orang yang miskin tidak percaya dan tidak mau menggunakan fasilitas pelayanan medis walaupun tersedia.23

b. Tempat

Kejadian keracunan kehamilan dikebanyakan tempat di dunia merupakan penyebab kedua kematian ibu hamil setelah perdarahan. Biasanya sindrom preeklampsia ringan sering tidak diperhatikan oleh ibu sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat akan mengalami preeklampsia berat dan eklampsia.23

Angka kematian ibu akibat keracunan kehamilan di negara berkembang masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu pada kasus keracunan kehamilan di negara-negara berkembang disebabkan oleh kurangnya pemeriksaan antenatal, upaya pencegahan yang kurang dan terlambatnya mendapat penanganan yang tepat.6

Proporsi penderita preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit dr. Soewondo Kabupaten Kendal tahun 2001 adalah sebesar 8,72%, tahun 2002 sebesar 9,34%, tahun 2003 sebesar 9,12%, tahun 2004 sebesar 9,25%, tahun 2005 sebesar 13,60% dengan CFR 8,69%, dan pada tahun 2006 proporsinya sebesar 10,23% dengan CFR


(35)

c. Waktu

Keracunan kehamilan sering ditemukan pada trimester ketiga kehamilan, setelah minggu ke-20 dan paling sering terjadi pada primigravida muda dan jarang terjadi pada kehamilan berikutnya, kecuali pada kelebihan berat badan, kencing manis, hipertensi esensial, atau kehamilan kembar.23 Keracunan kehamilan yang tidak ditangani sedini mungkin dapat membahayakan nyawa ibu dan juga dapat berakibat buruk pada janin, karena meningkatnya keadaan penyakit tidak dapat diramalkan.13

Berdasarkan penelitian Ketut Sudhaberata di RS Tarakan Kalimantan Timur tahun 1996-1998 didapatkan proporsi preeklampsia/eklampsia terbanyak pada kelompok usia kehamilan > 37 minggu yaitu sebesar 86,44%.24

2.4.2. Determinan

Penyebab preeklampsia dan eklampsia belum diketahui sampai sekarang. Banyak teori yang dikemukakan para ahli untuk menerangkan penyebab penyakit tersebut. Karena itulah penyakit ini sering disebut “The Disease of Theory”. Namun belum dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang banyak dikemukakan sebagai penyebab preeklampsia adalah teori “Iskemia Plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini. Ternyata tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Menurut epidemiologi, penyakit keracunan kehamilan dapat ditimbulkan oleh serangkaian proses sebab akibat yang disebut “The Web Of Causation”, yaitu faktor yang ditemukan sering kali sulit ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.12


(36)

Meskipun penyebab terjadinya keracunan kehamilan belum pasti, tetapi beberapa penulis menyebutkan adanya hubungan beberapa karakteristik individual yang berpengaruh terhadap terjadinya keracunan kehamilan yaitu :

a. Umur Ibu

Umur reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara 20-35 tahun, di bawah dan di atas umur tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan. Pada usia muda organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan kejiwaannya belum bersedia menjadi ibu, maka kehamilan sering diakhiri dengan komplikasi obstetri salah satunya keracunan kehamilan. Sedangkan pada usia di atas 35 tahun memiliki resiko untuk hamil dan melahirkan karena pada saat itu telah terjadi penurunan fungsi alat-alat reproduksi sehingga memudahkan untuk terjadi berbagai masalah obstetri termasuk keracunan kehamilan. Risiko kematian ibu pada kelompok umur di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun adalah 3 kali lebih tinggi dari kelompok umur reproduksi sehat yaitu pada umur 20-34 tahun. 23,25 Ibu dengan paritas nullipara dengan usia perkawinan diatas 35 tahun mempunyai resiko 2-3 kali mengalami keracunan kehamilan dibanding dengan usia sebelumnya.21

Hasil penelitian Rozikhan di Rumah Sakit dr. Soewondo Kabupaten Kendal tahun 2007 didapatkan bahwa proporsi penderita preeklampsia/eklampsia pada responden yang umurnya < 20 tahun adalah 75% dari 16 responden, sedangkan responden yang umurnya antara 20 - 35 memiliki proporsi preeklampsia berat 45,61% dari 171 orang respondennya, dan responden yang umurnya > 35 tahun memiliki proporsi preeklampsia berat 77% dari 13 orang responden. Hasil penelitian diatas dapat di katakan bahwa ibu hamil yang usianya < 20 tahun dan > 35 tahun


(37)

mengalami kecenderungan terjadi preeklampsia berat bila dibandingkan dengan ibu hamil yang berusia 20-35 tahun.9

