Penentuan Bilangan Asam VCO dan Hasil Hidrolisisnya Pembuatan Larutan VCO dan VCO Terhidrolisis Prosedur Sterilisasi Alat Pengujian Aktivitas Antijamur VCO dan VCO Terhidrolisis

Bilangan Asam = ��������� �

3.2.2 Hidrolisis parsial

Prosedur : Sejumlah 50 gram minyak ditimbang kemudian ditambahkan NaOH metanol sesuai tingkat hidrolisis 25, 50, 75 dan 100 kemudian labu alas dihubungkan dengan pendingin tegak dan dipanaskan selama 3 jam. Setelah penyabunan selesai maka campuran ditambahkan HCl encer untuk membebaskan asam lemak yang tersabunkan, selanjutnya diekstraksi dengan 50 ml n-heksan dan terbentuk dua lapisan. Lapisan atas fraksi n-heksan dipisahkan sebagai filtrat I. Lapisan bawah dikocok dengan 50 ml n-heksan, setelah didiamkan beberapa saat diambil lapisan atas filtrate II Filtrat I dan II digabung kemudian ditambahkan 50 mg Na 2 SO 4 anhidrat dan dibiarkan selama 15 menit. Selanjutnya diuapkan di atas penangas air dalam cawan penguap untuk menghilangkan n-heksan Hasibuan, 2013.

3.3 Penentuan Bilangan Asam VCO dan Hasil Hidrolisisnya

Penentuan asam lemak bebas dari VCO yang mengalami hidrolisis dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 5 gram hasil hidrolisis di dalam erlenmeyer 200 ml. Ditambahkan 25 ml alkohol netral 95, kemudian di panaskan selama 10 menit dalam penangas air sambil diaduk. Larutan ini kemudian di titrasi dengan KOH 0,1N dengan indikator larutan fenolftalein sampai tepat terlihat warna merah jambu. Setelah itu di hitung bilangan asam dan kadar asam dari minyak Hasibuan, 2013. Universitas Sumatera Utara Keterangan: A = jumlah ml KOH untuk titrasi N = normalitas larutan KOH G = bobot minyak gram BM KOH = 56,1

3.4 Pembuatan Larutan VCO dan VCO Terhidrolisis

Pembuatan larutan VCO dan VCO terhidrolisis dengan konsentrasi 1 - 3. VCO dan VCO terhidrolisis masing-masing dipipet 0,1 ml; 0,2 ml dan 0,3 ml kemudian dimasukkan dalam labu tentukur 10 ml ditambahkan etanol hingga garis tanda sehingga diperoleh konsentrasi 1, 2 dan 3 vv. 3.5 Prosedur Pembuatan Sampo 3.5.1 Formula sampo Formula sampo Siregar, 2003 R Natrium Lauril Sulfat 20 Karboksi metil selulosa natrium 5 Gliserin 5 Tween 80 9 Minyak atsiri qs Akuades ad 100 ml

3.5.2 Formula modifikasi

R Natrium Lauril Sulfat 20 Hidroksi propil metil selulosa 2.5 Gliserin 5 Tween 80 9 Universitas Sumatera Utara VCO 2 Akuades ad 100 ml Rancangan formula sampo dengan berbagai tingkat hidrolisis dapat di lihat pada Tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 Rancangan formula sampo Keterangan: F : Formula 0 : Tanpa VCO 1 : VCO tanpa hidrolisis 2 : VCO hasil hidrolisis 25 NaOH 3 : VCO hasil hidrolisis 50 NaOH 4 : VCO hasil hidrolisis 75 NaOH 5 : VCO hasil hidrolisis 100 NaOH Penggantian pengental yakni karboksi metil selulosa natrium menjadi hIdroksi metil propil selulosa HPMC disebabkan kurang homogennya Bahan Formula F0 F1 F2 F3 F4 F5 Natrium lauril sulfat 20 20 20 20 20 20 HPMC 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 Gliserin 5 5 5 5 5 5 VCO tanpa hidrolisis 2 VCO terhidrolisis 2 2 2 2 Tween 80 9 9 9 9 9 9 Air ad 100 ad 100 ad 100 ad 100 ad 100 ad 100 Universitas Sumatera Utara campuran sampo yang diperoleh. Setelah dilakukan orientasi maka diperoleh HPMC dengan konsentrasi 2,5 pada formula sampo yang memiliki kekentalan yang baik. Cara pembuatan: Sebanyak 20 gram natrium lauril sulfat ditimbang kemudian dilarutkan dengan 40 ml akuades campuran A. Ditimbang 2,5 gram HPMC lalu dikembangkan dalam 25 ml akuades. Kedalam HPMC yang telah mengembang ditambahkan gliserin sedikit demi sedikit sambil diaduk homogen. Setelah itu ditambahkan tween 80, diaduk sampai homogen Campuran B. Campuran A dituangkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran B sambil diaduk sampai homogen bila perlu dipanaskan di atas penangas air, terakhir ditambahkan VCO sesuai dengan konsentrasi hidrolisisnya Bagan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 49

3.6 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

Mutu sediaan yang diperiksa meliputi stabilitas, pH dan viskositas.

