mencegah terjadinya infeksi kulit, pH rendah kulit sekitar 5,5 dan kehadiran asam lemak menghambat pertumbuhan mikroorganisme selain flora normal.
Kulit manusia biasanya dihuni oleh sejumlah spesies bakteri dan jamur, termasuk beberapa spesies penyebab penyakit, seperti Staphyloccus
epidermidis dan Candida albicans. Meskipun kulit biasanya efektif sebagai penghalang infeksi, jenis jamur dermatophytes dapat menginfeksi strata
corneum, rambut dan kuku, dan beberapa mikroorganisme dapat menembus kulit. Kebanyakan mikroorganisme menembus melalui tusukan infeksi jamur,
luka staphylococci, luka bakar Pseudomonas aeruginosa kronik, dan luka pada penderita diabetes Kumar, et al., 2005. VCO dapat berfungsi untuk
perawatan kulit sebagai hand and bodylotion, pelembab, tabir surya sunscreen dan penyembuh berbagai macam penyakit kulit. Selain bisa
memperbaiki kulit yang rusak atau yang sakit, MCFA yang terkandung dalam VCO dengan cepat memberi sumber energi pada sel-sel, yang membantu
meningkatkan metabolisme dan kemampuan penyembuhannya. Asam lemak antiseptik pada minyak kelapa membantu mencegah infeksi jamur dan bakteri
pada kulit Gani, dkk., 2005; Darmoyuwono, 2006.
2.8 Ketombe
Ketombe adalah bentuk kering kapitis seborea yang lazim dikenal sebagai seborea sika kering, yakni sisik kering berlapis-lapis yang rapuh
mudah terlepas yang melekat menutupi epidermis kulit kepala Ditjen POM, 1985. Penyakit ini biasanya terdapat pada bagian kulit berambut, hal ini
Universitas Sumatera Utara
disebabkan pada bagian ini paling banyak terdapat kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Ketombe sering disertai kotoran – kotoran berlemak dan rasa
gatal serta rambut sering rontok. Rasa gatal ini disebabkan oleh bakteri atau jamur yang tumbuh pada kotoran – kotoran ini Siregar, 2003
Dalam kondisi kepala abnormal, kemungkinan besar akan jadi peningkatan pertunbuhan bakteri dan jamur, dan diantara spesies yang
menonjol adalah Staphylococccus aureus dan Pityrosporum ovale. Selain itu juga banyak dijumpai varietas ragi yang terdapat dalam kondisi ini
dibandingkan dalam kondisi normal. Peningkatan mikroba ini diduga menjadi penyebab perubahan faal normal kulit kepala yang dapat menimbulkan
berbagai gangguan, antara lain perubahan keratinisasi kulit kepala Ditjen POM, 1985.
2.9 Uraian Jamur
Jamur merupakan protista tidak fotosintetik yang tunbuh sebagai suatu massa filamen “hifa” yang bercabang-cabang dan saling menjalin dan
dikenal dengan miselium. Meskipun hifa mempunyai dinding bersekat, dinding itu berlubang-lubang sehingga inti sel dan sitoplasma dapat melewatinya. Jadi
seluruh mikroorganisme ini adalah suatu senosit suatu massa sitoplasma yang bersambungan dengan banyak inti. Yang terkurung dalam tabung yang
bercabang-cabang.Tabung-tabung ini, yang terbuat dari polisakarida misalnya kitin, homolog dengan dinding sel Jawetz, 1996.
Universitas Sumatera Utara
2.9.1 Microsporum gypseum
Sistematika jamur Microsporum gypseum Chander, 2002 Divisi
: Eumycetes Kelas
: Deuteromycota Bangsa : Hypomycetes
Suku : Moniliaceae
Marga : Microsporum Jenis
: Microsporum gypseum Microsporum gypseum merupakan salah satu penyebab jamur kulit
kepala dan ketombe.Makrokonia merupakan bentuk konidia terbanyak yang menyusun jamur ini.Konidia ini besar, berdinding kasar, multiseluler, dan
berbentuk kumparan, dan terbentuk pada ujung-ujung hifa.Makrokonidia Microsporum gypseum terdiri dari empat sampai enam sel, berdinding lebih
tipis dalam koloni yang berwarna kecoklat-coklatan Jawetz, 1996.
