Imunopatologi Alergi Diagnosis Alergi

commit to user 21 Alergen – alergen yang masuk lewat sirkulasi, seperti gigitan, sengatan hewan dan obat – obatan dapat menyebabkan respon tubuh yang hebat anafilaksis selain respon lokal seperti bengkak dan iritasi pada tempat masuk alergen tersebut. Hewan – hewan yang menyebabkan reaksi alergi lewat gigitan atau sengatannya diantaranya lebah, kumbang, nyamuk, kutu hewan, laba-laba, dsb. Sedangkan obat-obatan yang sering mengakibatkan reaksi alergi antara lain penisilin atau antibiotik lain, vaksin influenza, vaksin tetanus toksoid, gamma globulin, dan sebagainya Jennifer, 2008.

2. Imunopatologi Alergi

Pada individu yang memiliki predisposisi alergi, paparan pertama alergen menimbulkan aktivasi sel-sel allergen-specific T helper 2 TH2 dan sintesis IgE, yang dikenal sebagai sensitisasi alergi. Paparan alergen selanjutnya akan menimbulkan penarikan sel-sel inflamasi dan aktivasi serta pelepasan mediator-mediator, yang dapat menimbulkan early acute allergic responses EARs dan late allergic responses LARs. Pada EAR, dalam beberapa menit kontak dengan alergen, sel mast yang tersensitisasi IgE mengalami degranulasi, melepaskan mediator pre-formed dan mediator newly synthesized pada individu sensitif. Mediator-mediator tersebut meliputi histamin, leukotrien dan sitokin yang meningkatkan permeabilitas vaskuler, kontraksi otot polos dan produksi mukus. Kemokin yang dilepas sel mast dan sel-sel lain merekrut sel-sel inflamasi yang menyebabkan LAR, yang ditandai dengan influks eosinofil dan sel-sel commit to user 22 TH2. Pelepasan eosinofil menimbulkan pelepasan mediator pro-inflamasi, termasuk leukotrien-leukotrien dan protein-protein basic cationic proteins, eosinophil peroxidase, major basic protein and eosinophil- derived neurotoxin, dan mereka merupakan sumber dari interleukin-3 IL-3, IL-5, IL-13 dan granulocytemacrophage colony-stimulating factor. Neuropeptides juga berkonstribusi pada patofisiologi simptom alergi Valenta, 2002; Abbas, 2003. Gambar 1. Imunopatologi Alergi Dikutip dari Abbas, 2003

3. Diagnosis

Diagnosis alergi dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat ditanyakan tentang riwayat catatan medis, kesesuaian antara waktu terjadinya gejala dengan commit to user 23 paparan alergen yang diperkirakan sebagai penyebab. Seseorang diduga menderita alergi bila didapatkan gejala-gejala alergi yang khas untuk suatu jenis alergi, dan hal ini terjadi secara berulang bila terpapar kembali dengan alergen yang dicurigai tersebut Morris, 2008; Wein, 2002. Pemeriksaan penunjang pada seorang penderita yang dicurigai mengalami alergi antara lain pemeriksaan kadar eosinofil, kadar IgE, kadar triptase, tes kulit tes gores kulit, tes intradermal, food skin test, tes fungsi paru spirometri, dsb. Tes-tes yang lain diantaranya tes leukositotoksik Bryan’s test , tes IgG ELISA, tes kinesiologi muscle testing , tes VEGA electrodermal testing , tes analisa rambut, tes reflek aurikulo-kardia, tes provokasi-netralisasi, analisa feses dan mikroskopis untuk jamur dan parasit, dan sebagainya.

4. Komplikasi