Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat Di Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012

(1)

SEKRETARIAT DI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH :

ROVITA NUR FITRIANI NIM : 108101000016

PEMINATAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1433 H / 2012 M


(2)

SEKRETARIAT DI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2012

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

ROVITA NUR FITRIANI NIM : 108101000016

PEMINATAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1433 H / 2012 M


(3)

i

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


(4)

ii

Skripsi, September 2012

Rovita Nur Fitriani, NIM : 108101000016

Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat Di Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012

xvii + 112 halaman,6 tabel, 18 gambar, 6 grafik, lampiran ABSTRAK

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah suatu kondisi medis dimana saraf tengah

tertekan di bagian pergelangan yang mengakibatkan parastesia, mati rasa dan kelemahan otot di tangan. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kelemahan otot pada tangan. operator computer bekerja selama 8 jam kerja dengan penggunaan komputer intens selama 5-6 jam kerja. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 15 operator komputer didapatkan 11 operator mengalami keluhan berupa gejala

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) saat dilakukan pemeriksaan Phalen’s test.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain crossectional yang dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2012. Sampel pada penelitian ini berjumlah 102 orang didapatkan dari hasil perhitungan sampel dengan rumus uji hipotesis dua proporsi. Penelitian ini menggunakan chi- square untuk melihat adanya hubungan antara variabel usia, jenis kelamin, masa kerja, dan posisi janggal pada tangan dengan dugaan

Carpal tunnel Syndrome (CTS).

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar operator komputer diduga mengalami Carpal Tunnel Syndrome (CTS) sebanyak 66 operator komputer (64,7%). Pada penelitian ini didapatkan faktor usia dan masa kerja berhubungan dengan dugaan

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) sedangkan faktor jenis kelamin dan posisi janggal pada

tangan tidak berhubungan dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

Untuk mengurangi risiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (CTS), disarankan kepada perusahaan untuk membuat program promosi K3 terkait dengan senam pergelangan tangan yang perlu dilakukan sebelum memulai pekerjaan atau disela-sela pekerjaan.

Kata Kunci : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), Operator Komputer. Daftar bacaan : 57 ( 1985-2012)


(5)

iii

Undergraduated Thesis, September 2012 Rovita Nur Fitriani, NIM : 108101000016

Determinant Factors Of Suspect Carpal Tunnel Syndrome (CTS) and The Corelation’s On Computer Operator At Secretariat Inspectorate General The Ministry Of Public Works In 2012.

xviii + 112 pages, 6 tables, 18 drawings, 6 graphics, attachments ABSTRACT

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) is a medical condition in which the nerveus

medianus oppressed at the ankle which resulted parastesia, numbness and muscle weakness in the hand. If this happens for a long time can cause muscle weakness in the hand.computer operators to work for 8 hours with intense use of the computer for 5-6 hours. Based on a preliminary study of 15 computer operators obtained 11 operators have complaints of symptoms Carpal Tunnel Syndrome (CTS) when checking Phalen's test.

The study’s intend to find out determinant factors of suspect Carpal Tunnel

Syndrome (CTS) and the corelation’s on computer operator at Secretariat Inspectorate

General the Ministry of Public Works in 2012. This research is a quantitative study using a cross sectional design was conducted in July to August 2012. The sample in this research were 102 people obtained from the calculation of the sample by the formula hypothesis testing two proportions. This study used chi-square to see the relationship between the variables of age, sex, employment period, and the awkward posture of the hand with suspected Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

Based on this research, most of the computer operator suspected of having

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) computer operator as much as 66 (64.7%). In this

research, age and employment period associated with suspected Carpal Tunnel

Syndrome (CTS), while the factor of sex and awkward posture of the hands is not related

to allegations of Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

To reduce the risk of Carpal Tunnel Syndrome (CTS), suggested to the company to to make promotion program K3 associated with wrist exercises that needs to be done before starting work or in a job sidelines.

Keywords :Carpal Tunnel Syndrome (CTS), Operator Computer. The reading list: 57 ( 1985-2012)


(6)

iv

Skripsi Dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DUGAAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA OPERATOR KOMPUTER BAGIAN SEKRETARIAT DI

INSPEKTORAT JENDRAL KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2012.

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(7)

v

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(8)

vi

Nama : Rovita Nur Fitriani

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 05 November 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Sentul jaya RT/RW 05/17 No. 26. Bekasi Utara.

Agama : Islam

Gol.Darah : B

No. Telp : 087875420767

RIWAYAT PENDIDIKAN

1996 – 2002 SDN Marga Mulya VIII Bekasi

2002– 2005 Madrasah Tsanawiah ANNUR Bekasi 2005– 2008 Madrasah Aliyah Negeri 8 Jakarta Utara

2008 – 2012 S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. RIWAYAT ORGANISASI

2003 – 2005 Pengurus OSISMadrasah Tsanawiah ANNUR Bekasi 2002 – 2005 Anggota PASKIBRA Madrasah Tsanawiah ANNUR Bekasi 2006 – 2008 Pengurus OSISMadrasah Aliyah Negeri 8 Jakarta Utara 2007 – 2008 Pengurus ROHISMadrasah Aliyah Negeri 8 Jakarta Utara 2007 – 2008 Anggota KIRMadrasah Aliyah Negeri 8 Jakarta Utara

2010 – 2011 BEMJ Kesehatan Masyarakat (Jabatan Staff Dana dan Usaha) PRAKTEK KERJA LAPANGAN :

Praktek Kerja di PT. Waskita Karya, pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Non-Tol Antasari-Blok M (stage 1 : Pasar Inpres Cipete - Lapangan Mabak Blok M)

Periode : Februari 2012 – Maret 2012 Rincian Pekerjaan :

 Pengawasan terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja  Menganalisis hasil investigasi atas terjadinya kecelakaan pada pekerja


(9)

vii

ﻢﺴﺑ

ا

ا

ﻦﻤﺣﺮﻟ

ا

ﺮﻟ

ﻢﻴﺣ

ﻼﺳا

م

ﻢﻜﻴﻠﻋ

ﺔﻤﺣرو

ا

و

ﺮﺑ

ﺎﻛ

ﻪﺗ

Segala puji bagi Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat kepada hamba-hambanya. Rasa syukur senantiasa terucapkan kepada-Nya atas segala nikmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam juga tak lupa terucapkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.

Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat Di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012” disusun sebagai syarat kelulusan.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, tentunya bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, arahan, koreksi, saran, motivasi dan semangat. untuk itu penulis ucapkan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Mamah dan Bapakku tercinta, yang selalu mendoakan aku dan mengajarkan aku untuk selalu berusaha, memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil, dan kepada Mba Sinta dan Mas Sigit ku tersayang yang selalu memberikan motivasi.

2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

viii

Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Iting Sofwati, ST, MKKK selaku Dosen Pembimbing I, makasih sebanyak-banyaknya saya ucapkan untuk ibu yang telah membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan dari awal penyusunan skripsi ini hingga akhir, hingga skripsi ini dapat terselesaikan. ”love you full deh pokonya buat ibu, heheee....”

5. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku dosen pembimbing II, saya ucapkan terima kasih atas kesediaan bapak untuk membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir pak.