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk menentukan tingkat peran serta masyarakat. Demikian juga partisipasi ibu dalam memelihara kesehatannya terutama pada masa kehamilan, erat kaitannya dengan pendidikan ibu. Ibu dengan tingkat pendidikan relatif tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatannya selama kehamilan bila dibandingkan dengan ibu yang pendidikannya lebih rendah. Selain itu juga pendidikan dan pengetahuan ibu yang lebih baik akan mempengaruhi kemampuan ibu dalam menangani berbagai masalah kesehatan dan pertolongan yang harus diperoleh.26

Berdasarkan hasil penelitian Ketut Sudaberata di RSU Tarakan, Kalimantan Timur tahun 1996-1998 didapatkan proporsi preeklampsia dan eklampsia pada ibu tidak berpendidikan sebesar 20,3%.24

Pendidikan sangat berperan dalam menentukan tingkat penyerapan terhadap informasi kesehatan, dengan latar belakang pendidikan ibu yang rendah akan menyulitkan penyuluhan kesehatan. Akibatnya mereka tidak mengetahui cara pemeliharaan kesehatan terutama pada ibu hamil. Semakin lama seorang ibu mendapat pendidikan (formal), diharapkan semakin meningkat kesadarannya terhadap kemungkinan adanya kesulitan dalam persalinan, sehingga diharapkan dapat timbul dorongan untuk melakukan pengawasan kehamilan secara berkala dan teratur.12


(38)

c. Pekerjaan

Pekerjaan ibu maupun suami akan mencerminkan keadaan sosioekonomi keluarga. Berdasarkan jenis pekerjaan tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan mereka terutama dalam pemenuhan makanan bergizi khususnya bagi ibu hamil.6

Ibu hamil dengan kondisi sosioekonomi yang rendah akan memaksanya untuk tetap bekerja, meskipun dalam keadaan hamil. Di samping itu, ibu hamil dengan kondisi sosioekonomi keluarga yang sudah cukup tinggi juga masih banyak yang bekerja. Jika wanita hamil yang tinggal di rumah rata-rata mengalami peningkatan tekanan darah sekitar 2,1 mmHg, maka rata-rata wanita yang bekerja di luar rumah ternyata mengalami peningkatan tekanan darah sekitar 6,6 mmHg selama kehamilannya. Hal ini sangat memberikan resiko yang besar untuk terjadinya preeklampsia dan eklampsia yang berhubungan dengan tekanan darah atau kelelahan yang dialami ibu hamil yang bekerja.25

d. Paritas

Paritas merupakan jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Paritas dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu : 12

1. Golongan nullipara adalah golongan ibu dengan paritas 0 2. Golongan primipara adalah golongan ibu dengan paritas 1 3. Golongan multipara adalah golongan ibu dengan paritas 2-5


(39)

Paritas juga dapat memengaruhi kehamilan dan persalinan. Paritas ibu yang sehat adalah pada paritas dua sampai tiga. Keracunan kehamilan sering terjadi pada kehamilan pertama terutama pada ibu yang berusia > 35 tahun dan meningkat pada kehamilan berikutnya terutama pada ibu yang mengalami kelebihan berat badan, diabetes, kehamilan kembar, dan hipertensi essensial. Keracunan kehamilan biasanya cenderung meningkat pada persalinan pertama hal itu disebabkan pada persalinan pertama (nullipara) mempunyai resiko relatif tinggi dan akan menurun pada persalinan selanjutnya. Beberapa penelitian mendapatkan risiko preeklampsia pada kehamilan pertama 10-20 kali lebih tinggi dibanding pada kehamilan berikutnya.23

Kejadian preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2007–2009 berdasarkan paritas sangat didominasi oleh kelompok primigravida dengan jumlah 82 orang (69,5%), sedangkan 36 orang (30,5%) terjadi pada kelompok multigravida.10 Pengaruh paritas sangat besar terhadap proporsi preeklampsia dimana hampir 20% nullipara dan primipara memiliki riwayat preeklampsia selama persalinan, dan masa nifas bila dibanding dengan proporsi pada multipara sebesar 7%.13

Kehamilan dengan preeklampsia lebih umum terjadi pada primigravida, keadaan ini disebabkan secara imunologik pada kehamilan pertama pembentukan

blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna sehingga timbul responimun yang tidak menguntungkan terhadap histoincompability placenta.13

e. Usia Kehamilan

Pada umumnya preeklampsia dan eklampsia dapat timbul setelah usia kehamilan 20 minggu, pada molahidatidosa dapat terjadi sebelum minggu ke-20.


