Pengertian Sanksi Pidana : Pengertian Tindak Pidana

Mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat dimanfaatkat atau diterapkan dalam mengambilan kebijakan oleh aparat menegak hukum dalam tindak pidana korupsi di bidang perpajakan dengan menerapkan konsep-konsep kebijakan hukum pidana

D. Keaslian Penulisan

Pembahasan skripsi ini berjudul “Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Dalam Memberantas Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Dengan Undang-Undang N0. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Studi Hukum Kasus Gayus Halomoan Partahanan Tambunan, NO. 1198 KPid.Sus2011 ” Penulis telah melakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini, dan hasilnya bahwa judul skripsi ini belum ada dan belum terdapat di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran dari penulis dalam rangka melengkapi dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan apabila ternyata dikemuadian hari terdapat judul dan permasalahan yang sama maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap skripsi ini.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Sanksi Pidana :

3 Menurut H.L Packer sebagaimana dikutip oleh Muladi dan Barda Nawawi Arief dalam Bukunya “The limits of criminal sanction” yaitu : 1 Sanksi pidana merupakan alat atau sarana terbaik yang tersedia, yang kita miliki untuk mengahadapi kejahatan-kejahatan atau bahay besar dan segara serta untuk 3 http:luqmanpinturicchio.blogspot.com201206pengertian-pidana-dan-pemidanaan.html diakses pada tanggal 17 April 2013 pukul 14.04. mengahadapi ancaman-ancaman dari bahaya. The criminal sanction is the best available device we have for dealing with gross and immediate harms and threats of harm 2 Sanksi pidana suatu ketika merupakan ‘penjamin yang utamaterbaik’ dan suatu ketika merupakan ‘pengancam yang utama’ dari kebebasan manusia. Ia merupakan penjamin apabila digunakan secara hemat-cermat dan secara manusiawi; ia merupakan pengancam apabila digunakan secara sembarangan dan secara paksa. The criminal sanction is at once prime guarantor and prime threatener of human freedom. Used providently and humanely, it is guarantor, used indiscriminately and coercively, it is threatener

2. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana adalah perbuatan yang melanggar larangan yang diatur oleh aturan hukum yang diancam dengan sanski pidana. 4 Kata Tindak Pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda, yaitu strafbaar feit, kadang-kadang juga menggunakan istilah delict, yang berasal dari bahasa Latin delictum, hukum pidana di negara-negara Anglo- Saxon menggunakan istilah offence atau criminal act untuk maksud yang sama. 5 Istilah offence, criminal act, oleh negara-negara Eropa Kontinental dikenal dengan istilah strafbaar feit atau delict ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, tampaknya mengalami keberagaman istilah. Keberagaman ini muncul baik dalam perundang-undangan maupu dalam berbagai literatur hukum yang ditulis oleh para pakar, keberagaman istilah yang digunakan para ahli yang meliputi tindak pidana, peristiwa pidana, delik, pelanggaran pidana, perbuatan yang boleh dihukum dan perbuatan pidana. 6 4 H.M. Nurul Irfan, M.Ag., Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta: Amzah, 2012, hlm. 23. 5 Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hlm. 86. 6 Op.Cit., H.M. Nurul Irfan, hlm.25. Pembentuk Undang-Undang kita telah menggunakan perkataan strafbaar feit untuk menyebutkan apa yang kita kenal sebagai tindak pidana didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tanpda memberikan suatu penjelasan mengenai apa yang sebenarnya yang dimaksud dengan perkataan strafbaar feit. 7 Perkataan feit itu sendiri di dalam bahasa Belanda berarti sebagian dari suatu kenyataan atau een gedeelte van de werkelijkheid, sedangkan strafbaar berarti dapat dihukum hingga secara harfiah perkataan strafbaar feit itu dapat diterjemahkan sebagai sebgaian dari suatu kenyataan yang dapt dihukum, bahwa yang dapat dihukum itu sebenarnya adalah manusia sebagai pribadi dan bukan kenyataan, perbuatan ataupun tindakan. 8 Menurut Hazewinkel-Suringa mereka telah membuat suatu rumusan yang bersifat umum dari “strafbaar feit” sebagai suatu perilaku manusai yang pada suatu saat tertentu telah ditolak didalam suatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang bersifat memaksa yang terdapat di dalamnya. 9 Para penulis lama seperti Prof Van Hamel telah merumuskan strafbaar feit itu sebgai suatu serangan atau suatu ancaman terhadap hak-hak orang lain. 10 Menuru Prof. Pompe, perkataan strafbaar feit itu secara teoritis dapat dirumuskan sebagai suatu pelanggaran norma gangguan terhdap tertib hukum dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja telah dilakukan seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum atau sebagai “de normovertreding verstoring der rechtsorde, waaraan de overtreder 7 P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1997, hlm. 181. 8 Ibid 9 Ibid 10 Op.Cit., hlm. 182. schuld heeft en waarvan de bestraffing dienstig is voor de handhaving der rechts orde en de behartiging van het algemeen welzjin” . 11 Dikatakannya selanjutnya oleh Prof. Pompe bahwa menurut hukum positif kita, suatu strafbaar feit itu sebenarnya adalah tidak lain dari pada suatu tindakan yang menurut suatu rumusan Undang-Undang telah dinyatakn sebagai tindakan yang dapt dihukum. Sebagai contoh telah dikemukakan oleh Prof. Pompe suatu pelanggaran norma seperti yang telah dirumuskan didalam Pasal 388 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berbunyi : “Barang siapa denga sengaja menghilangkan nyawa orang lain, karena bersalah telah melakukan pembunuhan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun” 12 Dari uarain diatas dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa untuk menjatuhkan suatu hukuman itu adalh tidak cukup apabila disitu hanya terdapat suatu strafbaar feit melainkan harus juga ada suatu strafbaar persoon atau seseorang yang dapat dihukum, dimana orang tersebut tidak dapat dihukum apabila strafbaar feit yang telah ia lakukan itu tidak bersifat wederrechtlijk dan telah ia lakukan baik dengan sengaja mau pun tidak dengan sengaja. 13 Setiap tindak pidana yang terdapat didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana itu pada umumnya dapat dijabarkan kedalam unsure-unsur yang pada dasarnya dapat kita bagi menjadi 2 dua macam, yaitu unsur-unsur subjektif dan unsur-unsur objektif. A.2 Unsur-Unsur Tindak Pidana 14 11 Ibid 12 Op.Cit., hlm. 183. 13 Ibid. 14 Op.Cit., hlm. 193. Yang dimaksud dengan unsur-unsur subjektif itu adalah unsur-unsur yang melekat pada diri sipelaku atau yang berhubungan dengan diri sipelaku dan termasuk kedalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya, sedangkan yang dimaksud dengan unsur-unsur objektif itu adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari sipelaku itu harus dilakukan. 15 Unsur-unsur subjektif dari suatu tindak pidana itu adalah: 16 1. Kesengajaan atau ketidaksengajaan dolus atau culpa 2. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti yang dimaksud didalam Pasal 53 ayat 1 KUHP 3. Macam-mavcam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya didalam kejahatan-kejahatn perncurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain. 4. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedache raad seperti yang misalnya yang terdapat didalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP 5. Perasaan takut atau vress seperti yang antara lain terdapat didalam rumusan tindak pidana menurut Pasal 208 KUHP . Unsur-unsur objektif dari suatu tindak pidana: 17 Dari uraian diatas, bisa disimpulkan bahwa unsur subjektif tindak pidana adalah unsur yang terdapat pada diri perilaku atau pembuat, in de dader aan wezig, unsur subjektif ini dapat berupa hal yang dapat dipertanggungjawabkan seseorang terhadap perbuatan ysng 1. Sifat melanggar hukum atau wederrechtelijkheid; 2. Kualitas dari si pelaku, misalnya “Keadaan sebagai seorang pegawai negeri” didalam kejahatan jabatan menurut Pasal 415 KUHP atau “keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu perseroan terbatas” didalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP; 4. Kausalitas, yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat 15 Ibid 16 Op.Cit., hlm. 194 17 Ibid dilakukan, toerekeningsvat baarheid dan dapat berupa kesalahan seseorang, schuld. Schuld ini dapat berupa berupa dolus atau opzet atau kesengajaan dan dapat pula berupa culpa, kelalaian, kealpaan atau ketidaksengajaan. 18 Di samping unsur subjektif, dalam tindak pidana juga terdapat unsur objektif, yaitu unsur yang terdapat diluar manusia. Unsur objektif ini bisa berupa suatu tindakan, suatu akibat tertentu, een bepaldgejolg dan berupa keadaan, omstendingheid yang semulanya dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang. 19 Berkaitan dengan masalah unsur-unsur tindak pidana ini, Bambang Poernomo, dengan menguitp pendapat-pendapat para pakar menjelaskan bahwa menurut Apeldoorn, elemen delik itu terdiri dari elemen objektif yang beruoa adanya suatu kelakuan yang bertentangan dengan hukum onrecht matingwederrecthtelijk dan elemen subjektif yang berupa adanya seorang pembuat dader, yang mampu bertanggung jawab atau dapat dipersalahkan terhadap kelakuan yang bertentangan dengan hukum. 20

3. Pengertian Tindak Pidana Perpajakan

Dokumen yang terkait

Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Dalam Memberantas Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Dengan Undang-Undang N0. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberan

2 52 115

Tinjauan Normatif Terhadap Pembatasan Berlakunya Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan dan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi Dalam Penyelesaian Kasus Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan Uang Merugikan Keuangan Negara.

0 0 36

EFEKTIVITAS SANKSI PIDANA BAGI WAJIB PAJAK YANG MELANGGAR KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN.

0 0 114

Efektivitas Sanksi Pidana Bagi Wajib Pajak Yang Melanggar Ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

0 1 114

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ( KUP ) Undang-undang nomor 28 tahun 2007

0 0 46

EFEKTIVITAS SANKSI PIDANA PAJAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (Studi di Pengadilan Pajak Jakarta)

0 0 9

Bab II - Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Dalam Memberantas Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Dengan Undang-Undang N0. 20 Tahun 2001 Tentang

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Dalam Memberantas Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Dengan Undang-Und

0 1 18

EFEKTIVITAS SANKSI PIDANA BAGI WAJIB PAJAK YANG MELANGGAR KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SKRIPSI

0 0 49

EFEKTIVITAS SANKSI PIDANA BAGI WAJIB PAJAK YANG MELANGGAR KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SKRIPSI

0 0 49