6. Ibu Riastuti Kusumawardani, SKM, MKM selaku ketua penguji terimakasih atas saran dan masukannya.

7. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, Mkes sebagai anggota penguji 1 dalam skripsi ini. 8. Ibu Minsarnawati Tahangnacca, SKM, MKes sebagai anggota penguji 2 dalam skripsi

ini

9. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

10.Bapak Ahmad Ghozali selaku staf Program Studi Kesehatan Masyarakat, terimakasih atas semua bantuannya dalam mengurus berkas-berkas yang diperlukan untuk keperluan sidang maupun wisuda.

11.Bapak Ir. Don Anzaldi Salim selaku Inspektur Khusus Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum, terimakasih atas kesediaan bapak untuk mengizinkan saya dalam mengambil data-data yng diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.


(11)

ix

Ngenggalau bareng dengan membicaran hal itu-itu lagi ...hahahahahhaah

13.Sobat tersayang (Mizna) yang juga selalu memberikan dukungan, temen-temen kosan ku (viul dan zum) yang selalu susah senang bersama dalam suka dan duka (hehe....), 14.Tak lupa juga kepada seluruh teman-teman angkatan 2008 yang tidak bisa dituliskan

namanya satu persatu, banyak kenangan indah yang telah dilalui bersama dengan kalian semua.

15.dan untuk semua pihak yang tidak bisa dituliskan namanya satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca lain.

Jakarta, September 2012


(12)

x

LEMBAR PERNYATAAN --- i

ABSTRAK --- ii

LEMBAR PERSETUJUAN --- iv

LEMBAR PENGESAHAN --- v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP --- vi

KATA PENGANTAR --- vii

DAFTAR ISI --- x

DAFTAR TABEL --- xiv

DAFTAR GAMBAR --- xv

DAFTAR GRAFIK --- xvi

DAFTAR LAMPIRAN --- xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang --- 1

1.2. Rumusan Masalah --- 9

1.3. Pertanyaan Penelitian --- 11

1.4. Tujuan Penelitian --- 12

1.4.1. Tujuan Umum --- 12

1.4.2. Tujuan Khusus --- 12

1.5. Manfaat Penelitian --- 13

1.5.1. Bagi Mahasiswa --- 13

1.5.2. Bagi Fakultas --- 13

1.5.3. Bagi Perusahaan --- 13

1.6. Ruang Lingkup Penelitian --- 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Carpal Tunnel Syndrome --- 15


(13)

xi

2.1.4. Klasifikasi Carpal tunnel Syndrome--- 19

2.1.5. pemeriksaan Klinis / Diagnosa Carpal tunnel Syndrome --- 20

2.1.6. Pencegahan dan Penanganan Medis Carpal tunnel Syndrom --- 25

2.1.6.1. Pencegahan Carpal tunnel Syndrome --- 25

2.1.6.2. Pengobatan Carpal tunnel Syndrome --- 28

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Carpal tunnel Syndrome ---- 33

2.3. Kerangka Teori --- 46

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konsep --- 48

3.2. Definisi Operasional --- 50

3.3. Hipotesis --- 53

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian --- 54

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian --- 54

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian --- 55

4.4. Instrumen Penelitian --- 58

4.5. Metode Pengumpulan Data --- 62

4.6. Pengolahan Data--- 64

4.7. Analisis Data --- 65

BAB V HASIL 5.1. Bagian Sekretariat di Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum --- 67


(14)

xii

Tahun 2012 --- 69 5.2.2. Faktor Personal (Jenis Kelamin dan Usia) pada Operator Komputer

Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012 --- 74 5.2.3. Faktor Pekerjaan (Posisi janggal pada Tangan dan Masa Kerja) pada

Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012 --- 75 5.3. Analisis Bivariat --- 77

5.3.1. Hubungan Faktor Personal (Jenis Kelamin dan Usia) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012 --- 77 5.3.2. Hubungan Faktor Pekerjaan (Posisi Janggal pda Tangan dan Masa

kerja) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012 --- 79

BAB VI PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian --- 82 6.2. Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) --- 83 6.3. Hubungan antara Faktor Personal (Jenis Kelamin dan Usia) dengan Dugaan

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) --- 87

6.3.1. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)--- 87 6.3.2. Hubungan Usia dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) ---- 91 6.4. Hubungan antara Faktor Pekerjaan (Posisi Janggal pada Tangan dan Masa

Kerja) dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) --- 93 6.4.1. Hubungan antara Posisi Janggal pada Tangan dengan Dugaan


(15)

xiii

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan --- 100

7.2. Saran --- 101

7.2.1. Bagi Perusahaan --- 101

7.2.2. Bagi Operator Komputer --- 102

7.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya --- 102

DAFTAR PUSTAKA --- 104 LAMPIRAN


(16)

xiv

Nomor Tabel Halaman 2.1 Pemeriksaan Fisik Carpal tunnel Syndrome ... 21

5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ... 69 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia pada

Operator Komputer Bagian Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ... 74 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Posisi Janggal dan Masa Kerja

pada Operator Komputer Bagian Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ... 75 5.4 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dan Usia dengan Dugaan

Carpal Tunel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer Bagian

Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ... 77 5.5 Analisis Hubungan antara Posisi Janggal pada Tangan dan Masa

Kerja dengan Dugaan Carpal Tunel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ... 79


(17)

xv

Nomor Gambar Halaman

2.1 Anatomi PergelanganTangan ... 16

2.2 Gerakan Senam 1... 26

2.3 Gerakan Senam 2... 26

2.4 Gerakan Senam 3... 27

2.5 Gerakan Senam 4... 27

2.6 Gerakan Senam5... 27

2.7 Gerakan Senam6... 28

2.8 Saat Terapi Operatif ... 32

2.9 Setelah Terapi Operatif ... 32

2.10 Posisi Tangan Saat Menggunakan Keyboard ... 38

2.11 Posisi Tangan Saat Menggunakan Mouse ... 39

2.12 Keyboard Qwerty ... 41

2.13 Keyboard Dvorak ... 42

2.14 Keyboard Klockenberg ... 42

2.15 Vertical Mouse... 43

2.16 Letak Keyboard dan Mouse ... 45

4.1 Kuesioner Klinis untuk Diagnosis Carpal Tunnel Syndrome ... 60


(18)

xvi

Nomor Grafik Halaman 5.1 Risiko Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator

computer di Masing-Masing Bagian ... 70 5.2 Persentase Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator

Komputer bagian Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ... 72 5.3 Distribusi Hasil Kuisoner pada Operator Komputer Bagian

Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ... 73 5.4 Persentase Hasil Observasi Posisi Janggal Saat Penggunaan Mouse

ataupun Keyboard oleh Operator Komputer Bagian Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ... 76 6.1 Persentase Wanita Berdasarkan Usia dengan Dugaan Carpal

Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer ... 90

6.2 Persentase Posisi Janggal pada Tangan Berdasarkan Pengulangan dalam Periode Tahun Kerja dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer ... 96


(19)

xvii

Lampiran 1 Surat Balasan Perizinan Penelitian Lampiran 2 Inform Consent

Lampiran 3 Kuesioner


(20)

1

1.1.Latar Belakang

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) disebabkan oleh trauma secara akumulatif

yaitu ketika tangan digerakkan berulang-ulang pada periodesasi waktu yang lama dengan jumlah gerakan pada jari-jari dan tangan yang berlebihan.Hal tersebut menyebabkan otot atau ligamen dapat menjadi meradang sebagai akibat dari penekanan otot dan ligamen serta pembendungan terowongan karpal (Haque, 2009). Peradangan tersebut mengakibatkan jaringan di sekitar saraf menjadi bengkak, sendi menjadi tebal, dan akhirnya menekan saraf medianus atau saraf tengah di bagian pergelangan yang dapat mengakibatkan parastesia, mati rasa, dan kelemahan otot di tangan (Aizid, 2011).