(40)

Tetapi sebagian besar kasus keracunan kehamilan terjadi pada usia kehamilan > 37 minggu dan semakin tua usia kehamilan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi keracunan kehamilan. Hal ini terjadi berkaitan dengan semakin tua usia kehamilan maka plasenta juga semakin tua dimana telah terjadi penurunan sirkulasi darah intra plasenter.16,27

Menurut penelitian yang dilakukan Betty Novita Tarigan di RSUD Deli Serdang tahun 2003-2007 melaporkan proporsi keracunan kehamilan pada usia kehamilan >37 minggu sebesar 74%.11 Menurut penelitian yang dilakukan Ketut Sudhaberata pada tahun 1996-1998 di RSU Tarakan Kalimantan Timur, proporsi preeklampsia dan eklampsia pada usia kehamilan 37-42 minggu sebesar 86,44%.24 f. Riwayat Kehamilan Buruk Sebelumnya

Riwayat kehamilan yang berhubungan dengan risiko yaitu pernah mengalami perdarahan, abortus, dan preeklampsia/eklampsia. Keracunan kehamilan lebih sering ditemukan pada anak dan cucu wanita dari ibu yang pernah menderita preeklampsia dan eklampsia. Hal ini diduga karena adanya suatu gen resesif autosom yang mengatur respon imun ibu, dimana jika ada riwayat preeklampsia dan eklampsia pada ibu , maka risiko untuk terjadinya keracunan kehamilan menjadi lebih besar. Wanita yang pada kehamilan sebelumnya pernah mengalami keracunan kehamilan mempunyai risiko 13-45 kali untuk menderita keracunan kehamilan pada kehamilan berikutnya. Dengan memperhatikan riwayat kehamilan yang lalu, diharapkan risiko kehamilan dapat dideteksi dengan mudah dan pencegahan serta pengobatan dapat dilakukan sedini mungkin.19


(41)

g. Ras dan Suku Bangsa

Berbagai penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan angka kejadian preeklampsiapaada golongan etnik dan ras tertentu. Insiden preeklampsia pada orang berkulit hitam dan indian lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berkulit putih. Pada penelitian yang dilakukan di RS Parkland pada tahun 1986 ditemukan proporsi preeklampsia sebesar18% pada kulit putih, 20% wanita hispanik, dan 22% pada kulit hitam. Insiden preeklampsia pada multipara adalah 6,2% ada kulit putih, 6,6% pada Hispanik, dan 8,5% pada kuli hitam.13

Hasil penelitian Betty Novita Tarigan di RSUD Deli Serdang tahun 2003-2007 melaporkan proporsi keracunan kehamilan berdasarkan suku, pada suku Melayu 18,9%.11

2.5. Pencegahan Kejadian Preeklampsia dan Eklampsia 2.5.1. Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap masyarakat khususnya ibu dan wanita usia produktif terhadap faktor risiko terjadinya keracunan kehamilan.14

Pencegahan ini dapat dilakukan dengan menjaga berat badan ibu hamil agar tetap ideal, mengatur pola makan sehat dan menghindari stress serta istirahat yang cukup.28

2.5.2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya awal sebelum seseorang menderita penyakit atau upaya untuk mempertahankan orang sehat agar tetap sehat. Dilakukan


(42)

dengan pendekatan komuniti berupa penyuluhan faktor-faktor risiko terutama pada kelompok risiko tinggi. Pencegahan dapat dilakukan dengan :

i. Penyuluhan kepada ibu hamil tentang manfaat istirahat, diet rendah garam, lemak serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan.

ii. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsia dan eklampsia bila ada faktor prediposisi.

iii.Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat, bahwa eklampsia bukan penyakit kemasukan (magis), seperti banyak disangka oleh masyarakat awam. 12,14 Selain itu, pencegahan timbulnya preeklampsia juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan antenatal care secara teratur yaitu minimal 4 kali kunjungan yaitu masing-masing 1 kali pada trimester I dan II , serta 2 kali pada trimester III.25

2.5.3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya mencegah orang yang telah sakit agar tidak menjadi parah , dengan menghambat progresifitas penyakit dan menghindarkan komplikasi. Dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini serta mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Upaya pencegahan ini dilakukan dengan : 14

i. Pemeriksaan antenatal yang teratur, bermutu dan teliti mangenali tanda-tanda sedini mungkin, lalu diberikan pengobatan yang sesuai agar penyakit tidak menjadi berat.29

ii. Terapi preeklampsia ringan di rumah yaitu istirahat ditempat tidur, berbaring pada sisi kiri dan bergantian ke sisi kanan bila perlu, dengan istirahat biasanya edema dan hipertensi bisa berkurang.


