Sanksi Terhadap Tindak Pidana Korupsi

Yang lebih berbahaya lagi, jika tindakan korupsi ini ditiru atau dicontoh oleh generasi muda Indonesia. Apabila hal tersebut terjadi maka cita-cita bangsa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur semakin sulit untuk dicapai. 5. Hukum tidak lagi dihormati Negara Indonesia merupakan negara hukum dimana segala sesuatu harus didasarkan pada hukum. Tangung jawab dalam hal ini bukan hanya terletak pada penegak hukum saja namun juga pada seluruh warga negara Indonesia. Cita-cita untuk menggapai tertib hukum tidak akan terwujud apabila para penegak hukum melakukan tindakan korupsi sehingga hukum tidak dapat ditegakkan, ditaati, serta tidak diindahkan oleh masyarakat.

3. Sanksi Terhadap Tindak Pidana Korupsi

Sanksi Pidana dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi termasuk pasal-pasal perubahan sebagimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, menyebutkan bahwa: 102 “Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau saran yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan atau denda paling sedikit Rp. Pasal 2 ayat 1: “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah”. Ayat 2: “Dalam hal tindak pidana korupsi sebagimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dijatuhkan”. Pasal 3: 102 Ibid, hlm. 73-81 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah”. Pasal 5 ayat 1 Dipidana dengan pidana penjara paing singkat 1 satu tahun dan paling lama 5 lima tahun da atau pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 dua ratus lima puluh juta rupiah setiap orang yang : a. memberi atau menjajikan sesuatu kepada pegawai negari atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut perbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau b. memberi sesuatu kepada pewagai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatanya. Pas”al 6 ayat 1 “Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 tujuh ratus lima puluh juta rupiah setiap orang yang”: a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili; atau b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menajdi advokat untuk mengahdiri sidang pengadilan dengan meksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapatyang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili. Pasal 11 “Dipidana dengan pidana penjara paling sedikit 1 satu tahun dan paling banyak 5 lima tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 dua ratus liam puluh juta rupiah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungannya dengan jabatannya”. Pasal 12 “Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling banyak 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah”: a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau idak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya; c. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara malwan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaan memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri. Pasal 12 ayat 2 “Bagi pelaku tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp. 5.000.000,00 lima juta rupiah sebagimana dimaksud dalam ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah”. BAB IV PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERPAJAKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DALAM MEMBERANTAS TINDAK PIDANA PERPAJAKAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI STUDI HUKUM KASUS GAYUS HALOMOAN P TAMBUNAN NO. 1198 KPid.Sus2011

A. Kasus Posisi

Dokumen yang terkait

Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Dalam Memberantas Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Dengan Undang-Undang N0. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberan

2 52 115

Tinjauan Normatif Terhadap Pembatasan Berlakunya Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan dan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi Dalam Penyelesaian Kasus Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan Uang Merugikan Keuangan Negara.

0 0 36

EFEKTIVITAS SANKSI PIDANA BAGI WAJIB PAJAK YANG MELANGGAR KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN.

0 0 114

Efektivitas Sanksi Pidana Bagi Wajib Pajak Yang Melanggar Ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

0 1 114

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ( KUP ) Undang-undang nomor 28 tahun 2007

0 0 46

EFEKTIVITAS SANKSI PIDANA PAJAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (Studi di Pengadilan Pajak Jakarta)

0 0 9

Bab II - Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Dalam Memberantas Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Dengan Undang-Undang N0. 20 Tahun 2001 Tentang

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Dalam Memberantas Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Dengan Undang-Und

0 1 18

EFEKTIVITAS SANKSI PIDANA BAGI WAJIB PAJAK YANG MELANGGAR KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SKRIPSI

0 0 49

EFEKTIVITAS SANKSI PIDANA BAGI WAJIB PAJAK YANG MELANGGAR KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SKRIPSI

0 0 49