disebut isomer cis berarti berdampingan dan apabila saling menjauh disebut trans berarti berseberangan Fessenden dan Fessenden, 1989.
2.4 Hidrolisis Trigliserida
Hidrolisis minyak atau lemak menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam
minyak, atau mereaksikannya dengan KOH atau NaOH lebih dikenal dengan proses penyabunan. Proses penyabunan ini banyak digunakan dalam industri
untuk menghasilkan gliserol Ketaren, 2005. Adapun persamaan reaksi untuk hidrolisis trigliserida dapat dilihat pada Gambar 2.2.
OCR RCO
OCR O
O
O
+ 3 NaOH
OH HO
OH
+ RCOO
-
Na
+
RCOO
-
Na
+
RCOO
-
Na
+
OCR RCO
OCR O
O
O
+ 2 H
2
O
OH RCO
OH
+
O
RCOOH
RCOOH lipase
Gambar2.2 Persamaan reaksi hidrolisis
Keterangan: A. Menggunakan NaOH penyabunan, B. Menggunakan enzim lipase enzimatik
Hidrolisis trigliserida secara enzimatik dengan lipase yang spesifik pada posisi sn-1,3 adalah dengan menghidrolisis trigliserida pada posisi sn-1,3
sehingga menghasilkan produk 2-monogliserida dan asam lemak bebas.
B A
Universitas Sumatera Utara
Hidrolisat kemudian dipisahkan dengan larutan non polar yang terikat pada asam lemak bebas, ataupun disentrifugasi pada kecepatan dan waktu tertentu.
Setelah terpisah asam lemak bebas maka, 2-trigliserida dapat dianalisis dengan alat kromatografi gas Satiawihardja, 2001.
Reaksi hidrolisis dengan menggunakan enzim lipase lebih efisien dan mudah dikontrol karena enzim lipase spesifik pada posisi sn tertentu sehingga
dapat mengubah produk lemak dan distribusi asam lemak yang kita inginkan. Apabila dibandingkan dengan penggunaan zat kimia, akan menghasilkan
produk lemak dengan distribusi asam lemak yang acak Aehle, 2004.
2.5 Minyak Kelapa
Kelapa Cocos nucifera banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia terutama buah kelapa baik yang masih muda maupun yang sudah
tua. Ada tiga jenis produk yang biasa dimanfaatkan:
1. Minyak kopra
Bahan baku yang dipakai untuk pembuatan minyak ini adalah buah kelapa kering. Minyak ini diproses dari perkebunan sampai ke pemurnian
minyak membutuhkan waktu berbulan – bulan sejak pemanenan sampai ke proses pembuatan. Hal ini disebabkan minyak kopra membutuhkan
penyulingan, pemutihan, dan penghilangan bau agar bisa diterima komersial.Penyulingan pada minyak kopra, menggunakan asam hydrochloric,
pelarut, dau uap pada suhu tinggi untuk menghilangkan kontaminasi. Proses ini dapat meninggalkan residu dari pelarut dan bahan kimia yang bersifat
Universitas Sumatera Utara
karsinogenik. Selain itu, proses ini pun menghilangkan zat – zat volatil alami yang mudah menguap dan antioksidan yang dimiliki buah kelapa. Pemanasan
lebih dari 200
o
C akan terjadi perubahan struktur molekul asam lemak menjadi asam lemak trans Gani dkk, 2005.
2. Minyak kelapa
Minyak kelapa yang dikenal dengan nama kelentik dan dulu banyak digunakan oleh masyarakat di pedesaan, sekarang jarang sekali ditemukan di
pasaran. Minyak ini diperoleh dari buah kelapa tua yang segar. Kualitas minyak kelapa sangat dipengaruhi oleh asal dan kualitas bahan baku serta
proses pembuatan. Minyak kelentik diproses dengan pemanasan 110
o
C – 120
o
C sehingga menghasilkan minyak yang berwarna kuning Darmoyuwono, 2006.
3. Minyak kelapa murni
Minyak ini juga biasa disebut Virgin Coconut Oil VCO dibuat dari buah kelapa tua yang segar dengan suhu rendah 60
o
C dan tidak dimasak sampai tua. Keunggulan dari minyak yang diproses seperti ini adalah struktur
kimia terutama medium chain fatty acids asam laurat dan kaprat tidak banyak berubah. Tingginya asam lemak jenuh yang dikandungnya menyebabkan VCO
tahan terhadap proses ketengikan akibat oksidasi. VCO yang dibuat dari kelapa segar berwarna putih murni ketika minyaknya dipadatkan dan jernih kristal
seperti air ketika dicairkan Syah, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Minyak Kelapa Murni VCO 2.6.1 Bahan baku utama
Bahan baku utama dalam pembuatan VCO yakni daging buah kelapa tua dan segar bukan kopra dari perkebunan tradisional, bukan kelapa hibrida.
Tanaman kelapa tersebut merupakan tanaman yang dikelola secara organik menggunakan pupuk organik Gani dkk, 2005.
2.6.2 Pembuatan VCO
VCO diproses dengan suhu dingin atau dipanaskan dengan suhu rendah 60
o
C. Beberapa cara yang biasa digunakan untuk pembuatan VCO antara lain cara pancingan, fermentasi, sentrifugasi dan pemanasan pada suhu rendah.
VCO tidak diproses secara RBD refining, bleaching, deodorizing, tidak ditambahkan bahan kimia dan tidak mengalami hidrogenasi Darmoyuwono,
2006.