(43)

iii.Memberikan suntikan sulfamagnesium 8 gr intramuskuler untuk mencegah kejang. iv.Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya 37 minggu ke atas, apabila setelah

dirawat inap tanda-tanda preeklampsia berat tidak berkurang. 2.5.4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier merupakan upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau membatasi kecacatan yang terjadi serta melakukan tindakan rehabilitasi. Pencegahan dapat dilakukan dengan 12,14:

i. Setelah melahirkan, tekanan darah diperiksa setiap 4 jam selama 48 jam. ii. Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum.


(44)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Karakteristik Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan

1. Sosio Demografi : − Umur

− Suku

− Tingkat pendidikan − Pekerjaan ibu − Tempat tinggal 2. Mediko Obstetri

− Paritas

− Usia kehamilan

− Riwayat kehamilan buruk sebelumnya 3. Jenis keracunan kehamilan

4. Lama rawatan rata-rata 5. Sumber pembiayaan 6. Keadaan sewaktu pulang

3.2. Definisi Operasional Variabel

3.2.1. Keracunan kehamilan merupakan kesatuan penyakit yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang memiliki trias gejala : hipertensi, proteinuria, dan edema, yang terkadang disertai dengan kejang dan koma, terdiri dari preeklampsia dan eklampsia, sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status berdasarkan diagnosa dokter.12


(45)

3.2.2. Umur adalah umur ibu penderita keracunan kehamilan seperti tercatat dalam kartu status, dikategorikan menjadi : 21,26

1. < 20 tahun dan >35 tahun : umur beresiko tinggi 2. 20-35 tahun : umur beresiko rendah.

3.2.3. Suku adalah ras atau etnik yang melekat pada ibu seperti yang tercatat dalam kartu status pasien.

1. Batak 2. Jawa 3. Melayu 4. Aceh 5. Lain-lain

3.2.4. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir dari ibu penderita keracunan kehamilan seperti yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan menjadi :

1. Tidak Sekolah / tidak tamat SD 2. SD

3. SLTP 4. SLTA

5. Diploma / Sarjana

3.2.5. Pekerjaan adalah pekerjaan ibu yang menderita keracunan kehamilan seperti yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan menjadi :

1. Ibu Rumah Tangga 2. PNS

3. Pegawai Swasta 4. Wiraswasta

3.2.6. Tempat tinggal adalah tempat tinggal menetap pasien penderita keracunan kehamilan, dikelompokkan menjadi :

1. Dalam kota Medan 2. Luar kota Medan


(46)

3.2.7. Paritas adalah frekuensi persalinan yang pernah dialami oleh ibu penderita keracunan kehamilan seperti yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan menjadi : 26

1. Nullipara (jumlah persalinan 0) 2. Primipara (jumlah persalinan 1) 3. Multipara (jumlah persalinan 2-5) 4. Grandemultipara (jumlah persalinan > 5)

3.2.8. Usia kehamilan adalah usia janin dalam kandungan seperti yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan menjadi : 16

1. <20 minggu (abortus). 2. 20-37 minggu (prematurus). 3. >37 minggu (aterm).

3.2.9. Riwayat kehamilan buruk sebelumnya adalah pengalaman yang dialami oleh ibu yang menderita keracunan kehamilan selama masa kehamilan yang terakhir yang diingatnya seperti yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan menjadi :18

1. Perdarahan 2. Abortus

3. Preeklampsia/eklampsia 4. Tidak ada

3.2.10. Jenis keracunan kehamilan adalah keracunan kehamilan yang dialami oleh ibu seperti yang tercatat dalam kartu status pasien, yang dibedakan atas :12,18 1. Preeklampsia

2. Eklampsia

3.2.11. Lama rawatan rata-rata adalah jumlah hari rata-rata perawatan pasien, dihitung mulai dari tanggal pertama dirawat dengan diagnosa keracunan kehamilan sampai keluar seperti yang tercatat dalam kartu status.


(47)

3.2.12. Sumber biaya adalah asal biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pengobatan penderita keracunan kehamilan yang dirawat inap seperti yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan menjadi :

1. Biaya sendiri. 2. ASKES 3. Jamkesmas 4. JPKMS 5. JKProvsu 6. Jampersal

3.2.13. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi kesehatan ibu sewaktu pulang dari rumah sakit setelah persalinan, seperti yang tercatat di dalam kartu status, yang dikategorikan menjadi :

1. Sembuh.

2. Pulang atas permintaan sendiri (PAPS). 3. Pulang Berobat Jalan (PBJ).

4. Meninggal


(48)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain Case Series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan alasan rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit rujukan sehingga pasien yang berobat banyak dengan berbagai macam penyakit, salah satunya keracunan kehamilan. Rumah sakit ini juga mempunyai data rekam medik tentang penderita keracunan kehamilan dan belum ada penelitian mengenai keracunan kehamilan tahun 2009-2011 di rumah sakit ini.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 s/d Juli 2012

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua data pasien yang mengalami keracunan kehamilan rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 yang berjumlah 101 orang.