Peradangan yang terjadi pada tangan akibat tertekannya saraf medianus atau saraf tengah dapat menimbulkan suatu gejala. Gejala yang ditimbulkan umumnya dimulai dengan gejala sensorik walaupun pada akhirnya dapat pula menimbulkan gejala motorik. Pada awalnya gejala yang sering dijumpai adalah rasa nyeri, tebal (numbness) dan rasa seperti aliran listrik (tingling) pada daerah yang diinnervasi oleh nervus medianus. Seringkali gejala pertama timbul saat malam hari yang menyebabkan penderita terbangun dari tidurya (Rambe, 2004). Penyakit ini harus segera diatasi sebelum terlambat, karena rasa nyeri pada tangan akan semakin sering terjadi sehingga dapat menurunkan produktifitas dalam bekerja, bahkan jika tidak


(21)

segera diobati maka penyakit ini dapat berpotensi mengakibatkan kelumpuhan tangan (Aizid, 2011).

Terjadinya kelumpuhan pada tangan dapat menjadi masalah besar bagi manusia, karena sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh manusia adalah dengan menggunakan tangan. Pada kondisi masyarakat yang sekarang ini, interaksi manusia dengan mesin semakin sering terjadi, sehingga dalam kehidupan sehari-hari banyak aktivitas atau keadaan yang dapat memacu tingginya kasus Carpal Tunnel

Syndrome (CTS), salah satunya adalah pekerjaan yang menggunakan komputer.

Kegiatan yang selalu melibatkan keyboard dan mouse dapat menimbulkan cidera urat tangan, lengan dan bahu. Beribu kali jari-jari tangan mengulang gerakan menekan tuts keyboard ketika mengetik, dengan tangan yang mencengkram dan menggeser mouse sehinga tanpa disadari terjadi akumulasi kerusakan pada badan secara keseluruhan, padahal sesungguhnya Allah tidak menyukai hambanya berlebih-lebihan seperti yang terdapat pada QS. Al-An'aam (Al-An'am) [6] : ayat 141 yang berbunyi ; “dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. Allah melarang berlebih-lebihan karena hal itu sangat berbahaya bagi kesehatan dan dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit yang mungkin membahayakan jiwa. Allah Yang Maha Pengasih kepada hamba-Nya tidak menyukai hamba-Nya yang berlebih-lebihan itu. Demikian halnya dengan sabda Nabi Muhammad yang berkaitan dengan konteks kesehatan fisik yang berbunyi “ sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu” dalam sabda tersebut Nabi menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas


(22)

dalam beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniah terabaikan dan kesehatannya terganggu (Shihab, 2000).

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan sama halnya dengan orang yang melakukan pekerjaan yang berlebihan seperti melakukan gerakan berulang yang berlebihan dalam menggunakan keyboard ataupun mouse tidak diperbolehkan karena dapat menyebabkan kebutuhan jasmaniah terabaikan dan kesehatannya terganggu. Gerakan berulang yang dilakukan pada pergelangan tangan dalam waktu lama dan tanpa istirahat, akan meningkatkan tekanan dalam tunnel, dilanjutkan terjadinya peradangan, sehingga terjepitlah nervus medianus yang akhirnya menimbulkan gejala terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (Aizid, 2011).

Gerakan berulang pada pergelangan tangan tersebut banyak dijumpai pada pekerja kantoran yang pekerjaan utamanya adalah duduk di depan komputer, dimana tangan menjadi salah satu organ tubuh yang digunakan dalam jangka waktu lama (seperti memegang mouse dan mengetik) yang umumnya menggunakan kombinasi antara kekuatan dan pengulangan gerakan pada jari-jari dan tangan, selama periode waktu yang lama, dapat menjadi salah satu alasan mengapa keluhan Carpal Tunnel

Syndrome kini mulai banyak diderita oleh pekerja kantoran.(Aizid, 2011). Pendapat

tersebut dipertegas oleh Biro Statistik Tenaga kerja Internasional yang menyatakan bahwa mengetik menghasilkan absen terpanjang dari pekerjaan pada tahun 2002, dan adanya bukti kuat hubungan positif antara kerja berulang dengan faktor-faktor pekerjaan lain dengan CTS.

Menurut Departemen Tenaga Kerja AS, Ocupational Safety and Health


(23)

mahal, mempengaruhi ratusan ribu pekerja Amerika, dan biaya lebih dari $ 20 miliar per tahun sebagai kompensasi pekerja. penggunaan mouse komputer lebih dari 20 jam setiap pekan atau 3 jam 20 menit setiap harinya, memiliki risiko 2,6 kali lebih untuk mengalami gejala Carpal Tunnel Syndrome (Hedge, 2004).

Bagi seseorang yang selalu bekerja di depan komputer bahkan menghabiskan waktu berjam-jam dan melakukan kesalahan dalam menggunakan mouse sehari-hari akan berakibat pada timbulnya Carpal Tunnel Syndrome. Risiko terjadinya Carpal

Tunnel Syndrome 10% lebih banyak pada orang dewasa dimana wanita berisiko 3

kali lipat lebih banyak daripada pria dan terbanyak terjadi pada usia 40-50 tahun dan angka kejadian kurang lebih 515/1000 populasi di USA pada 102 tangan (92 orang). (Purwanti, 2011). NIOSH (The National Institute for occupational Safety and

Health) di tahun 1990, memperkirakan 15%-20% pekerja Amerika berisiko

menderita Cumulative Trauma disorders (CTDs).The National Safety Council (NCS) melaporkan, kurang lebih 960.000 kasus CTDs di kalangan pekerja amerika tahun 1992.Catatan Bureau of Labor Statistics (BLS) 1992, menunjukkan bahkan dari seluruh kasus CTDs yang dilaporkan, separuhnya didiagnosis sebagai Carpal Tunnel

Syndrome.(Wichaksana, 2002)

Studi yang dilakukan oleh Mayo Clinic melihat CTS pada pengguna komputer menyimpulkan bahwa 3,5% dari pengguna komputer memiliki CTS yang mirip dengan populasi umum. Dan studi yang dilakukan oleh Anderson (2007) menunjukkan bahwa CTS mempengaruhi 1% sampai 2 % dari populasi umum. Oleh karena itu, persentase pengguna komputer dengan CTS (3,5%) lebih besar dari populasi umum (1% sampai 2%) (Rostati, 2009). Selain itu juga sebuah studi yang


(24)

dilakukan oleh Roquelaure (2008) melihat hubungan status pekerjaan dengan tingkat insiden CTS, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kejadian rata-rata CTS lebih tinggi pada pekerja yaitu 75% pada pria dan 67% pada perempuan dari pada individu yang menganggur. Menurut Kantor Tenaga kerja dan Statistik di USA Tahun 2003, jumlah pekerja yang tidak masuk kerja akibat terkena Carpal Tunnel

Syndrome adalah 3,7 orang dari seluruh pekerja di Negara ini. Pegawai tersebut

rata-rata kehilangan hari untuk bekerja yaitu 23 hari/tahun, dengan ganti rugi pekerja yang terkena Carpal Tunnel Syndrome adalah 2 milliar pertahun (Haque, 2009).

