Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap

24 3 Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi dapat tertuju pada sekumpulan objek-objek Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif pada seseorang, orang tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan sikap yang negatif pula kepada kelompok di mana seseorang tersebut bergabung didalamnya. Di sini terlihat adanya kecenderungan untuk menggeneralisasikan objek sikap. 4 Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar Kalau sesuatu sikap telah terbentuk dan telah merupakan nilai dalam kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan pada diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah, dan kalaupun dapat berubah akan memakan waktu yang relatif lama. Tetapi sebaliknya bila sikap itu belum begitu mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap tersebut secara relatif tidak bertahan lama, dan sikap tersebut akan mudah berubah. 5 Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi Ini berarti bahwa sikap terhadap sesuatu objek tertentu akan diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif yang menyenangkan tetapi juga dapat bersifat negatif tidak menyenangkan terhadap objek tersebut. Di samping itu, sikap juga mengandung motivasi, ini berarti bahwa sikap itu mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya.

2.2.2.3 Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap

2.2.2.3.1 Proses Pembentukan Sikap Sikap terbentuk atas dasar kebutuhan-kebutuhan yang kita miliki dan informasi yang kita terima mengenai hal-hal tertentu Mar’at, 2006: 104. Individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapi dalam interaksi sosialnya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan, dan lembaga-lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Berikut ini akan diuraikan peranan masing-masing faktor tersebut dalam membentuk sikap manusia Azwar, 2000:30-36. 25 1 Pengalaman pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. 2 Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan. 3 Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita significant others, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang dianggap penting 26 bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain. 4 Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. 5 Pengaruh Faktor Emosi Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. Suatu contoh bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka prejudice. Sikap yang dimunculkan oleh individu karena adanya persepsi terhadap objek sikap. Lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan persepsi sebagai berikut Mar’at, 1981:23. 27 Gambar 2.1 Bagan Persepsi Dari bagan tersebut dapat dikemukakan, bahwa objek sikap akan dipersepsi oleh individu. Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Dalam mempersepsi objek sikap, individu akan dipengaruhi oleh faktor-faktor pengetahuan, pengalaman, cakrawala, keyakinan, proses belajar. Faktor pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap objek sikap tersebut. Hasil persepsi ini akan merupakan pendapat atau keyakinan individu mengenai objek sikap, dan ini berkaitan dengan segi kognisi. Afeksi akan mengiringi hasil kognisi terhadap objek sikap sebagai aspek evaluatif, yang dapat bersifat positif atau negatif. Hasil evaluasi aspek afeksi akan mengait segi konasi, yaitu merupakan kesiapan untuk memberikan ke p rib a d ia n ko g nisi a fe ksi ko na si sika p ke ya kina n p ro se s b e la ja r c a kra w a la p e ng a la m a n p e ng e ta hua n p e rse p si o b je k sika p fa kto r-fa kto r ling kung a n ya ng b e rp e ng a ruh e va lua si se na ng ta k se na ng ke c e nd e rung a n b e rtind a k 28 respon terhadap objek sikap, kesiapan untuk bertindak, kesiapan untuk berperilaku. Atas dasar tindakan ini maka situasi yang semula kurang atau tidak seimbang menjadi seimbang kembali. Keseimbangan dalam situasi ini berarti bahwa antara obyek yang dilihat sesuai dengan penghayatannya di mana unsur nilai dan norma dirinya dapat menerima secara rasional dan emosional. Jika situasi ini tidak tercapai, maka individu menolak dan reaksi yang timbul adalah sikap acuh atau menolak melakukan konseling perorangan. Keseimbangan ini di dapat kembali ketika persepsi dapat diubah melalui komponen kognisi yakni dengan pemberian informasi-informasi mengenai konseling perorangan sehingga mengakibatkan pengembangan sikap yang semula sikapnya kurang positif menjadi mempunyai sikap untuk menggunakan layanan konseling perorangan. Penelitian tentang pengembangan sikap siswa terhadap layanan konseling perorangan melalui layanan informasi dapat digambarkan sebagai berikut: dimulai dari pengubahan komponen kognitif yaitu dengan pemberian layanan informasi agar diperoleh pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap layanan konseling perorangan. Melalui layanan informasi ini, peneliti berupaya untuk mengubah atau meluruskan kesalahpahaman siswa terhadap konseling perorangan. Adanya pemahaman yang benar mengenai konseling perorangan, akan muncul ketertarikan siswa seperti adanya perasaan senang dan nyaman terhadap layanan konseling perorangan sehingga melahirkan kecenderungan siswa untuk memanfaatkan layanan konseling perorangan. 29 2.2.2.3.2 Perubahan Sikap Hosland, Janis dan Kelley dalam Mar’at 1981:26 beranggapan bahwa proses dari perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar. Dalam mempelajari sikap yang baru, ada tiga variabel penting yang menunjang proses belajar tersebut, ialah: 1 Perhatian, 2 Pengertian dan 3 Penerimaan. Gambar 2.2 Perubahan Sikap Proses tersebut di atas menggambarkan ”perubahan sikap” dan bergantung pada proses yang terjadi pada individu. 1 Stimulus yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak, maka pada proses selanjutnya terhenti. Ini berarti bahwa stimulus tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi organisme, maka tidak ada perhatian attention dari organisme. Jika stimulus diterima oleh organisme berarti adanya komunikasi dan adanya perhatian dari organisme. Dalam hal ini stimulus adalah efektif dan ada reaksi. 2 Langkah berikutnya adalah jika stimulus telah mendapat perhatian dari organisme, maka proses selanjutnya adalah mengerti terhadap stimulus correctly comprehended. Kemampuan dari organisme inilah yang dapat melanjutkan proses berikutnya. Stim ulus O rg a nism e : - Pe rha tia n - Pe ng e rtia n - Pe ne rim a a Re a ksi Pe rub a ha n Sika p 30 3 Pada langkah berikutnya adalah bahwa organisme dapat menerima secara baik apa yang telah diolah sehingga dapat terjadi kesediaan untuk perubahan sikap.

2.2.2.4 Komponen-Komponen Sikap