2.6.3 Sifat fisika kimia VCO
Sifat-sifat kimia dan fisika dari VCO antara lain tidak berwarna, kristal seperti jarum, sedikit berbau asam ditambah aroma karamel. Tidak larut dalam
air, tetapi larut dalam alkohol 1:1. Berat jenis 0,8883 pada suhu 20
o
C, titik cair 20-25
o
C dan tiitik didihnya 225
o
C. Bilangan penyabunan berkisar antara 250,07-260,67 mgKOHg minyak, bilangan peroksida 0,21-0,57 mequiv
oksigenkg, sedangkan bilangan iod 4,47-8,55. Kandungan asam lemak bebas yaitu berkisar antara 0,15-0,25 Darmoyuwono, 2006.
Bilangan penyabunan yang tinggi menunjukkan bahwa minyak tersebut memiliki berat molekul yang rendah. Bilangan peroksida yang rendah
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan VCO mempunyai stabilitas oksidasi yang tinggi. Bilangan iod yang rendah menunjukkan bahwa VCO mempunyai asam lemak tak jenuh
dalam jumlah yang rendah Ketaren, 2005. Penurunan bilangan penyabunan pada hidrolisis parsial minyak kelapa murni disebabkan karena tidak semua
minyak bisa dihidrolisis akibat jumlah NaOH yang direaksikan terbatas Hasibuan, 2012.
2.6.4 Komposisi asam lemak VCO
Komposisi asam lemak VCO dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Komposisi asam lemak minyak kelapa murni
Sumber : Syah, 2005
Asam lemak Simbol asam lemak
Rumus kimia Jumlah
Asam lemak jenuh: Asam kaproat
C6 : 0 C5H11COOH
0,2 Asam kaprilat
C8 : 0 C7H15COOH
6,1 Asam kaprat
C10 : 0 C9H19COOH
8,6 Asam laurat
C12 : 0 C11H23COOH
50,5 Asam miristat
C14 : 0 C13H27COOH
16,18 Asam palmitat
C16 : 0 C15H31COOH
7,5 Asam stearat
C18 : 0 C17H35COOH
1,5 Asam arachidat
C20 : 0 C19H39COOH
0,02 Asam lemak tak jenuh:
Asam palmitoleat C16 : 1 19
C15H29COOH 0,2
Asam oleat C18 : 1 9
C17H33COOH 6,5
Asam linoleat C18 : 2 9, 12
C17H31COOH 2,7
Universitas Sumatera Utara
2.7 Aktivitas Antijamur Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisisnya
Lemak jenuh dalam minyak kelapa, seperti asam kaprat, dan asam laurat, terbukti dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena minyak
kelapa berfungsi sebagai antivirus, antibakteri, antijamur, dan antiprotozoa. Asam laurat dan monogliserida yang disebut monolaurin telah terbukti
berperan sebagai antivirus, khususnya virus yang berselubung lemak. Baik asam kaprat maupun asam laurat di dalam minyak kelapa dapat mengatasi
Candida albicans Darmoyuwono, 2006. Monolaurin merupakan monoester yang terbentuk dari asam laurat yang
telah diteliti memiliki aktivitas antivirus, antibakteri dan antijamur. Asam laurat meruapakan komponen utama VCO. Asam laurat juga banyak terdapat
dalam air susu ibu, untuk melawan penyakit pada bayi dan meningkatkan kekebalan tubuh bayi, itulah sebabnya bayi yang mendapat air susu ibu akan
tumbuh dan berkembang dengan sempurna serta kebal berbagai macam penyakit Enig, 2010.
VCO dapat dimanfaatkan untuk menjaga keseimbangan kimiawi kulit atau epidermis buah dan sayuran, sehingga tidak mudah ditembus oleh
mikrobia perusak buah dan sayuran. Selain hal tersebut, minyak kelapa juga mematikan khamir dan jamur-jamur tertentu Aminah dan Supraptini, 2010.
Selain dalam bidang kesehatan, VCO juga bermanfaat dalam bidang kecantikan. Aspek kecantikan terutama berkaitan dengan kulit dan rambut.
VCO dapat membantu menjaga jaringan connective agar tetap kuat dan longgar sehingga kulit tidak mengendur dan keriput. Proses keratinisasi pada kulit
Universitas Sumatera Utara
mencegah terjadinya infeksi kulit, pH rendah kulit sekitar 5,5 dan kehadiran asam lemak menghambat pertumbuhan mikroorganisme selain flora normal.
Kulit manusia biasanya dihuni oleh sejumlah spesies bakteri dan jamur, termasuk beberapa spesies penyebab penyakit, seperti Staphyloccus
epidermidis dan Candida albicans. Meskipun kulit biasanya efektif sebagai penghalang infeksi, jenis jamur dermatophytes dapat menginfeksi strata
corneum, rambut dan kuku, dan beberapa mikroorganisme dapat menembus kulit. Kebanyakan mikroorganisme menembus melalui tusukan infeksi jamur,
luka staphylococci, luka bakar Pseudomonas aeruginosa kronik, dan luka pada penderita diabetes Kumar, et al., 2005. VCO dapat berfungsi untuk
perawatan kulit sebagai hand and bodylotion, pelembab, tabir surya sunscreen dan penyembuh berbagai macam penyakit kulit. Selain bisa
memperbaiki kulit yang rusak atau yang sakit, MCFA yang terkandung dalam VCO dengan cepat memberi sumber energi pada sel-sel, yang membantu
meningkatkan metabolisme dan kemampuan penyembuhannya. Asam lemak antiseptik pada minyak kelapa membantu mencegah infeksi jamur dan bakteri
pada kulit Gani, dkk., 2005; Darmoyuwono, 2006.
2.8 Ketombe