Selain itu salah satu penelitian tentang Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja di instasi pemerintahan juga pernah dilakukan, yaitu mengenai Gambaran Keluhan Subjektif Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Akibat Penggunaan Komputer Pada Pekerja Data Entry Di Arsip Nasional Republik Indonesia, dimana didapatkan hasil bahwa keluhan subyektif yang paling banyak dialami responden adalah pegal pada lengan, pergelangan / jari-jari saat bekerja atau setelah bekerja yaitu sebanyak 54,2 %, yang diikuti dengan adanya keluhan nyeri dari tangan sampai bahu dan tidak kuat menggenggam tangan dalam jumlah yang sama sebanyak 29,2%., sedangkan keluhan yang tidak pernah dirasakan adalah bengkak pada jari-jari tangan dan tangan tidak bisa membedakan antara panas dan dingin. (Rusmayani, 2002).

Pemakaian komputer telah berkembang dalam pemerintahan, sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, bahwa pemanfaatan teknologi informasi berperan penting untuk kesejahteraan masyarakat, yang berdampak dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik. Transasksi Elektronik tersebut dilakukan dengan


(25)

menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Secara spesifik, dalam pasal 107 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dijelaskan bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik bertujuan untuk: meningkatkan transparansi dan akuntabilitas; meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat; memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan; mendukung proses monitoring dan audit; dan memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time.

Salah satu Kementerian yang memanfaatkan teknologi elektronik berupa komputer adalah Kementerian pekerjaan umum untuk membuat suatu laporan ataupun dalam mengakses data. Akses Data Kementerian Pekerjaan Umum adalah salah satu cara atau metode untuk melihat, mengirim, mengambil, dan menggunakan Data Kementerian Pekerjaan Umum dalam rangka pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Sistem Informasi untuk Akses Data Kementerian Pekerjaan Umum adalah suatu sistem yang terdiri dari sistem aplikasi komputer (Nota Kesepahaman Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Dengan Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 21 /KB/X‐XIII.2/12/2010)

Namun berdasarkan hasil dari evaluasi kinerja pada Kementerian dinyatakan bahwa Kementerian PU belum melakukan kinerja yang baik untuk dapat menjalankan organisasi dan manajemen dalam melakukan penetapan berbagai prinsip pengelolaan sumber daya dan terhadap pencapaian hasil-hasil organisasi pemerintahan salah satunya akibat usaha-usaha peningkatan kualitas Sumber Daya


(26)

Manusia (SDM) yang belum ideal (Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi Kementerian, 2011).

Berdasarkan hal tersebut maka dipilih Direktorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum sebagai tempat penelitian karena secara tidak langsung untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dilakukan peningkatan beban kerja pada pekerja, baik pada pekerja yang melakukan pengawasan maupun pada pekerja yang melakukan perencanaan, pemograman, dan penganggaran yang terdapat pada bagian Sekretariat. Bagian pengawasan melaksanakan pengendalian/pengawasan pelaksanaan agar pelaksanaan pekerjaan di lapangan sesuai dengan mutu, biaya, dan waktu yang ditentukan serta tercapainya tertib administrasi yang penyelenggaraannya dilakukan secara terpadu melalui koordinasi Sekretariat Jenderal. (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 02/ PRT/ M/ 2008).

Sedangkan bagian Sekretariat melakukan kegiatan berupa penyusunan dan perubahan perencanaan, pemrograman dan penganggaran kegiatan Departemen Pekerjaan Umum sebagai kesatuan yang tidak terpisahkan dengan peraturan Menteri ini. selain itu juga melakukan perencanaan jangka menengah dan tahunan, pemrograman dan penganggaran tahunan kegiatan. Setiap perubahan rencana, program, dan anggaran kegiatan dapat dilaksanakan melalui koordinasi Sekretariat Jenderal setelah sebelumnya mendapatkan persetujuan tertulis dari Pejabat Eselon-I terkait sebagai penanggung jawab program (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 02/ PRT/ M/ 2008).

Dengan kata lain bagian Sekretariat merupakan bagian yang paling banyak melakukan pekerjaan dengan menggunakan komputer untuk menyusun program,


(27)

perencanaan, dan penganggaran kegiatan Departemen Pekerjaan Umum, sedangkan bagian pengawasan hanya melakukan pengawasan dilapangan agar sesuai dengan mutu dan waktu yang telah ditentukan. Dengan begitu pekerja pada bagian secretariat dapat menghabiskan waktu yang lama didepan komputer dimana tangan menjadi salah satu organ tubuh yang banyak digunakan, sehingga jari-jemari akan digunakan secara berulang dalam jangka waktu yang lama saat memegang mouse

maupun menekan tuts-tuts keyboard, hal tersebut akan meningkatkan tekanan dalam tunnel, dilanjutkan terjadinya peradangan, sehingga terjepitlah nervus medianus yang akhirnya dapat menimbulkan gejala terjadinya Carpal Tunnel Syndrome

(Aizid, 2011).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2012 diketahui dari 15 pekerja yang menggunakan komputer di bagian Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum, didapatkan 11 dari 15 pekerja atau 73,3% mengalami keluhan berupa gejala Carpal Tunnel Syndrome. Dengan spesifikasi masing-masing jumlah orang dengan keluhan sakit/ nyeri sebanyak 9 orang (60%), kesemutan sebanyak 13 orang (87,6%), mati rasa sebanyak 8 orang (53,3%), bengkak pada tangan khususnya di pagi hari sebanyak 4 orang (26,7%), terbangun pada malam hari karena nyeri pada tangan sebanyak 3 orang (2%), dan tes phalen’s dengan timbulnya gejala – gejala Carpal Tunnel Syndrome dalam waktu 1 menit adalah sebanyak 11 orang (73,3%).

Berdasarkan studi pendahuluan tersebut dan berdasarkan informasi dari Bagian Sekretariat, bahwa sampai saat ini belum pernah dilakukan suatu penelitian terhadap kesehatan pekerja khususnya yang berhubungan dengan terjadinya


(28)

gangguan pada pergelangan tangan yaitu Carpal Tunnel Syndrome pada operator komputer, dan berdasarkan informasi dari pekerja rata-rata operator komputer menggunakan komputer selama 5-6 jam dari jumlah jam kerja pekerja Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum yaitu 8 jam sehari. Dengan lamanya penggunaan komputer tersebut dapat memicu untuk menimbulkan Carpal Tunnel

Syndrome karena penggunaan mouse komputer selama 3 jam 20 menit setiap

harinya, memiliki risiko 2,6 kali lebih untuk mengalami gejala Carpal Tunnel

Syndrome. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa perlu untuk

mengangkat penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.