3.6.1 Pemeriksaan stabilitas

Pemeriksaan stabilitas sediaan meliputi bentuk, warna dan bau yang diamati secara visual Ditjen POM, 1995. Sediaan dinyatakan stabil apabila warna, bau, dan penampilan tidak berubah secara visual selama penyimpanan, dan juga secara visual tidak ditumbuhi jamur.

3.6.2 Penentuan pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan mengunakan pH meter Hanna. Universitas Sumatera Utara Cara kerja: Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH netral pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, sampai alat menunjukkan harga pH yang konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH sediaan Rawlins, 2003.

3.6.3 Penentuan viskositas

Penentuan viskositas sediaan dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield. Cara kerja: Spindel 63 dipasang pada tempatnya dan dimasukkan ke dalam sediaan hingga dalam tanda batas. Motor dinyalakan dengan speed 3 dan spindel dibiarkan berputar. Setelah jarum menunjukkan angka yang tetap maka pengukuran dianggap selesai. Pengukuran dilakukan dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing masing–masing formula sampo. Viskositas diperoleh dengan mengalikan angka yang terbaca dengan nilai faktor yaitu 100.

3.7 Prosedur Sterilisasi Alat

Alat-alat untuk pemeriksaan mikrobiologi harus disterilkan terlebih dahulu sebelum dipakai. Alat-alat gelas disterilkan di oven pada suhu 150- 170 o C selama 2 jam dan alat-alat jenis lainnya disterilkan di autoklaf pada suhu Universitas Sumatera Utara 121 o C selama 15 menit, jarum ose dibakar dengan lampu spiritus Lay dan Hastowo, 1992. 3.8 Pembuatan Media 3.8.1 Potato dextrose agar Komposisi: Potatoes, Infusion from 200 g Bacto-dextrose 20 g Bacto-agar 15 g Cara pembuatan: Ditimbang serbuk PDA 39 gram, kemudian dilarutkan dalam aquadest sebanyak 1 liter, dipanaskan sampai mendidih untuk melarutkan semua serbuk PDA, disterilkan dalam otoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit Difco Laboratories, 1977.

3.8.2 Pembuatan agar miring

Kedalam tabung reaksi steril dimasukkan 3 ml media PDA steril, didiamkan pada temperatur kamar sampai sediaan memadat pada posisi miring kira-kira 45 o , kemudian disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 5 o C.

3.8.3 Larutan NaCl 0,9

Komposisi: Natrium Klorida 9 g Air suling hingga 1000 ml Cara pembuatan: Ditimbang 0,9 gram natrium klorida lalu dilarutkan dala air suling sedikit demi sedikit dalam labu ukur 100 ml sampai larut sempurna. Lalu Universitas Sumatera Utara ditambahkan air suling sampai garis tanda. Disterilkan di autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit Difco Laboratories, 1977. 3.9 Penyiapan Inokulum 3.9.1 Pembuatan stok kultur Satu koloni jamur diambil dengan menggunakan jarum ose steril, lalu ditanam pada media PDA miring dengan cara menggores. Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 25 o C selama 48 jam Ditjen POM, 1995.

3.9.2 Pembuatan inokulum

Koloni jamur diambil dari stok kultur dengan jarum ose steril lalu disuspensikan dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml larutan NaCl 0,9. Kemudian diukur kekeruhan larutan pada panjang gelombang 580 nm sampai diperoleh transmitan 25 Ditjen POM, 1995.

3.10 Pengujian Aktivitas Antijamur VCO dan VCO Terhidrolisis

Pengujian aktivitas antijamur VCO dan VCO terhidrolisis dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan pencadang logam. Sebanyak 0,1 ml inokulum jamur dicampur homogen dengan 15 ml PDA dicawan petri, kemudian dibiarkan sampai media memadat. Pada media yang telah padat ditanam cincin pencadang logam, kemudian pada masing-masing pencadang dimasukkan 0,1 ml bahan uji. Kemudian diikubasi pada suhu 25 o C selama 48 jam. Selanjutnya masing-masing petri diukur diameter daerah bening disekitar Universitas Sumatera Utara cincin pencadang menggunakan jangka sorong. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali terhadap VCO dan VCO terhidrolisis Ditjen POM, 1995.

3.11 Pengujian Aktivitas Antijamur VCO dan VCO Terhidrolisis yang Diformulasi dalam Sampo