sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP, Pasal 5 ayat 1 huruf a Undang-Undang N0. 31 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP, Pasal 6 ayat 1 dan Pasal 22 jo. Pasal 28 Undang-Undang No.31
Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 yaitu pada putusan kasasi atas nama Gayus Halomoan Partahanan Tambunan No.
1198 KPid.Sus2011 yang mana memperkuat putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 06PIDTPK2011PT.DKI yang mana memperkuat putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan No. 1195Pid.B 2010PN.JKT.Sel dengan putusan pidana penjara selama 7 tujuh tahun dengan denda sebesar Rp. 300.000.000,- tiga ratus juta rupiah
dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 3 tiga bulan. Berikut penulis akan memaparkan kasus posisi atas
nama Gayus Halomoan Partahanan Tambunan.
1. Kasus Posisi
Pada tanggal 13 Oktober 2005, berdasarkan surat perintah Kepala Kantor Wilayah DPJ Jawa Bagian Timur, dilakukanlah pemeriksaan pajak di PT.
Surya Alama Tunggal, dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak WP pajak tahun pajak 2004.
Pada tanggal 21 Desember 2006, maka surat hasil pemeriksaan disampaikan kepada Direktur Utama PT. SAT, surat yang dimaksud pada intinya
memberitahukan rincian pajak kurang bayar dan diberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk memberikan tanggapan secara tertulis disertai data, bukti
dan dokumen pendukung paling lama 7 tujuh hari sejak diterimanya surat.
Pada tanggal 22 Desember 2006, Direktur PT. SAT, meyampaikan surat tanggapan kepada Kepala Kantor Wilayah DPJ Jawa Timur II, pada pokoknya
menyampaiakan menyatakan dengan sebernar-benarnya menyetujui seluruh hasil pemeriksaan yang berisi rincian pajak yang masih kurang bayar senilai
RP.609.211.071,- Pada tanggal 26 Desember dibuat berita acara persetujuan hasil pemeriksaan ,
selanjutnya pada tanggal 5 Januari 2007 Kepala KPP Sidoarjo menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang SKPKB PPN kepada PT. SAT sebesar
Rp.429.200.000,- dengan jatuh tempo 4 Fberuari 2007 dan Surat Tagihan Pajak PPN sebesar Rp.58.000.000,- dengan jatuh tempo 4 februari 2007.
Menidaklanjutin SKPKB PPN, PT. SAT menyelesaikan kewajibannya selaku wajib pajak yaitu membayar pajak kurang bayar sebesar Rp.487.200.000,-
Pada tanggal 11 Januari 2007 PT. SAT mengajukan permohonan keberatan melalui surat yang ditujukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Sidoarjo
Timur, alasan keberatannya adalah adanya kesalahan pemeriksa dalam menerapkan peraturan perpajakan sehubungan dengan subjek pajak pasal 16 D
Ketentuan Umum Perpajakan. Selanjutnya pada tanggal 15 Maret 2007 PT. SAT mengajukan permohonan keberatan kepada Direktur Keberatan dan
Banding Kantor Pusat Ditjen Pajak melalui surat yang pada pokoknya adalah memberikan tambahan penjelasan, diantaranya menyampaikan bahwa aktiva
tersebut dibeli tahun 1994 kemudian dijual tahun 2004, disebutkan pula untuk mesin yang mendapat fasilitas pembebasan, PPN-nya telah dibayar, yaitu
sejumlah Rp.190.000.000,- Pada tanggal 4 April Direktur Keberatan dan Banding memberikan disposisi
yang ditunjukan kepada Kasubdit Pengurangan dan Keberatan dengan perintah
“selesaikan”, selanjutnya oleh kasubdit lembar disposisi tersebut diteruskan kepada Kasi Pengurangan dan Keberatan IV, dengan petunjuk “teliti dan
proses sesuai ketentua”, lalu surat dan lembar disposisi diteruskan kepada GAYUS HALOMOAN PARTAHANAN TAMBUNAN, dengan perintah
“untuk diteliti formal dan buat resume awal” dan diparaf tanggal 12 April 2007
Sesuai surat tugas yang ditandatangani oleh Kepala Kantor Kanwil DJP Banten, pada pokoknya berisi: Merujuk surat Direktur Keberatan dan Banding
tanggal 6 Juli 2007 tentang Permintaan Penjelasan Hasil Pemeriksaan an. PT.SAT maka menugaskan kepada Aprianto, S., SE untuk memberikan
memberikan penjelasan atas koreksi-koreksi dalam laporan pemeriksaan pajak sehubungan permohonan keberatan pajak PT. SAT, pada hari Jumat tanggal
13 Juli 2007 jam 08.30 WIB bertemu dengan Maruli P. ManurungHumala S.L NapitupuluGayus HP Tambunan selanjutnya disebut Terdakwa
Bahwa kemudian keberatan dari wajib pajak diteliti oleh Terdakwa, lalu memanggil pemeriksa dan wajib pajak untuk didengar keterangannya, juga
meminta data-data dari permohonan keberatan tersebut. Keberatan PT. SAT ini diperkuat dengan data yang menurut Terdakwa sangat relevan, maka
Terdakwa mengusulkan untuk menerima seluruh permohonan keberatan wajib pajak.