1.2.Rumusan Masalah

Operator komputer dapat berisiko mengalami Carpal Tunnel Syndrome

(CTS), karena pekerjaan utama operator komputer adalah duduk di depan komputer,

dimana tangan digunakan secara berulang dalam jangka waktu yang lama (seperti memegang mouse dan mengetik) dan tanpa istirahat, akan meningkatkan tekanan dalam tunnel, dilanjutkan terjadinya peradangan, sehingga terjepitlah nervus medianus yang akhirnya menimbulkan terjadinya keluhanCarpal Tunnel Syndrome

(Aizid, 2011).

Sebuah survei nasional besar Inggris menemukan bahwa penggunaan


(29)

pergelangan tangan dan penggunaan mouse komputer selama 3 jam 20 menit setiap harinya, memiliki risiko 2,6 kali lebih untuk mengalami gejala Carpal Tunnel

Syndrome.(Hedge, 2004). Berbagai faktor juga dapat menyebabkan terjadinya gejala

Carpal Tunnel Syndrome yaitu faktor personal yang terdiri dari usia, jenis kelamin,

obesitas dan riwayat penyakit (reumatoid arthritis, fraktur, diabetes mellitus). Faktor pekerjaan yang terdiri dari pengulangan pada tangan (masa kerja dan lama kerja) dan posisi janggal pada tangan.sedangkan faktor workstation terdiri dari bentuk dan letak

keyboard serta bentuk dan letak mouse (Ali, 2006 ; Grandjean, 1987; Boz, 2003 ;

Barcenilla et al, 2012).

Gejala yang sering timbul akibat terjadinya Carpal Tunnel Syndrome adalah nyeri, kesemutan, atau mati rasa pada jari-jari tangan, terutama ibu jari, telunjuk, dan jari tengah.Gejala tadi memburuk pada malam hari ataupun sesudah fleksi yang lama(Aizid, 2011; Rambe, 2004). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2012 diketahui dari 15 operator komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum, didapatkan 11 dari 15 pekerja atau 73,3% mengalami keluhan berupa gejala Carpal Tunnel Syndrome. Dengan spesifikasi masing-masing jumlah orang dengan keluhan sakit/ nyeri sebanyak 9 orang (60%), kesemutan sebanyak 13 orang (87,6%), mati rasa sebanyak 8 orang (53,3%), bengkak pada tangan khususnya di pagi hari sebanyak 4 orang (26,7%), terbangun pada malam hari karena nyeri pada tangan sebanyak 3 orang (2%), dan tes phalen’s dengan timbulnya gejala – gejala Carpal Tunnel Syndrome


(30)

Berdasarkan teori dan data-data di atas, terdapat gejala Carpal Tunnel

Syndrome yang sering dirasakan pada operator komputer.Untuk itu peneliti tertarik

melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dugaan

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di

Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012. 1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran terjadinya Dugaan Carpal Tunnel Syndrome(CTS) pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012?

2. Bagaimana gambaran faktor personal (jenis kelamin, dan usia,) pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012?

3. Bagaimana gambaran faktor pekerjaan (postur janggal pada tangan dan masa kerja) pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012?

4. Apakah ada hubungan faktor personal (jenis kelamin, dan usia) dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012?

5. Apakah ada hubungan faktor pekerjaan (postur janggal pada tangan, dan masa kerja) dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012?


(31)

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum

Mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dugaan Carpal

Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di

Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012. 1.4.2. Tujuan khusus

1. Diketahuinya gambaran Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.

2. Diketahuinya gambaran faktor personal (jenis kelamin, dan usia,) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.

3. Diketahuinya gambaran faktor pekerjaan (posisi janggal pada tangan dan masa kerja) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.

4. Diketahuinya hubungan faktor personal (jenis kelamin, dan usia) dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.

5. Diketahuinya hubungan faktor pekerjaan (posisi janggal pada tangan dan masa kerja) dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.


(32)

1.5.Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Mahasiswa

1. Sebagai tahap awal pembelajaran dalam melakukan penelitian dan menambah wawasan untuk lebih mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.

2. Dapat menjadi suatu tahapan awal dalam bersosialisasi dengan para pekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian pekerjaan Umum, sehingga lebih mengetahui dunia kerja

1.5.2. Bagi Fakultas

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan referensi serta membuka wawasan ilmiah bagi civitas akademik program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam negeri syarif Hidayatullah Jakarta mengenai Carpal Tunnel Syndrome(CTS).

1.5.3. Bagi Perusahaan

1. Dengan adanya hasil penelitian ini perusahaan dapat mengetahui Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2012


(33)

2. Dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam melakukan pencegahan maupun penanggulangan terhadap Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum.

1.6. Ruang Lingkup penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain

crossectional yang dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan

dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum karena operator komputer di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum selalu melakukan gerakan berulang pada jari saat melakukan pengetikan dan menggunakan mouse, dimana bekerja selama 8 jam sehari dengan pemakaian komputer rata-rata selama 5-6 jam perhari yang pastinya memiliki risiko untuk terjadinya Carpal Tunnel

Syndrome(CTS).

Penelitian dilakukan di bagian Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum, dengan subjek penelitian seluruh operator komputer bagian tersebut yaitu sebanyak 240 orang. Penelitian dilakukan pada bulan bulan Juli-Agustus tahun 2012. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 102 operator komputer. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan melakukan penyebaran kuesioner, pemeriksaan fisik dan observasi lapangan. Sedangkan data sekunder yaitu data berupa profil Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Bagian Sekretariat.


(34)

15

2.1. Carpal Tunnel Syndrome

2.1.1. Definisi Carpal Tunnel Syndrome

Carpal Tunnel Syndrome (CTS/ Sindrom Terowongan Karpal), atau

penyakit saraf menengah di pergelangan tangan, adalah suatu kondisi medis dimana saraf tengah tertekan di bagian pergelangan yang mengakibatkan

parastesia, mati rasa dan kelemahan otot di tangan. Carpal Tunnel Syndrome

merupakan salah satu jenis penyakit akibat terjadinya Cumulative Trauma

Disorders (CTD), yaitu sekumpulan gangguan atau kekacauan pada sistem

muskuloskeletal (musculosceletal disorders) berupa cedera pada syaraf, otot, tendon, ligamen, tulang dan persendian pada titik-titik ekstrim tubuh bagian atas (tangan, pergelangan, siku dan bahu), tubuh bagian bawah (kaki, lutut dan pinggul) dan tulang belakang (punggung dan leher) (Kuntodi, 2008).

Kelainan (penyakit) ini dapat terjadi akibat adanya proses peradangan pada jaringan-jaringan di sekitar saraf medianus (tendon dan teosynovium) yang ada dalam terowongan karpal. Peradangan tersebut mengakibatkan jaringan disekitar saraf menjadi bengkak, sendi menjadi tebal, dan akhirnya menekan saraf medianus. Penekanan saraf medianus ini lebih lanjut akan menyebabkan kecepatan hantar (konduksi) dalam serabut sarafnya terhambat,


(35)

sehingga menyebabkan berbagai gejala pada tangan dan pergelagan tangan (Aizid, 2011).

