Jenis-Jenis Tenaga Kerja Teori Tenaga kerja

dapat memproduksi barang atau jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut Mulyadi, 2003. Semua defenisi dari tenaga kerja tersebut menyimpulkan bahwa tenaga kerja adalah penduduk dengan usia kerja yang telah ditetapkan yang dapat memproduksi barang atau jasa dan sesuai dengan permintaan dari mereka. Adanya permintaan tenaga kerja karena terdapat kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalannya Suroto, 1992. Kurva permintaan tenaga kerja menggambarkan jumlah maksimum tenaga kerja yang seorang pengusaha bersedia untuk memperkerjakan pada setiap kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu. Tenaga kerja terdiri dari : 1 Angkatan Kerja Labor Force dan 2 Bukan Angkatan Kerja. Angkatan kerja Labor Force adalah penduduk yang bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk mencari kerja. Dan bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga dan para penyandang cacat lanjut usia Prijono, 1996.

2.1.2 Jenis-Jenis Tenaga Kerja

Jenis tenaga kerja dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu : 1. Tenaga kerja terampil tinggi high skilled labour. Yang termasuk ke dalam kelompok tenaga kerja ini adalah pada digit 01 dan 2 yakni tenaga profesional, teknisi dan yang sejenis serta tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan. Universitas Sumatera Utara 2. Tenaga kerja tidak terampil casual white collar worker namun masuk ke dalam “kerah putih” adalah yang bekerja pada jenis digit 3,4 dan 5 yakni tenaga tata usaha yang sejenis, tenaga usaha penjualan dan tenaga usaha jasa 3. Tenaga kerja kasar blue collar worker yang masuk ke dalam digit 6789 dan lainnya, yakni mereka yang bekerja sebagai tenaga usaha pertanian, peternakan, perburuan dan perikanan, tenaga produksi, operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar serta lainnya Elfindri dan Nasri, 2004. Di Sumatera Utara jenis pekerjaannya lebih banyak tenaga kerja tidak terampil casual white collar worker yaitu sebagai buruh dan karyawan sebanyak 28,43 dari jumlah angkatan kerja di Sumatera Utara Februari 2012 sebanyak 6,56 juta orang dephut.go.id.

2.1.2 Teori Tenaga kerja

Lewis, dalam Sadono Sukirno, 2006 menyatakan bahwa Kenaikan produktivitas merupakan keadaan yang menyebabkan proses pembangunan terus-menerus berlangsung. Dengan adanya kenaikan produktivitas maka produk marjinal tenaga kerja di sektor kapitalis dapat dipertahankan agar besarnya tetap lebih dari tingkat upah di sektor tersebut. Keadaan ini memungkinkan para pengusaha tetap dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan produktif mereka. Universitas Sumatera Utara Dapat disimpulkan bahwa inti dari teori Lewis memberikan gambaran tentang peranan pembentukan modal terhadap perkembangan kesempatan kerja dan kenaikan produktifitas dan akibat dari perubahan-perubahan tersebut kepada perekonomian. Teori Lewis mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Kelebihan pekerja satu sektor akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan penyediaan pekerja di sektor lain. Teori Fei-Ranis berpendapat bahwa berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Menurut Fei-Ranis ada tiga tahap dalam kondisi kelebihan buruh. Pertama, dimana pengangguran semu dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama. Kedua, tahap dimana pekerjaan pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor indutri. Ketiga, tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan output lebih daripada perolehan upah institusional. 2.2 Upah 2.2.1 Pengertian Upah