Berkaitan dengan ususlan Terdakwa ini ternyata Terdakwa telah menyalahgunakan kewenangannya yang seharusnya Terdakwa melakukan
penelitian secara tepat, cermat, dan menyeluruh, namun tidak dilakukan, karena apabila penelitian dilakukan dengan sebenarnya maka seharusnya
Terdakwa tidak mengusulkan untuk menyetujui keberatan wajib pajak
PT.SAT dan menyatakan hasil pemeriksaan Kanwil Pajak Jawa Timur sudah benar, sehingga perbuatan terdakwa yang mengusulkan menerima keberatan
wajib pajak telah menyalahgunakan kewenangan karena bertentangan dengan Surat Edaran Direktur Jendral Pajak tentang petunjuk pelaksaan ketentuan
pasal 16, 26, dan 36 KUP, pada angka II butir 3.1. Pada tanggal 22 Oktober 2007 Dirjen Pajak Darmin Nasution menerbitkan
Surat Keputusan SK tentang Keberatan Wajib Pajak Atas SKPKB PPN Masa Pajak Januari-Desember 2004 yang menerima seluruh permohonan keberatan
wajib pajak dan tentang pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi. Akibat dikabulkannya permohonan keberatan yang diajukan PT.SAT oleh
Dirjen Pajak, maka kekurangan pajak beserta sanksi dan Surat Tagihan Pajak SPT yang telah dibayarkan oleh PT. SAT sejumlah Rp.487.200.000,-
empat ratus delapan puluh tujuh dua ratus juta rupiah harus dikembalikan oleh Negara disertai imbalan bunga berdasarkan Pasal 27 A ayat 1 Undang-
Undang No. 16 Tahun 2000 masing-masing sebesar Rp.52.200.000,- , Rp.22.272.000,- , Rp.9.280.000,- sehingga jumlah seluruh yang dikembalikan
Negara kepada PT. SAT adalah sebesar Rp.570.952.000,- lima ratus tujuh puluh juta sembilan ratus lima puluh dua rupiah.
