31 mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang
optimal.
Menurut Mumpuniarti 2003: 23 yang dimaksud dengan tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki kategori ini lebih jelas atau lebih
nampak ketunaannya setelah memasuki sekolah dasar. Mereka secara fisik tidak menampakkan secara jelas kelainannya tetapi setelah berada di
sekolah dasar nampak tidak mampu mengikuti pelajaran yang bersifat akademis. Sejalan dengan pendapat tersebut seperti yang dijelaskan oleh
Rochman Natawidjaja dan Zainal Alimin 1996: 142 anak tunagrahita
ringan adalah anak yang memiliki IQ antara 50-70.
Jadi, berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan anak tunagrahita ringan adalah anak yang
memiliki IQ dibawah 70. Namun anak tunagrahita tidak menampakkan ciri fisiknya secara jelas, dan masih mampu mengikuti pembelajaran di
sekolah reguler maupun sekolah luar biasa.
2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan
Karakteristik merupakan hal yang penting yang harus diketahui oleh pendidik sebagai penentu pelaksanaan pembelajaran pada anak
tunagrahita, khususnya kategori ringan. Ada lima karakteristik yang menjadi ciri umum anak tunagrahita Rochman Natawidjaja dan Zainal
Alimin, 1996: 142 yaitu sebagai berikut.
32 a.
Lambat dalam memberi reaksi. Anak tunagrahita memerlukan waktu lama dalam memberikan reaksi terhadap situasi yang baru, memahami
pengertian yang baru dikenalnya. Mereka memberikan reaksi terbaiknya jika mengikuti hal-hal yang rutin yang secara konsisten
dialaminya dari hari ke hari. b.
Rentang perhatian yang pendek. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi kegiatan dalam waktu yang lama dan tidak dapat
menyimpan instruksi dalam ingatan dengan baik. c.
Keterbatasan dalam kemampuan berbahasa. Anak tunagrahita mempunyai keterbatasan dalam penguasaaan bahasa, persamaan dan
perbedaan harus ditunjukkan secara berulang-ulang, latihan-latihan sederhana seperti membedakan konsep besar atau kecil, latihan
membedakan antara pertama, kedua, dan terakhir harus dilakukan dengan konkret, di samping itu anak tunagrahita mudah terpengaruh
oleh pembicaraan orang lain. d.
Miskin dalam pertimbangan. Anak tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu membedakan antara yang baik dan yang
buruk, yang benar dan yang salah. Hal ini disebabkan oleh kemampuan kecerdasannya yang terbatas. Mereka tidak dapat
membayangkan dahulu akan konsekuensi dari suatu perbuatan. e.
Perkembangan kecakapan motorik yang kurang. Perkembangan jasmani dan motorik anak tunagrahita tidak secepat anak normal.
33 Nampaknya ada korelasi tertentu antara perkembangan jasmani
motorik dengan perkembangan intelektual. Hambatan mental ringan memiliki karakteristik fisik yang tidak jauh
berbeda dengan anak normal, namun menurut Astati Mumpuniarti, 2007: 15 anak dengan hambatan mental ringan atau tunagrahita ringan
keterampilan motorikanya lebih rendah daripada anak normal. Karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dengan anak normal ini
menyebabkan tidak terdeteksi sejak awal sebelum masuk sekolah, anak akan terdeteksi ketika mulai masuk sekolah baik di sekolah tingkat
prasekolah atau sekolah dasar. Terdeteksi yang dimaksud yaitu dengan menampakkan ciri ketidakmampuan di bidang akademik, maupun
kemampuan pelajaran di sekolah yang membutuhkan keterampilan
motorik.
Pendapat lain menjelaskan bahwa tunagrahita yang termasuk kategori kelompok ringan, sebagian besar tidak memiliki kelainan fisik Heri
Purwanto, 1998: 23. Menurut Sutjihati Somantri 2006: 108 perkembangan fisik anak tunagrahita tertinggal jauh oleh anak normal, ada
pula yang sama atau hampir menyamai anak normal. Dari fungsi-fungsi yang menyamai atau hampir menyamai anak normal ialah fungsi
perkembangan jasmani dan motorik anak tunagrahita tidak secepat perkembangan anak normal lainnya. Tingkat kesegaran jasmani anak
terbelakang mental atau tunagrahita ada dalam kategori kurang sekali.
34 Menurut Mubiar Agustin 2011: 78 karakteristik anak tunagrahita
ringan yaitu banyak dari mereka yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya. Mereka mengalami kesukaran berpikir
abstrak, tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik, baik di sekolah biasa maupun di sekolah luar biasa. Pada umur 16 tahun baru
mencapai umur kecerdasan sama dengan anak umur 12 tahun, tetapi itupun hanya sebagian dari mereka, sebagian lagi tidak mencapai
kecerdasan setinggi itu.
Semua karakteristik di atas membuat anak tunagrahita tidak bisa belajar dan beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan termasuk dalam
kemampuan belajarnya. Kemampuan belajar anak tunagrahita hanya mampu mencapai pada taraf tertentu saja. Ritme kecepatan belajarnyapun
lamban dan membutuhkan pemecahan tugas menjadi lebih sederhana. Program pendidikan bagi tunagrahita harusnya disesuaikan dengan
tingkatan umur maupun jenis ketunagrahitaannya.
E. Penelitian Relevan