Teori-teori Upah Tenaga Kerja

Tujuan ditetapkannya upah minimum adalah untuk memberikan penghasilan yang layak bagi pekerja tanpa harus mengenyampingkan produktifitas perusahaan.

2.2.2 Teori-teori Upah Tenaga Kerja

Teori yang mendasari sistem pengupahan pada dasarnya dibedakan atas dua ekstrim. Pertama, didasarkan pada ajaran Karl Marx yang berpendapat : 1. Teori nilai, bahwa hanya buruh yang merupakan sumber nilai ekonomi. Jadi nilai suatu barang adalah nilai dari jasa buruh atau dari jumlah waktu kerja yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut. 2. Peranan selera dan pola konsumsi masyarakat ternyata sangat berpengaruh dalam penentuan harga. Marx berpendapat bahwa kapitalis selalu menciptakan barang-barang modal untuk mengurangi penggunaan buruh. Dengan demikian munculnya pengangguran yang besar. Dengan adanya pengangguran yang besar ini pengusaha dapat menekan upah. Didalam pembahasan mengenai tenaga kerja, diasumsikan terdapatnya keseimbangan antara penawaran dengan permintaan tenaga kerja pada tingkat upah tertentu dengan jumlah tenaga kerja yang tertentu pula. Bila ada campur tangan pemerintah ataupun desakan tenaga kerja dalam menentukan upah minimum, keseimbangan ini tidak menunjukkan tingkat upah yang berlaku di pasar kerja. Dalam teori tenaga kerja yang ditandai dengan persaingan, diperkirakan pengenaan upah minimal yang efektif akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja. Hal ini bisa diperhatikan dalam gambar dibawah ini. Upah D S Universitas Sumatera Utara Um ----------------------------------a--b---------c Ue ------------------------------------- S TKm D Tke Jumlah Tenaga Kerja Gambar 2.1 Pengaruh Upah Minimal Resmi Dalam Pasar Persaingan Sempurna Kurva permintaan tenaga kerja adalah DD dan kurva penawarannya adalah SS. Titik pertemuan kedua kurva ini menunjukkan keseimbangan upah pada Ue dan banyaknya tenaga kerja yang dipekerjakan Tke. Apabila ditetapkan upah minimum sebesar Um, yang berada di atas upah nyata di pasar Ue, maka jumlah tenaga kerja yang dikerjakan akan berkurang dari Tke ke titik TKm. Pengurangan pekerja sebesar TKe – TKm ini lebih kecil dari kelebihan penawaran tenaga kerja akibat penetapan upah minimum. Hal ini terjadi karena semakin banyaknya orang yang ingin masuk pasar kerja bila mendengar upah dinaikkan. Namun, harapan mereka sia-sia, karena dari gambar tersebut tampak, bila upah dinaikkan maka pengusaha justru berusaha mengurangi pekerjanya. Sehingga orang-orang yang ingin bekerja dengan tingkat upah yang baru, Um, tidak bisa dipekerjakan. Keadaan ini menyebabkan sebagian orang kehilangan pekerjaannya, garis ab, dan yang lain mungkin bekerja dimana saja meskipun dengan tingkat upah yang lebih rendah dari Um, seperti ditunjukkan dengan garis bc Prijono, 1989. Teori lain menjelaskan teori upah-efisiensi mengajukan penyebab kekakuan upah dan pembentukan tenaga kerja. Teori upah tersebut adalah Mankiw, 2007 : Universitas Sumatera Utara 1. Teori ini menyatakan bahwa upah yang tinggi membuat para pekerja lebih produktif. 2. Teori kedua menyatakan, upah yang tinggi menurunkan perputaran tenaga kerja. Para pekerja keluar dari pekerjaannya karena berbagai alasan untuk menerima posisi yang lebih baik di perusahaan lain, mengubah karier atau pindah ke wilayah lain. Teori ini lebih relevan bagi negara-negara maju. 3. Teori ketiga menyatakan bahwa kualitas rata-rata dari tenaga kerja perusahaan bergantung pada upah yang dibayar kepada karyawannya 4. Teori keempat menyatakan bahwa upah yang tinggi meningkatkan upaya pekerja. Upah di provinsi Sumatera Utara lebih mengarah kepada teori upah-efisiensi poin ketiga dan keempat. Hal ini dibuktikan karena banyaknya tuntutan dari masyarakat dalam meningkatkan upah minimum provinsi. Dalam buku Elfindri dan Nasri, Manning 2000 menyampaikan pendekatan Keynessian dan Neo Klassic yaitu penggunaan asumsi bekerjanya dampak perubahan upah terhadap penggunaan ketenagakerjaan pada perekonomian makro. Keynessian dengan non-flexible wage hypothesis menyatakan bahwa penurunan nilai real upah menyebabkan penurunan permintaan tenaga kerja. Sedangkan Neo Klassic dalam flexible wage hypotesis menyatakan dampak penurunan upah menyebabkan berpindahnya tenaga kerja dari sektor upahan ke sektor non upahan. Akan tetapi hipotesa Neo classic lebih relevan untuk tenaga kerja di Sumatera Utara khususnya pada masa sekarang. . Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa hubungan upah dengan kesempatan kerja memiliki dua sisi yaitu upah dapat menurunkan kesempatan kerja dan kenaikan upah juga dapat menaikkan kesempatan kerja. Misalnya jika dikatakan bahwa upah minimum provinsi meningkat Universitas Sumatera Utara dan menunjukkan peningkatan kesempatan kerja sebanyak 5 persen, itu berarti upah minimum provinsi menambah jumlah orang yang bekerja sebanyak 5 persen.

2.3 Pertumbuhan Ekonomi