Pada tanggal 24 Maret 2009 Terdakwa mendapat informasi 10 rekening di Bank Panin diblokir dan sebulan kemudian juga mendapat informasi 11
rekeningnya di Bank BCA diblokir. Terdapat 10 Rekening terdakwa di Bank Panin yang terdiri dari 8 deposito dan 2 tabungan, dimana 7 rekening deposito
dalam mata uang rupiah dan 1 deposito dalam mata uang US, begitu juga dengan tabungan yakni 1 dalam mata uang rupiah dan satu dalam mata uang
US. Jumalah tabunagn dan deposito dalam mata uang rupiah sebesar
Rp.20.000.000.000,- dua puluh milyar rupiah dan dalam mata uang US sebesar US 400.000 empat ratus ribu dolar US, sehingga jumlah seluruhnya
sekitar Rp.24.000.000.000,- dua puluh empat milyar rupiah. Sedangkan tabungan di Bank BCA keseluruhannya berjumlah Rp.4.400.000.000,- empat
milyar empat ratus juta rupiah. Perbuatan Terdakwa bersama-sama dengan terdakwa lainnya mengakibatkan
kerugian Negara sebesar Rp.570.952.000,- lima ratus tujuh puluh juta sembilan ratus lima puluh dua ribu rupiah atau sekitar jumlah tersebut
sebagaimana dalam Laporan hasil perhitungan kerugian keuangan Negara atas kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam penanganan keberatan PT. Surya
Alam Tunggal Sidoarjo. Setelah mengetahui sejumlah rekening miliknya telah diblokir, terdakwa
menunjuk Peber Silalahi dan teman-temannya apabila diperiksa sebagai saksi di Bareskrim. Dalam Tim Lawyer terdakwa tercantum nama Haposan
Hutagalung. Terdakwa kemudian melakukan pertemuan di Hotel Sultan yang dihadiri oleh
Terdakwa, Peber Silalahi, James Purba, Lambertus dan Haposan Hutagalung, terdakwa lalu dikenalkan dengan lambertus. Pertemuan ini membicarakan
masalah Penyidikan terdakwa di Bareskrim dan mengenai uang Terdakwa sejumlah Rp.28.000.000.000,- dua puluh delapan milyar rupiah yang telah
diblokir. Kemudian Haposan menelepon Andi Kosasih dan meminta Andi Kosasih
datang ke Hotel Sultan. Setelah Andi Kosasih datang ke Hotel Sultan, kemudian Haposan meminta kepada Andi Kosasih bisa membantu untuk
menjadi pihak yang mengakui atau mengklaim uang Terdakwa yang diblokir sebagai miliknya karena status Terdakwa sebagai PNS, Andi Kosasi bersedia.
Kemudian untuk melengkapi data terkait kesediaan Andi Kosasih mengklaim uang Terdakwa atas namanya, dibuatlah suatu perjanjian antara Terdakwa
dengn Andi Kosasih tentang proyek pengadaan lahan untuk pembuatan Ruko di daerah wilayah Jakarta Utara. Tanggal dalam perjanjian tersebut tanggal 28
Mei 2008, tapi sebenarnya perjanjian tersebut ditandatanganu tanggal 1 September 2009, yang hadir waktu itu Terdakwa, Andi Kosasih, Lambertus,
Peber, James, dan Haposan. Terdakwa juga membuat 6 lembar kuitansi yang keseluruhannya berjumlah US 2.810.000 setara dengan Rp.28.000.000.000
dua puluh delapan milyar rupiah. Pada tanggal 1 September 2009 dengan didampingi Peber Silalahi, Terdakwa
diperiksa oleh Arafat yakni penyidik di kantor Bareskrim, pemeriksaan akan tetapi hanya kurang lebih 1 jam karena setelah Haposan datang, Haposan
meminta Arafat untuk menghentikan pemeriksaan dan akad dilanjutkan di Hotel. Pemeriksaan lanjutan di Hotel Mahattan pada malam harinya
sepengetahuan dan seizing Pambudi Pamungkas sebagai Kepala Unit III Pajak, Asuransi dan Money Laundring Direktorat Ekonomi Khusus Bareskrim
Polri. Pemeriksaan yang pertama ini tentang identitas Terdakwa waktu itu sebagai
Tersangka dan tentang rekening Terdakwa yang di blokir di Bank Panin dan Bank BCA. Kemudian diadakan lagi pemeriksaan kedua di Hotel Manhattan,
waktu tiu pemeriksaan menyinggung tentang perjanjian antara Terdakwa dengan Andi Kosasih dan uang Rp.28.000.000.000 dua puluh delapan milyar
rupiah. Arafat pun melakukan pemeriksaan kepada Andi Kosasih sebagai
saksi di Hotel Kartika Chandra, pada waktu itu Sri Sumartini yang membuat tanda teriam fotocopy perjanjian kerjasama dan 6 lembar kuitansi bukti
penerimaan uang dari Andi Kosasih. Permeriksaan ketiga terhadap Terdakwa dilaksanakan dikantor Bareskrim
pada tanggal 1 Oktober 2009 diperiksa oleh Mardiyani.Pemeriksaan ini menitik beratkanpada asal usul uang Terdakwa sejumlah Rp.28.000.000.000,-
dua puluh delapan milyar rupiah yang diakui terdakwa milik Andi Kosasih dan ada direkening Terdakwa karena ada perjanjian kerjasama antara Andi
Kosasih dan Terdakwa. Pada waktu bersaan Arafat melakukan pemeriksaan terhadap Andi Kosasih tentang perjanjian kerjasama pengadaan tanah untuk
Ruko di Jakarta Utara dan tentang uang Andi Kosasih sejumlah Rp.28.000.000.000,- dua puluh delapan milyar rupiah yang berada
direkening gayus. Kemudian dilakukan juga pemeriksaan tambahan terhadap Sri Sumartini di
Bareskrim. Pemeriksaan Tambahan ini tentang aliran uang dari PT. Megah Jaya Citra Garmindo sebesar Rp.370.000.000,- tiga ratus tujuh puluh juta
rupiah dan dari Roberto Santonius sebesar Rp.25.000.000,- dua puluh lima juta rupiah ke rekening Terdawa di Bank BCA Bintaro.
