badan hukum yang ditunjuk untuk mengelola lembaga gadai adalah PT. Pegadaian. Pegadaian didirikan berdasarkan:
a. Peraturan Pemerinah Nomor 7 Tahun 1969 tentang Perusahaan Jawatan Pegadaian.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1970 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 1969 tentang Perusahaan Jawatan Pegadaian. c.
Peraturan Pmerintah Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum Perum Pegadaian.
20
d. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2011 tentang Perubahan Status Badan Hukum
Perusahaan Umum Pegadaian berubah menjadi Perusahaan Perseroan. Sifat usaha dari PT. Pegadaian ini adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum
dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Maksud dan tujuannya adalah:
a. Turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama golongan ekonomi lemah ke
bawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai dan jasa di bidang keuangan lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan lainya.
b. Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba dan pinjaman tidak wajar lainnya
Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Umum Perum Pegadaian.
Usaha yang paling menonjol dilakukan oleh PT. Pegadaian adalah menyalurkan uang kredit berdasarkan hukum gadai. Artinya bahwa barang yang digadaikan itu harus diserahkan oleh
20
H. Salim, op.cit, hlm. 36.
pemberi gadai kepada penerima gadai, sehingga barang-barang itu berada di bawah kekuasaan penerima gadai. Asas ini disebut dengan asas inbezitzeteling.
21
2.4.4. Objek Hukum dalam Gadai
Apabila ketentuan dalam Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dihubungkan dengan ketentuan dalam Pasal 1152 ayat 1, Pasal 1152 bis, Pasal 1153 dan Pasal 1158 ayat 1
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maka jelas pada dasarnya semua kebendaan bergerak dapat menjadi objek hukum dalam gadai.
Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan: Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang
diserahkan kepadanya oleh kreditur, atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas utangnya, dan yang memberi wewenang kepada kreditur untuk mengambil pelunasan piutangnya dan barang
itu dengan mendahalui kreditur-kreditur lain dengan pengecualian biaya penjualan sebagai pelaksanaan putusan atas tuntutan mengenai pemilikan atau penguasaan, dan biaya
penyelamatan barang itu, yang dikeluarkan setelah barang itu sebagai gadai dan yang harus didahulukan.
Dari pengertian tersebut maka objek gadai berupa kebendaan bergerak, yang dapat dibedakan atas kebendaan bergerak yang berwujud atau bertubuh lichamelijk dan kebendaan bergerak yang
tidak berwujud atau berubah onlichamelijk berupa piutang atau tagihan-tagihan dalam bentuk surat-surat berharga. Surat-surat berharga tersebut bermacam-macam tergantung kepada jenis
klausulnya, yaitu surat berharga atas pengganti aan order, too order, surat berharga atas pembawa tunjuk ann toonder, to bearer dan surat berharga atas nama op nam. Selain itu,
piutang yang belum ada, tetapi sudah diperjanjikan dalam perjanjian utang piutang atau hubungan hukum yang serupa dapat pula dijadikan sebagai objek jaminan gadai.
22
21
H. Salim, loc.cit.
Dimasa ini barang-barang yang umunya dapat diterima sebagai jaminan kredit gadai oleh PT. Pegadaian diantaranya: barang-barang perhiasan, barang-barang kendaraan, barang-barang
elektronika, barang-barang mesin dan barang-bararng perkakas rumah tangga.
2.4.5. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pemberian Gadai
Sejak terjadinya perjanjian gadai antara pemberi gadai dengan penerima gadai, maka sejak saat itulah timbul hak dan kewajiban para pihak. Apabila disimak ketentuan dalam Pasal 1150 sampai
dengan Pasal 1160 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dapat di kemukakan hak dan kewajiban debitur pemberi gadai dan kreditor penerima gadai yaitu:
Hak Pemberi Gadai a.
Berhak untuk menuntut apabila barang gadai itu telah hilang atau mundur sebagai akibat dari kelalaian pemegang gadai.
b. Berhak mendapat pemberitahuan terlebih dahulu dari pemegang gadai apabila barang
gadai akan dijual. c.
Berhak mendapatkan kelebihan atas penjualan barang gadai setelah dikurangi dengan pelunasan utangnya.
d. Berhak mendapat kembali barang yang digadaikan apabila utangnya diabayar lunas.
23
Kewajiban Pemberi Gadai. a.
Berkewajiban untuk menyerahkan barang yang dipertanggungkan sampai pada waktu hutang dilunasi, baik yang mengenai jumlah pokok ataupun bunga.
22
Rachmadi Usman II, op.cit, hlm. 269.
23
Budi Untung, 2000, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakarta, hlm. 89.
b. Bertanggung jawab atas pelunasan utangnya, terutama dalam hal penjualan barang
yang digadaikan. c.
Berkewajiban memberikan ganti kerugian atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh pemegang gadai untuk menyelamatkan barang digadaikan.
d. Apabila telah diperjanjikan sebelumnya, pemberi gadai harus menerima jika pemegang
gadai menggadaikan lagi barang yang digadaikan tersebut.
24
Hak Pemegang Gadai. a.
Menahan benda yang digadikan hak retentive selama debiturpemberi gadai belum melunasi utang pokok maupun bunga dan biaya-biaya utang lainnya.
b. Mengambil pelunasan dari hasil pendapatan penjualan kebendaan yang digadaikan,
penjualannya mana baik dilakukan atas dasar parate eksekusi maupun putusan pengadilan.
c. Mendapatkan penggantian seluruh biaya perwatan barang yang digadaikan guna
keselamatan barang gadainya. d.
Jika piutang yang digadaikan menghasilkan buga, maka kreditor pemegang gadai berhak atas bunga benda gadai tersebut dengan memperhitungkannya dengan bunga
utang yang seharusnya dibayarkan kepadanya atau kalau piutangnya tidak dibebani dengan bunga, maka bunga benda gadai yang diterima kreditor pemegang gadai
dikurangkan dari pokok hutang.
25
Kewajiban Pemegang Gadai.
24
Rachmadi Usman II, op.cit, hlm. 276.
25
Rachmadi Usman II, op.cit, hlm. 277.