2.9.2 Pityrosporum ovale
Sistematika jamur Pityrosporum ovale Fardiaz, 1992. Divisi
: Eumycetes Kelas
: Deuteromycetes Bangsa : Cryptococcales
Suku : Cryptococcaceae
Marga : Pityrosporum
Jenis : Pityrosporum ovale
Universitas Sumatera Utara
Pityrosporum ovale adalah yeast lipofilik yang merupakan flora normal pada kulit dan pada kulit kepala manusia.Pityrosporum ovale berkembangbiak
dengan cara bertunas. Pada penderita ketombe, antibodi Pityrosprum ovale dan jumlah Pityrosporum ovale pada kulit kepala meningkat Cadin, 1998; Fardiaz,
1992.
2.10 Sampo
2.10.1 Defenisi sampo
Sampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud keramas rambut , sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi bersih,
dan sedapat mungkin rambut menjadi lembut, mudah diatur dan berkilau
Ditjen POM, 1985. 2.10.2 Syarat-syarat sampo
Syarat-syarat sampo menurut Ditjen POM 1985 adalah: 1. Harus dapat membersihkan rambut dan kulit kepala seluruhnya.
2. Mudah dihilangkan dari rambut dan kulit kepala bila dibilas dengan air.
3. Tidak toxis dan tidak menimbulkan iritasi. 4. Membuat rambut lembut, mengkilap dan mudah diatur.
5. Tidak menghilangkan seluruh minyak alami yang terdapat dirambut.
6. Stabil secara kimia dan fisika. 7. Secara psikologis memberikan busa yang banyak, bau yang harum
serta warna yang indah.
Universitas Sumatera Utara
2.10.3 Komposisi sampo
1. Surfaktan bahan utama Surfaktan adalah bahan aktif dalam sampo, berupa detergen pembersih
sintesis yang cocok untuk kondisi rambut yang bekerja dengan cara menurunkan tegangana permukaan cairan karena bersifat ambifilik sehingga
dapat melarutkan kotoran yang melekat pada permukaan rambut Wasitaatmadja, 1997.
Berdasarkan sifat gugus yang dikandungnya, surfaktan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu Siswandono, 1998:
a. Surfaktan anionik Surfaktan anionik mengandung gugus hidrofil yang bermuatan negatif,
dan dapat berupa gugus karboksil, sulfat, sulfonat atau fosfat. Contoh: natrium stearat dan natrium lauril sulfat.
b. Surfaktan kationik Surfaktan kationik mengandung gugus hidrofil bermuatan positif, dan
dapat berupa gugus ammonium kuarterner, biguanidin, sulfonium, fosfonium, dai iodonium. Contoh: turunan ammonium kuarterner
seperti setilpirimidium klorida. c. Surfaktan non ionik
Surfaktan ini tidak terionisasi dan mengandung gugus-gugus hidrofil dan lipofil yang lemah sehingga larut atau dapat terdispersi dalam air,
biasanya adalah gugus polioksietilen eter dan polyester alkohol. Contoh: polisorbat 80 dan span 80.
Universitas Sumatera Utara
d. Surfaktan amfoterik Surfaktan amfoterik mengandung dua gugus hidrofil yang bermuatan
positif kationik dan negatif anionik. Contoh: betain. 2. Bahan tambahan
Bahan tambahan ini berguna untuk pemeliharaan kesehatan rambut dan memberikan bentuk yang baik pada sampo, terdiri dari Wasitaatmadja, 1997:
a. Bahan pelembut conditioning agent untuk melemaskan rambut, bahan uang digunakan adalah gliserin, propilenglikol, sorbitol, dll
b. Bahan pembusa foam builder c. Bahan pengental thickener dan pengeruh opacifier untuk
menyenangkan konsumen dan keduanya tidak menggambarkan daya bersih atau konsentrasi bahan aktif dalam sampo.
d. Pemisah logam sequestering agent untuk mengikat logam K, Mg yang terdapat dalam air pencuci rambut, misalnya tween 80.
e. pH balance untuk menetralkan reaksi basa yang terjadi dalam penyampoan rambut, misalnya asam sitrat.
f. Warna dan bau untuk memberi kesan nyaman pada pemakai. g. Bahan antiketombe sulfur, seng pirition dll.
