b. Objek kajian hukum pajak adalah pajak, sedangkan objek kajian hukum administrasi
adalah ketetapan yang bersegi satu yang ditetapkan oleh pejabat tata usaha negara administrasi negara;
c. Subjek hukum pajak adalah Wajib Pajak, sedangkan subjek hukum admiistrasi adalah
pejabat tata usaha negara yang menerbitkan ketetapan yang menimbulkan sengketa; d.
Penyelesaian sengketa pajak merupakan kompetensi absolut Pengadilan Pajak, sedangkan penyelesaian sengketa administrasi merupakan kompetensi absolut Pengadilan Tata Usaha
Negara; e.
Hukum acara yang digunakan adalah hukum acara peradilan pajak, sedangkan hukum acara yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa tata usaha adalah hukum acara
peradilan tata usaha negara. Sebagai disiplin ilmu hukum yang telah memisahkan diri dengan hukum administrasi,
substansi dalam hukum pajak menimbulkan pembidangan yang mencakup hukum pajak ketatanegaraan, hukum pajak administrasi, hukum pajak kepidanaan tindak pidana pajak,
hukum pajak formal hukum penyelesaian sengketa pajak, dan hukum pajak interasional.
87
Substansi yang terkandung dalam hukum pajak juga menampakkan ciri khasnya sebagai bagian ilmu hukum yang merupakan hukum fungsional, dengan fungsi mengatur
pendapatan dan perekonomian negara daerah, dan mempunyai instrumen berupa sanksi administrasi dan sanksi pidana dalam penegakannya.
88
Berdasarkan Undang-Undang yang aturan mengenai perpajakan sebagimana di paparkan diatas, setiap pelaku tindak pidana perpajakan akan diancam sanksi pidana sebagai
berikut:
3. Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Perpajakan
89
87
http:pengertiandaninfo.blogspot.com201302kedudukan-hukum-pajak.html , diakses pada
tanggal 21 April 2013 pukul 04.00 WIB
88
Ibid
89
Op.Cit, hlm. 58.
Ketentuan Pidana Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang merupakan perubahan ketiga Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 sebagi berikut :
Pasal 39 tentang Tindak Pidana Kejahatan “ 1 Setiap orang yang dengan sengaja : tidak mendaftarkan diri , atau menyalah
gunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ; atau tidak
menyampaikan Surat Pemberitahuan; dan menyampaikan surat Pemberitahuan dan atau Keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap; atau, menolak untuk
dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ; dan memperlihatkan pembukuan, pencatatan , atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah
benar; atau tidak menyelenggarakan pembukuan, atau pencatatan tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya; atau
tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipunggut sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana penjara paling lama 6
enam tahun dan denda paling tinggi empat kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar”.
2 “Pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilipat 2 dua apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 satu
tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan”. 3 “Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau NPPK sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a, atau menyampaikan SP dan atau keterangan yang
isinya tidak benar atau tidak lengkap sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huru c dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan denda paling tinggi 4 empat kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan atau kompensasi yang dilakukan
oleh Wajip Pajak”.
Pasal 41 tentang Sanksi Bagi Pejabat 1 “Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal
sebagaimna dimaksud dalam pasal 34, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 dua puluh lima juta
rupiah”. 2 “Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang
menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebgaimana dimaksud dalam pasal 34 , dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan denda paling
banyak Rp. 50.000.000,00 lima juta rupiah ”.
Pasal 41A tentang Sanksi Bagi Pihak ke tiga. “Setiap orang yang menurut pasal 35 undang – undang ini wajib memberi keterangan
atau bukti yang diminta tetapi dengan sengaja tidak memberi keterangan atau bukti, atau memberi keterangan atau bukti yang tidak benar, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp.25.000.000,00 dua puluh lima juta rupiah ”.
Pasal 41B tentang Sanksi Bagi Pihak ke tiga. “Setiap orang yang dengan sengaja menhalangi atau mempersulit penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan , dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp. 75.000.000,00 tujuh puluh lima juta rupiah ”.
Pasal 43 A 1 “Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan isnformasi, data, laporan, dan pengaduan
berwenang melakukan pemeriksaan bukti permulaan sebelum dilakukannya penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan”.
2 “Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana dibidang perpajakan yang menyangkut petugas Direktorat Jendral Pajak, Menteri keuangan dapat menugasi unit pemeriksa
internal di lingkungan Departemen Keuangan untuk melakukan pemeriksaan bukti permulaan”.
3 “Apabila dari bukti permulaan ditemukan unsur tindak pidana korupsi, pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang tersangkut wajib diproses menurut ketentuan hukum
Tindak Pidana Korupsi”.
Dari semua ketentuan peraturan itu dapat disimpulkan bahwa perbuatan yang diancam dengan sanksi pidana adalah tindak pidana :
90
a. yang dilakukan oleh wajib pajak b. yang dilakukan oleh pejabat pajak fiskus
c. yang dilakukan oleh pihak ketiga, yang bukan wajib pajak dan bukan pejabat pajak. Sedangakan untuk materi yang diancam dengan sanksi pidana adalah :
91
a. Dengan sengaja memasukkan surat pemberitahuan yang tidak benar, atau memberikan data-data yang tidak benar , palsu atau dipalsukan.
b. Memperlihatkan atau menyerahkan pembukuan atau dokumen yang tidak benar, palsu atau dipalsukan.
c. Tidak memberikan menolak memberikan keterangan yang diperlukan oleh Kantor Inspeksi Pajak untuk menetapkan pajak.
90
Bambang Waluyo, Tindak Pidana Perpajakan, Jakarta: Pradnya Paramita, 1989, hlm. 115
91
Ibid
d. Tidak memperlihatkan pembukuan, dokkumen, dan catatan lain kepada pejabat pajak. e. tidak memberikan kesempatan kepada pejabat pajak untuk melakukan pemeriksaan
setempat f. tidak menyampaikan surat pemberitahuan.
g. tidaak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau menggunakan NPWP NPPKP tanpa hak dan
h. tidak menyetorkan pajak yang telah dipunggut.
B. Realisasi Undang-Undang Perpajakan Diakaitkan dengan Undang-Undang Korupsi