(49)

4.3.2. Sampel

Sampel adalah data pasien yang mengalami keracunan kehamilan rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 dengan besar sampel adalah jumlah seluruh populasi.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melihat kartu status pasien yang diperoleh dari rekam medik pasien keracunan kehamilan yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 dan dicatat sesuai dengan variabel yang ada dalam kerangka konsep.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, grafik pie dan bar, dilanjutkan analisa statistik dengan menggunakan chi square dan uji t-test untuk melihat perbedaan antara variabel-variabel sesuai dengan kerangka konsep.


(50)

BAB 5

HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1. Sejarah Singkat RSUD Dr. Pirngadi Medan

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan atau sering disingkat RSUPM beralamat di Jl. Prof. HM Yamin SH No. 47 Medan yang merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan di kota Medan yang berstatus milik pemerintah Kota Medan. RSU Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda dengan nama GEMENTE ZIEKEN HUIS pada tanggal 11 Agustus Anno 1928. Peletakan batu pertamanya dilakukan seorang bocah berumur 10 tahun bernama MARIA CONSTANTIA MACKY, dimana sebagai pimpinan yang pertama dipegang oleh Dr. W. BAYS. Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, rumah sakit ini diambil alih oleh Bangsa Jepang dan berganti nama menjadi SYURITSU BYUSONO INCE dan pimpinannya dipercayakan kepada seorang putra Indonesia yaitu Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro. Setelah bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 menyatakan kemerdekaannya, pada tahun 1947 rumah sakit ini diambil alih oleh pemerintah Negara bagian Sumatera Timur Republik Indonesia Sementara (RIS) dengan nama “Rumah Sakit Kota Medan”. Dengan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1950 maka Negara bagian (RIS) dihapuskan, rumah sakit kota Medan diambil alih oleh pemerintah pusat/kementerian kesehatan di Jakarta dengan nama “Rumah Sakit Umum Pusat”. Kemudian pada tahun 1971, rumah sakit ini diserahkan dari pusat ke Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat


(51)

Provinsi Medan. Pada tahun 1979, Rumah Sakit Umum Pusat Provinsi Medan ditabalkan menjadi “Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan”. Sejalan pelaksanaan otonomi daerah, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi pada tanggal 27 Desember 2001 diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada Pemerintah Kota Medan dan berganti nama menjadi “Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan”. Pada tanggal 6 September 2002, status kelembagaan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi ditetapkan menjadi Badan dan berganti nama menjadi “Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan”. Sebagai direktur, pada saat itu dipercayakan kepada Dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA. Pada tahun 2004, Walikota Medan yang menjabat pada saat itu Drs. H. Abdullah, Ak., MBA mencanangkan pengembangan rumah sakit Dr. Pirngadi menjadi delapan tingkat yang peletakan batu pertamanya tepatnya dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2004. Kemudian pada tahun 2005, pemakaian gedung rumah sakit umum Dr. Pirngadi dengan delapan tingkat diresmikan oleh beliau. Masa jabatan direktur yang dipegang oleh Dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA telah berakhir. Beliau telah menjabat sebagai direktur selama tujuh tahun. Tepat pada tanggal 8 April 2009, pimpinan Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan secara resmi dipindahtangankan kepada Dr. dr. Umar Zein, DTM&H, SpPD-KPTI (Mantan Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan) lalu selanjutnya digantikan pada tanggal 4 Desember 2009 oleh dr. Dewi Fauziah Syahnan, Sp. THT.

5.1.2. Visi

Terwujudnya Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Mantap Tahun 2010 (Mandiri, Tanggap, dan Profesional)


(52)

5.1.3. Misi

a. Meningkatkan upaya pelayanan medik, non medik, dan perawatan secara profesinal,

b. Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pengembangan IPTEK,

c. Mewujudkan rumah sakit sebagai pusat rujukan se-Sumatera Utara, dan d. Meningkat pelayanan administrasi dan manajemen rumah sakit yang

berkualitas, tranparan, dan akuntabel, 5.1.4. Motto

Aegroti Salus Lex Suprima artinya adalah “ Kepentingan Penderita Adalah Yang Utama”. Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan menyediakan fasilitas pelayanan antara lain:

a. Pelayanan spesialis/klinik diantaranya anak, bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam, gigi dan mulut, syaraf, THT, mata, paru-paru, kulit dan kelamin, jantung, bedah tulang, alergi, klinik ketergantungan obat, klinik menopause, jiwa, bedah laser, dan bedah syaraf.

b. Perawatan rawat inap diantaranya kelas III, II, I, utama, VIP, ICU, ICCU, dan unit stroke.

c. Pelayanan penunjang diantaranya laboratorium patologi klinik, laboratorium patologi anatomi , radio diagnostik, radiotherapi, CT-Scan, USG, endoskopi, ECG, echocardiografi, treadmill, EEG, EMG, TUR, laparaskopi, konsultasi gizi, farmasi, hemodialisa, kamar bedah, bronchoscopy, dan fisioterapi.