2.10.4 Pemerian bahan sampo yang digunakan
1. Natrium lauril sulfat Natrium lauril sulfat berupa hablur, kecil, berwarna putih atau kuning
muda, agak berbau khas, mudah larut dalam air membentuk larutan opalesen Ditjen POM, 1995.Natrium lauril sulfat adalah detergen dan agen pembasah
Universitas Sumatera Utara
yang efektif pada kondisi basa maupun asam.Penggunaan natrium lauril sulfat dalam formulasi bervariasi.Dengan konsentrasi 1 sudah data digunakan
sebagai pembersih pada sediaan topikal sedangkan untuk penggunaan pada sampo natrium lauril sulfat dapat digunakan hingga lebih dari 10 Rowe dkk,
2009. 2. Gliserin
Gliserin jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, higroskopis, netral terhadap lakmus. Fungsi gliserin dalam formulasi farmasetik
bervariasi.Pada pemakaian topikal, gliserin digunakan sebagai pelembut dan pelembab.Gliserin juga digunakan sebagai pelarut maupun pelarut pembantu
cosolven pada krim dan emulsi.Pada konsentrasi kurang dari 20 gliserin juga bersifat sebagai antimikroba Rowe dkk, 2009.
3. Hidroksi propil metil selulosa Dikenal juga sebagai methocel, hypromellose dan pharmacoat.Hidroksi
propil metil selulosa HPMC berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa, berbentuk serbuk berserat atau granul.HPMC berfungsi sebagau coating agent,
controlled-release agent, foaming agent, stabilizing agent, pengental dan meningkatan viskositas. Untuk meningkatkan viskositas, HPMC digunakan
dengan kadar antara 10-80 sedangkan sebagai pengental konsentrasi HPMC yang digunakan 0,25-5 Rowe dkk, 2009.
4. Tween 80 Dikenal juga sebagai polisorbat 80.Pada suhu 25
o
C berwarna kuning dan berupa cairan berminyak.Tween digunakan dalam formuasi farmasetik
Universitas Sumatera Utara
sebagai zat pendispersi, pengemulsi, surfaktan nonionik, suspending agent, solubilizingagent dan zat pembasah. Sebagai zat pengemulsi dan solubilizing
agent, tween 80 dgunakan pada konsentrasi 1-15 dan sebagai zat pembasah digunakan konsentrasi 0,1-3 Rowe dkk, 2009.
5. Air murni akuades Air murni adalah air yang dimurnikan dengan destilasi, perlakuan
mengunakan penukar ion, osmosis balik atau proses lain yang sesuai. Di buat dari air yang memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandun zat
tambahan lain, tidak berwarna dan tidak berbau Ditjen POM, 1995.
2.10.5 Sampo antijamur sampo antiketombe
Sampo antijamur adalah sampo yang digunakan selain untuk membersihkan juga untuk mencegah dan menghilangkan jamur penyebab
infeksi kulit kepala. Sampo antijamur sering diedarkan dengan berbagai nama, seperti sampo obat medicare dan sampo klinik Ditjen POM, 1985.