Carpal Tunnel Syndrome adalah gangguan pada syaraf yang

disebabkan karena terperangkapnya nervus medianus dan atau karena adanya penekanan pada nervus medinus yang melewati terowongan karpal, gangguan pada syaraf ini berhubungan dengan pekerjaan yang mempunyai paparan getaran dalam jangka waktu panjang secara berulang (Pakasi, 2005).

2.1.2. Anatomi Pergelangan Tangan Carpal Tunnel Syndrome

Gambar 2.1. Anatomi Pergelangan Tangan Carpal Tunnel Syndrome (Sumber : American academy of orthopedic surgeons (AAOS), 2009)

Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) merupakan terowongan sempit yang berada di dalam dasar pergelangan tangan. Bagian bawah dan sisi terowongan ini dibentuk oleh pergelangan tangan (karpal) tulang. Bagian atas terowongan ditutupi oleh sebuah band yang kuat dari jaringan ikat yang disebut ligamentum karpal transversal. Perjalanan saraf


(36)

median dari lengan bawah ke tangan melalui terowongan di pergelangan tangan. Saraf median mengontrol perasaan di sisi telapak ibu jari, jari telunjuk, dan jari yang panjang. Saraf juga mengontrol otot-otot di sekitar dasar jempol. Tendon yang menekuk jari-jari dan ibu jari juga berjalan melalui terowongan karpal, tendon ini disebut tendon fleksor (American

Academy Of Orthopedic Surgeons, 2009).

Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan

pada jari-jari tangan. Jari tangan dan otot-otot flexor pada pergelangan tangan beserta tendon-tendonnya berinsersi pada tulang-tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. (Beatrice, 2012). Carpal Tunnel Syndrome (CTS) terjadi ketika jaringan sekitarnya tendon fleksor pada pergelangan tangan membengkak dan memberikan tekanan pada saraf median. Jaringan-jaringan ini disebut sinovium. Sinovium melumasi tendon dan membuatnya lebih mudah untuk memindahkan jari. Pembengkakan sinovium mempersempit ruang tertutup dari terowongan karpal (American Academy Of Orthopedic


(37)

2.1.3. Gejala-Gejala Carpal Tunnel Syndrome

Gejala yang paling umum dari Carpal Tunnel Syndrome adalah kesemutan, mati rasa, lemah atau sakit yang terasa di jari atau telapak tangan (lebih jarang terjadi). Gejala yang paling sering terjadi di bagian saraf tengah adalah pada bagian jempol, telunjuk, jari tengah, dan setengah dari jari manis (Aizid, 2011), Sedangkan Rambe (2004) menjelaskan bahwa pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja, gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari. Keluhan parastesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya.

Menurut Djojodibroto (1999) yang dikutip oleh Rusdi (2007) menyebutkan bahwa gejala dari Carpal Tunnel Syndrome adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik parastesia, nyeri, lemah pada jari-jari menurut distribusi

Nervus Medianus distal.

2. Gejala tadi memburuk pada malam hari ataupun sesudah fleksi yang lama, misalnya pengemudi mobil.


(38)

3. Hilangnya rasa raba permukaan tangan sebelah medial 4. Kelemahan tenar/atrofi

5. Hubungan dengan kerja dinilai secara hati-hati, penggunaan tangan, posisi tangan, dan sering atau beratnya kekuatan atau tekanan pada pergelangan tangan atau vibrasi.

6. Gejala berkurang setelah istirahat kerja.

2.1.4. Klasifikasi Carpal Tunnel Syndrome

Menurut Asworth (2009) Carpal Tunnel Syndrome biasanya dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat.

1. Level 1/ ringan/ mild

Carpal Tunnel Syndrome ringan memiliki kelainan sensorik saja

pada pengujian elektrofisiologis. Rasa perih / rasa tersengat dan nyeri atau gejala Carpal Tunnel Syndrome yang terjadi dapat berkurang dengan istirahat atau pijat.

2. Level 2/ sedang / moderate

Carpal Tunnel Syndrome sedang memiliki gejala sensorik dan

motorik. Gejala lebih intensif, test orthopedic dan neurologic mengindikasikan adanya kerusakan syaraf

3. level 3 / berat / severe

Gejala lebih parah, mengalami penurunan sensorik dan rasa nyeri konstan. Dokter menyarankan imobilisasi total dan pembedahan.


(39)

2.1.5. Pemeriksaan Klinis / Diagnosa Carpal Tunnel Syndrome

Diagnosa Carpal Tunnel Syndrome dapat didukung oleh beberapa pemeriksaan, yaitu :

1. Pemeriksaan fisik

Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik, ototnom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa Carpal Tunnel Syndrome adalah sebagai berikut (Rambe, 2004):


(40)

Tabel 2.1. Pemeriksaan Fisik Carpal Tunnel Syndrome

Wrist Extenstion Test Phalen’s Test Tinel’s Test Pressure Test Luthy’s Sign (Bottle’s Test) Pemeriksaan Sesibilitas Penderita melakukan ekstensi dengan secara maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan.

penderita melakukan fleksi dengan secara maksimal atau menyatukan

pergelangan tangannya kearah bawah sejauh yang pasien bisa dan bertahan pada posisi itu selama 1 menit. Bila dalam waktu 1 meniit timbul gejala-gejala seperti gejala-gejala

Carpal Tunnel

Syndrome, maka tes ini

dapat menyokong diagnosa Carpal

Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parastesi atau nyeri pada daerah distribusi

nervusmedianus jika

dilakkan prekusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi. Dokter akan mnegetuk bagian depan

pergelangan tangan. Jika ketukan itu menyebabkan kesemutan pada tangan atau lengan,

Nervusmedianus

ditekan diterowongan karpal dengan

menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti gejala Carpal Tunnel

Syndrome, maka tes

ini dapat menyokong diagnosa

Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh

dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan

positive dan

mendukung diagnosa.

Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two point discrimination) pada jarak lebih dari 6mm di daerah nervus

medianus, tes

dianggap positive dan mendukung diagnosa.


(41)

Tunnel Syndrome. Kelebihan tes ini yaitu sangat sensitive untuk menegakkan diagnosa.. selain itu phalen test juga memiliki sensitifitas 40 – 80% dan spesifitas lebih dari 81% (kuschner et al, 1992).

Namun tes ini

dikatakan kurang baik jika punggung telapak tangan satu dengan yang lain tidak saling menempel dan tidak ada penekanan dari kedua tangan dengan keadaan horizontal.

hal itu mungkin saja

Carpal Tunnel

Syndrome. Tes ini

dapat mendukung diagnosa bila timbul parastesi atau nyeri pada daerah distribusi

nervusmedianus pada

saat jari tangan pemeriksa mengetuk pada syaraf yang rusak. Pemeriksaan ini memiliki sensitifitas 25-75 % dan spesifitas 70-90% (katz et al, 1990)


(42)

2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik), (Rambe, 2004)

a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrasi, polifastik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbikal, EMG bisa normal pada 31% kasus Carpal Tunnel

Syndrome.

b. Kecepatan hantar saraf (KHS). Pada 15-25 % kasus , KHS bisa normal. Pada lainnya, KHS akan menurun dan masa laten distal

(distal latency) memanjang. Menunjukkan adanya gangguan pada

konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitive dari masa laten motorik.

3. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan sinar x pada terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah ada penyebab lain, seperti fraktur atau arthritis. Foto pales leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi (Rambe, 2004).

Namun American Academy of Neurology telah menggambarkan kriteria diagnostik yang mengandalkan pada kombinasi gejala dan temuan pemeriksaan fisik, serta kriteria diagnostik lainnya termasuk


(43)

hasil dari penelitian elektrofisiologi. Sedangkan diagnosa kejadian

Carpal Tunnel Syndrome sebagai akibat pekerjaan menurut National

Institute for Ocupational Safety and Health (NIOSH) pada tahun 1989

berupa : (Barcenilla, 2012)

1. Terdapatnya salah satu atau lebih gejala parastesia,

hipoanastesia, sakit / baal/ mati rasa pada tangan yang

berlangsung sedikitnya 1 minggu atau bila tidak terjadi secara terus menerus, sering terjadi pada berbagai kesempatan.

2. Secara objektif dijumpai hasil tes Tinel’s atau tes phalen positif atau berkurang sampai hilangnya rasa sakit pada kulit telapak dan jari tangan. Diagnosa dapat pula ditegakkan mlalui pmeriksaan elektrodiagnostik antara lain dengan pemeriksaan elektromiografi. 3. Adanya riwayat pekerjaan seperti melakukan pekerjaan berulang atau repetitive, pekerjaan yang disertai kekuatan tangan, fleksi ekstensi, dan deviasi gerakan pergelangan dan jari tangan, menggunakan alat dengan getaran tinggi serta terjadi tekanan pada pergelangan tangan atau telapak tangan.


(44)

2.1.6. Pencegahan dan Penanganan Medis Carpal Tunnel Syndrome 2.1.6.1. Pencegahan Carpal Tunnel Syndrome

Adapun upaya pencegahan yang dapat dilakukan, diantaranya adalah : (Aizid, 2011)

 Biasakan agar pergelangan tangan dalam posisi netral atau lurus  Gunakan semua jari-jari untuk memegang benda

 Disela-sela kesibukan, usahakan selalu mengistirahatkan tangan setiap 15-20 menit

 Gunakan pulpen dengan diameter besar agar mengurangi tekanan

 Rutin melakukan latihan peregangan otot-otot tangan dan lengan bawah.

Sedangkan berdasarkan penelitian intensif yang telah dilakukan oleh American Academy of Orthopaedic Surgeons telah menemukan bahwa senam gerakan pergelangan-tangan saat memulai pekerjaan dan selama waktu-waktu jeda bisa membantu mencegah

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) . Agar menjadi efektif, senam

gerakan pergelangan-tangan ini harus dilakukan saat memulai setiap jenis pekerjaan dan setelah jeda di masing-masing jenis pekerjaan. Senam gerakan pergelangan-tangan telah dibuktikan mengurangi tekanan saraf medianus dan mengurangi kemungkinan terjadinya


(45)

Pekerja yang intensif menggunakan tangan, khususnya mouse

komputer, harus melakukan senam pemanasan selama lima menit sebelum memulai bekerja, seperti halnya atlet lomba lari yang meregangkan otot sebelum berlari untuk mencegah cedera. Berikut gerakan-gerakan senam pergelangan-tangan yang dimaksud (Freebie, 2011):

1. Ulurkan kedua tangan ke depan dengan kuat sampai lurus dan angkat kedua pergelangan tangan dan jari-jari tangan hingga dalam posisi tegak lurus dengan uluran tangan. Tahan sampai 5 kali hitungan.

Gambar 2.2. Gerakan Senam 1 (Sumber: Masdin, 2010)

2. Luruskan kedua pergelangan tangan dan lemaskan jari-jari tangan selama 5 kali hitungan.

Gambar 2.3. Gerakan Senam 2 (Sumber: Masdin, 2010)


(46)

3. Kepalkan kedua telapak tangan. Tahan sampai 5 kali hitungan.

Gambar 2.4. Gerakan Senam 3 (Sumber: Masdin, 2010)

4. Selanjutnya bengkokkan kedua pergelangan tangan ke bawah sambil tetap mengepal. Tahan sampai 5 kali hitungan.

Gambar 2.5. Gerakan Senam 4 (Sumber: Masdin, 2010)

5. Luruskan kembali pergelangan tangan, buka kepalan dan lemaskan jari-jari sampai 5 kali hitungan.

Gambar 2.6. Gerakan Senam 5 (Sumber: Masdin, 2010)


(47)

6. Ulangi setiap gerakan 10 kali lalu biarkan kedua lengan anda tergantung bebas dan goyang-goyangkan selama beberapa detik.

Gambar 2.7. Gerakan Senam 6 (Sumber: Masdin, 2010)

2.1.6.2. Pengobatan Carpal Tunnel Syndrome

Untuk mengobati Carpal Tunnel Syndrome salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan terapi (Aizid, 2011), terapi tersebut yaitu :

1. Terapi konservatif

a. Beberapa terapi konservatif

i. Mengistirahatkan pergelangan tangan dan mengompresnya dengan air dingin

ii. Pemasangan bidai pada pergelangan tangan pada posisi netral atau lurus. Bidai bias dipasang secara terus menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.

iii. Pemberian vitamin B6 iv. Dilakukan fisioterapi


(48)

b. Langkah-langkah pengobatan selain terapi konservatif

Adapun pengobatan lain berdasarkan tingkat gejalanya dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

i. Skrining dan diagnosis

Saat berkonsultasi gejala dan tanda akan diupayakan timbul. Sebagai skrining, akan diperiksa rasa sensasi jari kelingking. Jika rasa sensasi pada jari kelingking ada, maka kemungkinan penyebab lain harus dipikirkan. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain uji sensasi/ rasa pada jari-jari dan kekuatan otot tangan. Dokter akan memberikan gerakan pada pergelangan tangan, dan tekanan ataupun ketukan pada daerah pergelangan. Hal ini dimaksudkan untuk memicu terjadinya gangguan, sehingga gejala dapat timbul. Jika gejala dan tanda Carpal Tunnel

Syndrome terjadi, maka pemeriksaan lanjutan yang disarankan

meliputi Electromyogram (EMG). ii. Bidai pada pergelangan tangan

Bidai diberikan pada posisi netral, yaitu pada tangan yang melurus, agar terjadi rongga terowongan karpal yang maksimal. Bidai juga sering disebut sebagai night splint, karena (terutama) dianjurkan untuk digunakan pada malam hari. Pada umumnya,


(49)

bidai akan menolong jika gejala yang terjadi belum melebihi satu tahun.

iii. Hidoterapi dan splint

Hidroterapi atau terapi air dapat dilakukan dirumah. Pada beberapa studi, hidroterapi telah dibuktikan cukup efisien dalam meningkatkan sirkulasi darah pada daerah yang sakit. Caranya dengan merendam tangan dalam air panas selama 3 menit, kemudian dilanjutkan dengan merendam dalam air dingin selama 30 detik. Cara tersebut dilakukan sebenyak 3 – 5 kali. Metode ini akan meningkatkan sirkulasi loka, meningkatkan pasokan nutrisi serta oksigen, membuang berbagai sisa metabolism, mengurangi konsentrasi zat-zat mediator inflamasi (peradangan), dan akhirnya meredakan nyeri.

iv. Pemberian obat

Obat yang diberikan biasanya aspirin dan obat yang termasuk golongan nonsteroidal anti-inflamatory (NSAID). NSAID akan meredakan sakit yang terjadi akibat peradangan. Selain NSAID, Carpal Tunnel Syndrome juga dapat ditanggulangi dengan beberapa jenis obat, antara lain golongan anti-inflamasi nonsteroid (aspirin, ibuprofen, naproxen). Selain itu, suplemen vitamin B6 (piridoksin) dan B2 (ribroflavin) diduga efektif dalam penanganan Carpal Tunnel Syndrome. Namun pemberian obat sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter terlebih dahulu.