(53)

5.2. Analisa Deskriptif

5.2.1. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Tahun

Hasil penelitian tentang karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011, diperoleh distribusi berdasarkan tahun adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011

No Tahun

Pasien Keracunan Kehamilan Pasien Obgyn Selain Keracunan Kehamilan Jumlah

f % f % F %

1 2 3 2009 2010 2011 34 31 36 3,14 4,01 5,14 1048 742 665 96,68 95,99 95,14 1082 773 701 100 100 100 Berdasarkan tabel 5.1. di atas diketahui jumlah ibu yang mengalami keracunan kehamilan yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2009 yaitu sebanyak 34 orang (3,14%), pada tahun 2010 yaitu sebanyak 31 orang (4,01%) dan pada tahun 2011 yaitu sebanyak 36 orang (5,14%).


(54)

5.2.2. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Sosiodemografi

Hasil penelitian tentang karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi tahun 2009-2011, diperoleh distribusi keracunan kehamilan berdasarkan sosiodemografi adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Yang Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011

No Sosiodemografi f Proporsi (%)

1

Umur

< 20 tahun dan >35 tahun 20-35 tahun

37 64

36,63 63,37

Jumlah 101 100

2 Suku Batak Jawa Melayu Aceh Lain-lain 53 31 12 2 3 52,48 30,69 11,88 1,98 2,97

Jumlah 101 100

3

Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah/tidak tamat SD SD

SMP SMA

Diploma / Sarjana

6 3 17 60 15 5,94 2,97 16,83 59,41 14,85

Jumlah 101 100

4 Pekerjaan Ibu IRT PNS Pegawai Swasta Wiraswasta 87 11 1 2 86,14 10,89 0,99 1,98

Jumlah 101 100

5

Tempat tinggal Dalam kota Medan Luar kota Medan

77 24

76,24 23,76


(55)

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan berdasarkan sosiodemografi yaitu : umur ibu yang terbanyak adalah umur 20-35 tahun sebanyak 64 orang (63,37%), suku yang terbanyak adalah suku batak sebanyak 53 orang (52,48%),selanjutnya suku jawa 31 orang (30,69%), suku melayu 12 orang (11,88%), lain-lain sebanyak 3 (2,97%) dan aceh 2 orang (1,98%).

Berdasarkan tabel 5.2 juga dapat diketahui tingkat pendidikan ibu yang mengalami keracunan kehamilan yang terbanyak adalah SMA sebanyak 60 orang (59,41%), kemudian SMP sebanyak 17 orang (16,83%), Diploma/Sarjana sebanyak 15 orang (14,85%), tidak sekolah/tidak tamat SD sebanyak 6 orang (5,94%) dan SD sebanyak 3 orang (2,97%). Berdasarkan pekerjaan, yang terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 87 orang (86,14%), kemudian PNS sebanyak 11 orang (10,89%), wiraswasta 2 orang (1,98%) dan pegawai swasta 1 orang (0,99%). Sedangkan berdasarkan tempat tinggal, yang terbanyak adalah tinggal di kota Medan yaitu sebanyak 77 orang (76,24%).


(56)

5.2.3. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Mediko Obstetri

Hasil penelitian tentang karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi tahun 2009-2011, diperoleh distribusi keracunan kehamilan berdasarkan Mediko obstetri adalah sebagai berikut :

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Yang Dirawat Inap Berdasarkan Mediko Obstetri di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011

No Mediko Obstetri F Proporsi (%)

1 Paritas Nullipara Primipara Multipara Grandemultipara 44 24 30 3 43,57 23,76 29,70 2,97

Jumlah 101 100

2 Usia Kehamilan

20-37 minggu (prematurus) >37 minggu (aterm)

24 77

23,76 76,24

Jumlah 101 100

3 Riwayat kehamilan buruk sebelumnya Perdarahan Abortus Preeklampsia/eklampsia Tidak ada 2 13 2 84 1,98 12,87 1,98 83,17

Jumlah 101 100

Berdasarkan tabel 5.3. diketahui karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan berdasarkan mediko obstetri adalah sebagai berikut : paritas yang terbanyak adalah nullipara yaitu sebanyak 44 orang (43,57%), dan yang paling sedikit adalah paritas grandemultipara yaitu sebanyak 3 orang (2,97%). Usia kehamilan terbanyak adalah usia kehamilan >37 minggu yaitu sebanyak 77 orang (76,24%), kemudian usia kehamilan 20-37 minggu sebanyak 24 orang (23,76%). Ibu yang tidak pernah mengalami kehamilan buruk sebelumnya adalah terbanyak yaitu sebanyak 84


(57)

orang (83,17%), kemudian yang mengalami abortus sebanyak 13 orang (12,87%) dan yang paling sedikit adalah ibu yang pernah mengalami perdarahan dan eklampsia yang masing-masing sebanyak 2 orang (1,98%).