Pada tanggal 10 September 2009 Kejaksaan Agung dengan surat perintah atau P-16 menunjuk Cirus Sinaga, Fadil Regan, Eka Kurnia Sukma Sari, dan Ika
Syafitry Salim sebagai Jaksa Peneliti. Setelah berkas dilimpahkan dari penyidik ke Kejaksaan, kemudia pada tanggal
21 Oktober 2009 dikembalikan oleh jaksa peneliti P-18-P-19 dengan petunjuk:
- Agar Penyidik melakukan pemblokiran terhadap rekening BCA milik Tersangka sekarang Terdakwa dengan nilai uang Rp.370.000.000,- tiga
ratus tujuh puluh juta rupiah dan melakukan penyitaan serta dijadikan barang bukti dalam perkara ini.
- Agar dicari alat bukti lain yang mendukung pembuktian bahwa uang tersebut berasal dari tindak pidana asal predicate crime.
- Agar diuraikan dalam BAP keterangan saksi dan Tersangka kapan dan dimana uang sneilai Rp.370.000.000,- tiga ratus tujuh pupuh juta
diterima. Berkas perkara dilimpahkan pada tanggal 7 Oktober 2009, terdakwa disangka
melakukukan tindak pidana money laundry dan korupsi. Pada tanggal 15 Oktober 2009 Arafat, Sri Sumartini dan Haposan Hutagalung bertemu dengan
Cirus Sinaga dan Fadel Regan. Pertemuan di Hotel Crystal itu pun Arafat Enanie membahas membahas
gambaran perkara Terdakwa dan ditanggapi oleh Cirus Sinaga kalau perkara korupsi tidak bisa jatuh ke pidum bisanya lari ke pidsus. Terdakwa pada waktu
itu disangkakan telah melakukan tindak pidana sbeagaimana diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana yang telah diubah
dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 dan Pasal 3 ayat 1 huruf a Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 Tentang Tindal Pidana Pencucian Uang. Setelah berkas perkara dilimpahkan kemudian pada tanggal 21 Oktober 2009
dikembalikan oleh Jaksa Peneliti P-18 dan P-19 dengan petujuk agar penyidik melakukan pemblokiran terhadap rekening BCA milik Tersangka
sekarang Terdakwa dengan nilai uang RP.370.000.000,- dan melakukan
pernyitaan serta dijadikan barang bukti dalam perkara ini. Lalu untuk melaksanakan petunjuk dari Jaksa Peneliti dalam P-19, Arafat dan Sri
SUmartini lalu melakukan penyitaan terhadap uang sebnayak RP.25.000.000,- dua puluh lima juta rupiah dan Rp.370.000.000,- tiga ratus tujuh puluh juta
rupiah yang terdapat pada rekening BCA milih Terdakwa. Saksi-saksi dari Bank BCA yakni Hendarto Putra Jaya dan Indah Imawati di persidangan
menerangkan penyitaan yang dilakukan oleh Arafat Enanie dan Sri Sumartini terhadap rekening BCA atas nama Terdakwa, dilakukan pada tanggal 14
Oktober 2009, sementara Petunjuk Penuntut Umum dalam P-19 tanggal 21 Oktober 2009, maka penyitaan yang dilakukan oleh Arafat Enanie dan Sri
Sumartini sebelum ada petunjuk dari Jaksa Peneliti dalam P-19. Selanjutnya berkas perkara tersebut dilimpahkan kembali pada tanggal 22
Oktober 2009, setelah pertemuan di Hotel Crystal, dan ada penambahan Pasal 372 KUHP tentang penggelapan, yang semula tidak pernah disangkakan