Kandungan dan persyaratan dari sampo antijamur tidak berbeda dengn sampo biasa, hanya pada sampo antijamur, mengandung zat untuk
menghilangkan jamur pada kulit kepala. Menurut Ditjen POM 1985, persyaratan umum yang harus dimiliki dari sediaan sampo antijamur adalah
sebagai berikut. 1. Membersihkan rambut dan kulit kepala tanpa menjadikan rambut
berlemak atau kering serta menjadi mudah diatur. 2. Tidak boleh merangsang kelenjar lemak
Universitas Sumatera Utara
3. Efektif sebagai germisidum atau fungisidum, sehingga dapat mencegah peningkatan pertumbuhan bakteri dan jamur, bahkan
dapat mencegah infeksi 4. Kadar zat manfaat yang digunakan tidak boleh meningkatkan
kepekaan kulit kepala; ini beratri zat manfaat dalam kadar penggunaan tidak boleh menyebabkan kegatalan, kulit mengelupas
atau pun peradangan. Meskipun sampo yang beredar sudah dinyatakan aman namun
penggunaan terus – menerus dalam jangka waktu panjang ada kecenderungan terjadi hal – hal yng tidak diinginkan yang dapat merugikan kesehatan. Pada
penggunaan anti ketombe efek samping yang mungkin terjadi adalah : 1. Dermatitis yang terjadi ada kulit kepala
2. Kerusakan rambut antara lain rabut rontok, berbah warna dan patah – patah.
3. Efek samping sistemik. Meskipun ini jarang terjadi namun dalam pemakaian jangka panjag, terus menerus dan bahkan kecenderungan
penggunaan sampo anti ketombe setiap hari memungkinkan dapat terjadi efek samping yang lebih serius BPOM RI, 2009.
2.11 Uraian Pembuatan dan Uji Antijamur Sampo
Nurfadilla 2004, telah mengadakan penelitian dengan membuat sampo antiketombe yang mengandung minyak atsiri jeruk purut sebagai zat
aktifnya dengan konsentrasi 0,5 dan 1 dan diuji pada jamur Pityrosporum
Universitas Sumatera Utara
sp. dengan metode sensitifitas yang. Formula sampo yang digunakan diambil dari peneliti Siregar 2003 yang menggunakan karboksi metil selulosa sebagai
pengental. Namun dalam penyimpanannya pada sampo terdapat endapan yang diakibatkan tidak larutnya pengental yang digunakan sehingga disarankan
untuk mengganti pengental dalam formulasi tersebut. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, sampo dengan konsentrasi minyak atsiri jeruk purut 1
sangat sensitif dalam menghambat pertumbuhan jamur. Pada menit ke-10 tidak dijumpai lagi adanya pertumbuhan jamur Pityrosporum sp. pada media uji.
Kartiningsih 2008, membuat penelitian tentang pembuatan sampo yang menggunakan hidroksi propil metil selulosa sebagai pengental dan
diperoleh sampo yang stabil secara fisik.Selama penyimpanan 6 minggu, sediaan sampo ini tidak menunjukkan perubahan warna, bau, dan homogenitas.
Viskositas, bobot jenis, tegangan permukaan, pH sediaan sampo memenuhi syarat.
Selain menggunakan minyak atsiri jeruk purut, minyak atsiri kulit buah jeruk sunkist juga di formulasi sebagai sampo antiketombe dengan konsentrasi
1 - 5. Metode yang digunakan adalah metode difusi agar menggunakan pencadang logam dan diuji pada jamur Microsporum gypseum. Hasil yang
diperoleh yakni pada konsentrasi 2 sampo sudah efektif menghambat pertumbuhan jamur Ernoviya, 2006.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu melihat pengaruh hidrolisis parsial menggunakan NaOH terhadap aktivitas antijamur
dari VCO. Minyak kelapa murni yang telah dihidrolisis diformulasi dalam bentuk sampo kemudian diuji aktivitas antijamurnya dengan metode difusi agar
menggunakan pencadang logam terhadap jamur uji Microsporum gypseumdan Pityrosporum ovale.
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer Visibel Dynamica Halo Vis-10,laminar airflow cabinet Astec HLF 1200
L,oven Gallenkamp, autoklaf Fison, inkubator Memmert, lemari pendingin Toshiba, neraca analitik Mettler AE 200, pH meter Hanna
Instruments, viskometer Brookfield, piknometer, jarum ose, bunsen, mikro pipet Eppendorf, labu tentukur 10 ml dan 100 ml, pipet tetes, alumunium foil,
kertas perkamen, tissu, pencadang logam, cawan petri, kapas steril, jangka sorong, spatula dan peralatan gelas di laboratorium.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini jika tidak dinyatakan lain, berkualitas pro analis produksi E. Merck Jerman yaitu natrium klorida,
Universitas Sumatera Utara