5.2.4. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Jenis Keracunan Kehamilan

Hasil penelitian tentang karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi tahun 2009-2011, diperoleh distribusi keracunan kehamilan berdasarkan jenis keracunan kehamilan adalah sebagai berikut : Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan

Yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Keracunan Kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011

No Jenis Keracunan Kehamilan f Proporsi (%)

1 2

Preeklampsia Eklampsia

68 33

67,33 32,67

Jumlah 101 100

Berdasarkan tabel 5.4. dapat diketahui karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan berdasarkan jenis keracunan kehamilan yang terbanyak adalah yang ibu yang mengalami preeklampsia yaitu sebanyak 68 orang (67,33%).


(58)

5.2.5. Lama Rawatan Rata-Rata Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Hasil penelitian tentang karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi tahun 2009-2011, diperoleh distribusi keracunan kehamilan berdasarkan lama rawatan rata-rata adalah sebagai berikut : Tabel 5.5. Lama Rawatan Rata-Rata Ibu Yang Mengalami Keracunan

Kehamilan Yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011

Lama Rawatan Rata-Rata (hari) Mean

SD

Coef. Of Variation Minimum

Maximum

4,85 2,531 52,18% 1 12

Berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata ibu yang mengalami keracunan kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 adalah 4,85 hari (5 hari), SD 2,531 hari, Coefisien of Variation sebesar 52,18% artinya lama rawatan ibu yang mengalami keracunan kehamilan bervariasi, dengan 95% Confidence Interval minimum lama rawatan adalah 1 hari dan maksimum adalah 12 hari.


(1)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

7.1.1. Proporsi ibu yang mengalami keracunan kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011meningkat tiap tahunnya.

7.1.2. Karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011berdasarkan sosiodemografi : terbesar golongan umur 20-35 tahun (resiko rendah); suku Batak; pendidikan SMA; pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga; Tempat tinggal berada di dalam kota Medan.

7.1.3. Karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011berdasarkan mediko obstetri : terbesar paritas nullipara; usia kehamilan > 37 minggu; tidak ada riwayat kehamilan buruk sebelumnya.

7.1.4. Jenis keracunan kehamilan terbanyak di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011adalah preeklampsia.

7.1.5. Lama rawatan rata-rata ibu yang mengalami keracunan kehamilan rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 adalah 4,85 hari (5 hari). 7.1.6. Karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 berdasarkan sumber biaya terbanyak adalah dengan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Medan Sehat (JPKMS).


(2)

7.1.7. Karakteristik ibu yang mengalami keracunan kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang terbanyak pulang dengan berobat jalan.

7.1.8. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur ibu berdasarkan jenis keracunan kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 dengan p = 1,000.

7.1.9. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi tingkat pendidikan ibu berdasarkan jenis keracunan kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 dengan p = 0,626.

7.1.10. Ada perbedaan yang bermakna antara proporsi pekerjaan ibu berdasarkan jenis keracunan kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 dengan p = 0,032.

7.1.11. Tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 dengan p = 0,481.

7.1.12. Tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan berdasarkan jenis keracunan kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 dengan p = 0,809.

7.1.13. Analisis perbedaan proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan jenis keracunan kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 tidak dapat dilakukan karena memiliki sel > 20% dengan expected count <5.


(3)

7.1.14. Tidak ada perbedaan yang bermakna Usia Kehamilan berdasarkan jenis keracunan kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 dengan p = 1,000.

7.1.15. Analisis perbedaan proporsi usia kehamilan berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011 tidak dapat dilakukan karena memiliki sel > 20% dengan expected count <5.

7.2. Saran

7.2.1. Diharapkan pihak rumah sakit lebih meningkatkan penanganan pasien yang mengalami keracunan kehamilan karena masih terdapat kematian ibu dalam tiga tahun terakhir (tahun 2009-2011).

7.2.2. Diharapkan kepada bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di RSUD Dr. Pirngadi Medan agar dapat memberi arahan kepada ibu yang memeriksa kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan agar rutin memeriksakan kehamilannya dan memberitahukan kepada ibu hamil mengenai penyakit keracunan kehamilan ini sehingga terjadinya keracunan kehamilan dapat dicegah.

