Klasifikasi Lembaga Jaminan Jaminan 1. Pengertian Jaminan

kedudukan sebagai kreditur preference, dengan memperoleh kedudukan istimewa privilege dan hak yang didahulukan droit de preference. Jaminan perorangan, yaitu jaminan yang hanya mempunyai hubungan langsung dengan pihak pemberi jaminan. Hal ini sejaian dengan azas pacta sunt servanda, sebagaimana terdapat di dalam pasal 1340 KUH Perdata. 4. Jaminan atas benda bergerak dan benda tak bergerak, dalam system hukum perdata di Indonesia penggolongan atas benda bergerak dan tidak bergerak merupakan penggolongan atas yang terpenting. Hal ini berhubungan dengan pembendaan dalam penyerahan levering, daluwarsa verjaring, kedudukan berkuasa bezit, pembebanan jaminan bezwaaring. 5. Jaminan dengan menguasai bendanya dan tanpa menguasai bendanya. Jaminan dengan menguasai bendanya, kreditur menguasai benda jaminan secara nyata. Yang termasuk dalam kategori ini adalah gadai, hak rentensi. Jaminan dengan tanpa menguasai bendanya, kreditur tidak menguasai benda jaminan secara nyata tetapi hanya menguasai dokumen atau kepemilikan yuridisnya saja. Penggolongan lembaga jaminan sebagaimana diuraikan di atas sangat erat sekali kaitannya dengan pengertian atau makna dari perjanjian itu sendiri, yaitu menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum. Sebagaimana klasifikasi lembaga jaminan perbankan pembebanan jaminan yang terpenting adalah jaminan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak, karena sangat terkait dengan pembebanan atas jaminan tersebut. Dimana untuk benda bergerak pembebanannya bisa dengan jaminan gadai, bisa dengan fidusia. Untuk benda tidak bergerak dapat dibebankan dengan hak tanggungan atas tanah dan hipotek untuk kapal laut, pesawat udara dan mesin-mesin pabrik yang mempunyai berat 20 m3. 2.4. Gadai 2.4.1. Pengertian Gadai Menurut Instrumen Hukum Istilah gadai berasal dari terjemahan dari kata pand bahasa Belanda atau pledge atau pawn bahasa Inggris. Pengertian gadai tercantum dalam pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Artikel 1196 vv, title 19 Buku III NBW. Menurut Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, gadai adalah: Suatu hak yang diperolah seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya kecuali biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan, bahwa gadai merupakan perjanjian riil, yaitu perjanjian yang di samping kata sepakat, diperlukan suatu perbuatan nyata dalam hal ini penyerahan kekuasaan atas barang gadai. 14 Kata “gadai” dalam undang-undang tersebut digunakan dalam dua arti, yaitu: pertama, untuk menunjuk kepada bendanya benda gadai, vide Pasal 1152 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan kedua, tertuju kepada haknya hak gadai, seperti pada Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dari perumusan Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut dapat diketahui, bahwa: a. Gadai merupakan satu hak jaminan kebendaan atas kebendaan bergerak tertentu milik debitur atau seseorang lain atas nama debitur untuk dijadikan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu; 14 Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, 2001, Seri Hukum Bisnis Jaminan Fidusia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 88. b. Gadai memberikan hak didahulukan voorrang, preferensi, droit de preference kepada pemegang hak gadai atas kreditor-kreditor lainnya atas piutangnya; c. Gadai memberikan kewenangan kepada kreditor pemegang gadai untuk mengambil pelunasan terlebih dahulu dari hasil penjualan melalui pelelangan umum atas barang- barang yang di gadaikan setelah dikurangi biaya-biaya lelang dan biaya lainnya yang terkait dengan proses lelang; 15 Dalam definisi ini, gadai dikonstruksikan sebagai perjanjian accesoir tambahan yang mempunyai ciri-ciri dan konsekuensi dari perjanjian accessoir antara lain: a. Tidak dapat berdiri sendiri. b. Adanya timbul maupun hapusnya tergantung pada perikatan pokoknya. c. Apabila perikatan pokoknya beralih accessoir turut beralih. 16 Sedangkan perjanjian pokoknya adalah perjanjian pinjam meminjam uang dengan jaminan benda bergerak. Apabila debitur lalai dalam melaksanakan kewajibannya, barang yang telah dijaminkan oleh debitur kepada kreditur dapat dilakukan pelelangan untuk melunasi hutang debitur. Unsur-unsur yang tercantum dalam pengertian gadai adalah: a. Adanya subjek gadai, yaitu kreditur penerima gadai dan debitur pemberi gadai. b. Adanya objek gadai, yaitu barang bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud. c. Adanya kewenangan kreditur. Kewenangan kreditur adalah kewenangan untuk melakukan pelelangan terhadap barang debitur. Penyebab terjadinya pelelangan adalah karena debitur tidak melakukan prestasinya sesuai 15 Rachmadi Usman II, op.cit, hlm. 263. 16 Sri Soedewi Masjchoen Sofyan, 1980, Hukum Jaminan di Indonesia, Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Liberty, Yogyakarta, hlm. 43. dengan isi kesepakatan yang di buat antara kreditur dan debitur, walaupun debitur telah diberikan somasi oleh kreditur. 17