kepada Terdakwa. Penambahan Pasal 372 KUHP ini, saksi Sri Sumartini di persidangan menerangkan berdasarkan perintah lisan melalui Telepon yang
disampaiakn oleh Fadil Regan supaya perkara cepat P-21. Meskipun saksi Fadil Regan dipersidangan menyatakan tidak pernah telepon saksi Sri
Sumartini untuk menambahkan Pasal 372 KUHP, namun demikian pada waktu Arafat Enanie sebagai penyidik melimpahkan berkas perkara Terdakwa
ke bagian Pidana Umum Kejaksaan Agung dengan penambahan Pasal 372 dan Cirus Sinaga serta Fadil Regan ditunjuk sebagai Jaksa Peneliti, Cirus SInaga
dan Fadil Regan mengetahui adanya penyimpangan dalam pelimpahan berkas perkara tersebut diam saja dan langsung mempelajarinya dan pada tanggal 23
Oktiber 2009 berkas perkara dinyatakan lengkap dan diterbitkan P-21 oleh Jaksa Peneliti.
Muchtadi Asnun selaku Ketua Majelis Hakim dalam perkara Terdakwa memerintahkan kepada Ikat selaku Panitera Pengganti yang menyidangkan
perkara Terdakwa di Pengadilan Negeri Tangerang untuk memberikan nomor Handphone
HP Muchtadi Asnun kepada Terdakwa. Setelah Terdakwa mendapatkan nomor HP tersebut, Terdakwa lalu menghubungi Muchtadin
Asnun dan melakukan pertemuan dirumah Muchtadin Asnun pada tanggal 10 Maret 2009 sekitar pukul 18.30. Terdakwa diatar kerumah Muchtadi Asnun
oleh Ikat atas perintah Muchtadi Asnun. Dalam pertemuan itu Muchtadi Asnun menyampaikan agar Terdakwa memperhatikan para hakim, dan
Terdakwa langsung mengerti maksud Muchtadi Asnun dan menawarkan uang sebesar US 20.000 dua puluh ribu US Dolar, dimana US 10.000,- sepuluh
ribu US Dolar untuk Muchtadi Asnun selaku Ketua Majelis Hakim, dan masing-masing US 5000 lima ribu US Dolar untuk Hakim Anggota. Pada
saat Terdakwa menawarkan uang sejumlah tersebut diatas, Muchtadi Asnun tidak menganggukan kepala dan diam, Terdakwa pun menafsiran kalau
Muchtadi Asnun menerima. Pada tanggal 11 Maret 2010 sore, Muchtadi Asnun SMS Terdakwa
mengatakan “khusus kopi saya ditambah 100 persen ya pak”, Terdakwa tidak mengetahui kopi apa, tapi ditafsirkan Terdakwa Muchtadi Asnun minta
jatahnya ditambah US 10.000 sepuluh ribu US Dolar, lalu Terdakwa menjawab “iya pak”. Selanjutnya malam harinya Muchtadi Asnun sms
Terdakwa minta uangnya diserahkan sebelum jam 10 pagi, Terdakwa menyetujuinya. Keesokan harinya pada tanggal 12 Maret 2010 sekitar jam
05.57 WIB, Muchtadi Asnun kembali SMS Terdakwa dengan mengatakan “maaf pak, anak saya minta dibeliin Honda Jazz, tolong kopinya ditambah
10.000 kg lagi, nanti permintaan bapak saya penuhi semua” yang dijawab Terdakwa “iya pak”. Kemudian Terdakwa sebelum jam 10.00 WIB pergi
kerumah Muchtadi Asnun dengan diantar oleh Ikat. Sesampainya di ruah Muchtadi Asnun, pada saat Terdakwa ingin menyerahkan uang sejumlah US
40.000 empat puluh ribu US Dolar kepada Muchtadi Asnun, karena sadar perbuatannya tidak benar maka Muchtadi Asnun tidak jadi mengambil uang
tersebut sehingga mencegah Terdakwa memberikannya.
2. Dakwaan