ras e. suku bangsa

Dia juga mengajak seluruh umat Islam, khususnya masyarakat Muslim di Tolikara, Papua untuk memperbaiki kembali bangunan yang rusak. Yudi mendesak pemerintah dan aparat keamanan mencari aktor intelektual kasus ini. Ini diperlukan untuk mencegah ekses negatif konflik horizontal yang lebih luas, tuturnya. Yudi berharap tokoh lintas agama serta umat Islam tetap tenang serta menciptakan suasana damai dan kondusif. “Mari kita serahkan dan percayakan kepada penegak hukum agar mengusutnya hingga tuntas, katanya. Sumber : http:nasional.sindonews.comread102498815papua-diusulkan-jadi- daerah-percontohan-kerukunan-beragama-1437451165 Wacana 4 Ini Akibat Tindakan Intoleransi Agama di Indonesia Rakhmatulloh, Senin, 22 Desember 2014 − 16:37 WIB JAKARTA - Dalam pemantauan yang dirilis Pelapor Khusus Komnas Perempuan terhadap aksi diskriminasi dan tindak kekerasan terhadap perilaku intoleransi agama menyebabkan akibat penderitaan panjang bagi korban. Menurut Ketua Pelapor Khusus Komnas Perempuan terhadap aksi diskriminasi dan kekerasan terhadap kaum perempuan minoritas agama, Sinta Nuriyah Wahid, akibat tindakan intoleransi agama yang dilakukan sejumlah pihak, berdampak buruk pembangunan sikap mental dan spiritual yang dialami oleh anak. Kondisi ini menyebabkan para ibu dari semua kelompok minoritas agama mengalami tindak intoleransi berulangkali menyatakan kerisauan mereka pada pendidikan dan tumbuh kembang anak, kata Sinta di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Senin 22122014. Selain dampak pendidikan terhadap tumbuh kembangnya anak, menurutnya dampak lain yang dirasakan para korban seperti, relasi sosial menjadi tidak baik, sulit mengakses layanan kesehatan reproduksi dan bantuan pemerintah. Ditambah kata dia, para korban dalam sejumlah kasus sulit memperoleh identitas pribadi seperti saat mengurusi KTP, hambatan pencatatan pernikahan, terganggunya hubungan keluarga, kehilangan mata pencaharian, ketakutan saat beribadah dan trauma. Menurut istri mendiang Presiden keempat Abdurahman Wahid Gus Dur ini, akibat dari tindakan intoleransi tersebut, pihak perempuan dan anak yang paling banyak merasakan penderitaan sebagai korban. Kata Shinta, dalam kerangka hak asasi manusia, pengalaman perempuan minoritas agama mengalami dua hal yakni, mengalami kekerasan dan diskriminasi. Ia berpendapat, pengalaman merasakan penderitaan dialami dalam hubungan personal, publik dan negara.