7.2.3. Diharapkan kepada ibu agar melengkapi pemeriksaan antenatal care (ANC) K-4 agar dapat diketahui secara dini apabila terjadi keracunan kehamilan sehingga perkembangan penyakitnya untuk menjadi berat dapat dicegah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Barus, N., 2001. Tantangan dan Masalah Dalam Upaya Penurunan Resiko Kematian Ibu dan Neonatal Menyongsong Era Globalisasi, Pidato pengukuhan jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Kesehatan masyarakat, Agustus 1999

2. Meneg PP., 2010. Angka Kematian Ibu Melahirkan. http:// www.menegpp.go.id

3. WHO, Depkes RI., FKM UI., 1999. Materi Ajar Safe Motherhood, Jakarta 4. WHO., 2011. Maternal Mortality Ratio,

5. WHO., 2012. Causes of Maternal Death, 6. Tanjung, M.T., 2004. Preeklampsia. Pustaka bangsa press, Medan 7. Depkes RI., 2006. Profil Kesehatan Indonesia 2004, Jakarta 8. Depkes RI., 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010, Jakarta

9. Rozikhan.,2007. Faktor-faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat di Rumah Sakit Dr. H.Soewondo Kendal. Thesis Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro Semarang.

10. Djannah, S.N. dan Ika Sukma Arianti., 2010. Gambaran Epidemiologi Kejadian Preeklampsia/Eklampsia di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007-2009. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan-vol.13 No.4 Oktober 2010. http://jurnal.lipi.go.id

11. Tarigan, Betti Novita., 2008. Karakteristik Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilam yang Dirawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2003-2007. Skripsi FKM USU, Medan

12. Mochtar, R., 1998. Sinopsis Obstetri. EGC, Jakarta

13. Mac Donald, G.P., 1991. Obstetri Williams. Penerjemah Hariadi R. Airlangga University Press, Surabaya

14. Prawirohadjo, S., 1999. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka-Sarwono Prawiroharjo, Jakarta


(5)

15. Benson, Ralph C dan Martin L pernoli., 2002. Obstetri dan Ginekologi. Penerjemah dr. Susiani Wijaya. EGC, Jakarta

16. Mey, S., 1984. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi, FK Universitas Padjajaran Bandung. Eltsar offset, Bandung

17. Dutta, D.C., 2001. Text Book Of Obstetrics. Calcuta New Central Book Agency (P)LTD

18. Manuaba, I.B.G., 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. EGC, Jakarta

19. Lowdermik, D.I., 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC, Jakarta 20. WHO, 2002. Modul Eklampsia Materi Pendidikan Kebidanan. EGC, Jakarta 21. Depkes RI., 2001. Standar Pelayanan Kebidanan, Jakarta

22. Roeshadi, H.R., 2006. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan angka Kematian Ibu Pada Penderita Preeklampsia dan Eklampsia. Pidato pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam bidang Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan pada FK-USU, April 2006

23. Royston, E., 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Bina Rupa Aksara, Jakarta

24. Sudhaberata, K., 2001. Profil Penderita Preeklampsia-Eklampsia di RSU Tarakan Kaltim. http://www.infomedika.com

25. Maryunani, Anik dan Yulianingsih., 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. CV Trans Info Media, Jakarta

26. Suhariadi, D., 2004. Strategi Penurunan Kejadian Preeklampsia Melalui Pendekatan Study Kasus Kelola dan Metode Multiple Criteria Utility Assesment (MCUA) di Kota Medan. Tesis Pascasarjana USU, Medan 27. Girsang, E., 2004. Analisa Tekanan Darah dan Proteinuria Sebagai Faktor

Prognosis Kematian Maternal dan Perinatal pada Preeklampsia dan Eklampsia. Tesis FK-USU, Medan

28. Manuaba, I.B.G., 1998. Ilmu Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC, Jakarta


(6)

29. Norwitz, E., 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Penerjemah Diba Artsiyanti. Penerbit Erlangga, Jakarta

30. Badan Pusat Statistik, 2000. Karakteristik Penduduk Kota Medan Provinsi Sumatera Utara; Hasil Sensus Penduduk tahun 2000, Medan.

31. Gulo, Taroni., 2008. Karakteristik Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilam yang Dirawat Inap di RSUD Dr Pirngadi Medan Tahun 2002-2006. Skripsi FKM USU, Medan

32. Kemenag RI., Undang-undang RI Nomor 1 tentang Perkawinan tahun 1974. http://www.kemenag.go.id

33. Pemko Medan., LPPD Kota Medan tahun 2008.

34. Mitayani., 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika, Jakarta 35. Depkes RI., 2011. Buku Saku Jampersal: Informasi Jampersal, Jakarta.