2.4.2. Sifat-Sifat Gadai

Sebagai hak kebendaan, pada gadai melekat pula sifat-sifat hak kebendaan, yaitu: a. Barang-barang yang digadaikan tetap atau terus mengikuti kepada siapapun objek barang- barang yang digadaikan itu berada droit de suite. b. Bersifat mendahulu droit de suite. c. Hak gadai memberikan kedudukan diutamakan hak preferensi kepada kreditor pemegang hak gadai Pasal 1133, Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. d. Dapat beralih atau dipindahkan. Selain itu, bila dibandingkan dengan hak kebendaan lain maka terdapat beberapa sifat lain dari gadai, yang diantaranya yaitu: a. Gadai bersifat acessoir pada perjanjian pokok atau pendahuluan tertentu, yaitu merupakan perjanjian tambahanbuntutanekor, seperti perjanjian pinjam meminjam uang, utang piutang, atau perjanjian kredit Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Gadai hanya akan lahir bilamana sebelumnya terdapat perjanjian pokok. b. Gadai merupakan hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan dalam rangka menjamin pelunasan utang tertentu. c. Kebendaan barang yang digadaikan harus berada dibawah penguasaan kreditor pemegang hak gadai atau setidak-tidaknya berada di tangan pihak ketiga untuk dan atas 17 H. Salim, op.cit, hlm. 35.

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

11 194 119

Penundaan Pelaksanaan Eksekusi Lelang Terhadap Barang Jaminan Hutang Milik Nasabah Debitur (Penelitian Pada Kantor Pelayanan Piutang Dan Lelang Negara Medan)

0 34 139

PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB KREDITUR TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBJEK JAMINAN GADAI DITINJAU DARI PASAL 1159 AYAT (1) KUH PERDATA DALAM PERJANJIAN UTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN GADAI

0 3 28

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG.

0 1 20

TANGGUNG JAWAB PENERIMA GADAI ATAS KERUGIAN PEMBERI GADAI TERHADAP BENDA-BENDA JAMINAN GADAI DI PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PEGADAIAN CABANG TARANDAM PADANG.

0 3 13

MEKANISME PEMBERIAN GADAI DAN TANGGUNG JAWAB PENERIMA GADAI TERHADAP KESELAMATAN BARANG JAMINAN (STUDI PADA PERUM PEGADAIAN KANWIL II PADANG).

0 0 9

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN CABANG TARANDAM TERHADAP BENDA JAMINAN GADAI KENDARAAN BERMOTOR.

0 1 10

TANGGUNG JAWAB PEMEGANG GADAI TERHADAP BARANG JAMINAN DI PERUM PEGADAIAN CABANG TERANDAM PADANG.

0 0 6

Tanggung jawab pegadaian sebagai pemegang gadai terhadap objek gadai yang hilang atau rusak akibat kelalaiannya (studi kasus PT Pegadaian Persero Pangkalpinang) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 1 9

TANGGUNG JAWAB PIHAK PT. PEGADAIAN TERHADAP UANG SISA HASIL PELELANGAN BARANG JAMINAN (Studi Di Kantor PT.Pegadaian (Persero) Cabang Mataram) - Repository UNRAM

0 1 18