Permasalahan Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Lokasi Penelitian Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit

3 Fosfatida pengelmusi adalah penyebab utama ketidaksetabilan oksidatif dari minyak sawit mentah CPO. Minyak sawit mentah yang masuk pertama kali dipanaskan sampai suhu sekitar 90 ºC – 110 ºC sebelum diberikan fosfat. Hal ini dimaksud untuk mengurangi fosfat non – hydratable serta mengentalkan fosfat agar mudah larut dengan demikian mudah hilang pada saat proses pemucatan.

1.2. Permasalahan

Adapun yang menjadi masalah pada pembahasan ini adalah : Apakah Produk Refenery RPO memenuhi spesifikasi untuk kandungan phospornya.

1.3. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi dengan hanya menetukan kadar phospor pada Produk Refenery.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa banyak phospor yang terdapat didalam CPO dan RBDPO

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan perusahaan tentang banyaknya kadar fosfor yang terdapat pada CPO dan RBDPO. Memberikan pengetahuan kepada penulis berapa batas maksimal kadar fosfor yang diperbolehkan pada produk akhir. 4

1.6. Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian di PT. SMART Tbk di jl. Balmera III Medan-Belawan. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit

Gambar 2.1.1. Buah Sawit Tanaman kelapa sawit Elaeis Guineenis Jacq berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke – 19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenalilah jenis sawit “Deli Dura”. Pada tahun 1911, kelapa sawit dimulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama kali berlokasi di Pantai Timur Sumatera Utara Deli dan Aceh. Semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan Pirindu Perkebunan PTPN III . Perluasan area perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif. Beberapa pohon kelapa sawit yang ditaman di Kebun Raya Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12 m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia tenggara yang berasal dari Afrika. Darmosarkoro,W.2003

2.2. Buah Kelapa Sawit