(50)

v. Golongan steroid

Injeksi steroid terkadang perlu diberikan untuk meredakan peradangan. Dengan demikian, tekanan pada nervus medianus

akan berkurang.

vi. Mengurangi beban tangan

Jika memang keluhan berhubungan dengan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari, maka penanggulangan terpnting adalah mengurangi beban penggunaan tangan. Istirahatkan tangan atau pergelangan tangan sekurang-kurangnya 2 minggu.

2. Terapi operatif (pembedahan)

Pembedahan merupakan pilihan terakhir dalam pngobatan

Carpal Tunnel Syndrome. Berikut adalah beberapa perawatan terapi

operatif :

a. Dekompreasi terbuka

Dalam perawatan ini, sebuah sayatan dibuat di telapak tangan dngan anastesi lokal (hanya sebagian yang dibius) atau anastesi umum (pasien tidur). Kemudian, ligamen karpal melintang (bagian atas terowongan karpal) dikeluarkan dan dipotong.


(51)

b. Dekompresi endoskopik

Dalam perawatan ini, dua sayatam kecil dibuat di pergelangan tangan dan telapak tangan. Kemudian, endoskopi (tabung berlampu kecil berisi kamera) melewati terowongan karpal melalui sayatan tersebut. Ahli bedah kemudian mengeluarkan ligamen karpal melintang (bagian atas terowongan karpal) dan memotongnya serta mmbebaskan isi terowongan karpal dari kompresi. Berikut ini adalah gambar mengenai cara perawatan pada terapi operatif sindrom terowomham larpal ini :

Gambar 2.8. Saat Terapi Operatif (Sumber: Zikri, 2010)

Gambar 2.9. Setelah Terapi Operatif (Sumber: Zikri, 2010)


(52)

2.2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Carpal Tunnel Syndrome Menurut Boz (2003), faktor risiko Carpal Tunnel Syndrome akibat melakukan pekerjaan dengan keyboard dapat dibagi menjadi 3 yaitu faktor personal, pekerjaan dan workstation. Menurut Barcnilla et al (2012), Carpal Tunnel

Syndrome memiliki hubungan yang positif secara signifikan dengan pengulangan

pada tangan, postur pergelangan tangan yang salah (postur janggal), usia, jenis kelamin, obesitas, dan telah dikaitkan dengan sejumlah kondisi medis seperti rheumatoid arthritis, trauma/ fraktur pada tangan dan diabetes mellitus.

Sedangkan menurut Ali (2006), posisi tangan yang tertekuk memiliki risiko yang lebih untuk terkena Carpal Tunnel Syndrome dan gerakan yang berulang pada tangan yang dipengaruhi oleh masa kerja dan lama kerja diidentifikasi sebagai faktor yang memberatkan untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. Disamping itu juga dipengaruhi oleh faktor tata letak (lay-out) dari peralatan kerja seperti bentuk

keyboard dan letak keyboard, bentuk mouse dan letak mouse serta faktor pekerja itu

sendiri seperti usia dan jenis kelamin dari karyawan.(Grandjean, 1987) Berikut beberapa faktor risiko dari Carpal Tunnel Syndrome:

1. Faktor Personal a. Jenis kelamin

Carpal Tunnel Syndrome lebih mempengaruhi perempuan dari

laki-laki, yaitu 3,6 kali lipat lebih besar dibandingkan laki-laki (Mattioli et al, 2008). Berdasarkan Rasio antara perempuan dan pria untuk sindrom carpal tunnel memiliki perbedaan yang cukup tinggi yaitu 3-10:1. Laki-laki


(53)

menunjukkan peningkatan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) secara bertahap dengan meningkat sampai usia lanjut, sedangkan wanita memuncak setelah menopause, hal tersebut secara umum konsisten dengan konsep bahwa pada wanita mungkin ada komponen hormonal dalam penyebab Carpal Tunnel Syndrome (CTS) (Ashworth, 2010).

Sheila (2010) menjelaskan bahwa adanya perbedaan hormonal pada wanita, terutama saat wanita hamil dan menopause. Saat hamil disebabkan oleh retensi cairan yang sering terjadi selama kehamilan, yang menempatkan tekanan tambahan pada terowongan karpal dan menyebabkan gejala. Namun Beberapa wanita tidak mengalami gejala sampai setelah melahirkan dan awal menyusui. Menyusui sementara menurunkan kadar hormon steroid alami, yang mempertinggi potensi peradangan selain itu juga disebabkan oleh perbedaan anatomi tulang karpal, dimana tulang pergelangan tangan pada wanita secara alami lebih kecil sehingga menciptakan ruang yang lebih ketat di mana saraf dan tendon harus lulus.

Sedangkan perubahan hormon menopause dapat menempatkan perempuan pada risiko lebih besar untuk mendapatkan Carpal Tunnel

Syndrome karena struktur pergelangan tangan membesar dan dapat


(54)

b. Obesitas

Bray (1985) mengatakan bahwa obesitas adalah faktor risiko Carpal

Tunnel Syndrome dikarenakan oleh semakin besarnya tekanan pada syaraf

median seiring dengan semakin besarnya indeks masa tubuh. BMI juga

terkait dengan Carpal Tunnel Syndrome baik pada wanita maupun lelaki seperti yang dilaporkan dalam studi sebelumnya (Burt et al, 2000). individu yang diklasifikasikan sebagai obesitas (BMI> 29) adalah 2,5 kali lebih brisiko terdiagnosis Carpal Tunnel Syndrome dibandingkan individu ramping (BMI <20) (Trumble E et al, 2002).

c. Riwayat penyakit (diabetes, arthritis, fraktur atau patah tangan)

Riwayat penyakit memberikan kontribusi terhadap Carpal Tunnel

Syndrome, perubahan anatomi tulang karpal akibat cedera maupun patah

tangan dapat mempersempit volume tulang karpal. Carpal Tunnel

Syndrome akut jarang terjadi, biasanya terjadi karena adanya trauma pada

tulang karpal, akibat patah atau retaknya distal radius. Gejala baru akan muncul setelah beberapa bulan-tahun setelah trauma . riwayat penyakit yang dapat menyebabkan resiko carpat tunnel syndrome adalah :

i. Arthritis Reumatoid

Gejala di terowongan carpal ini juga umum terjadi pada lansia penderita rematik. Dalam hal ini, saraf terjepit bukan akibat pembesaran otot melainkan sendi di pergelangan tangan berubah bentuk. Rematik juga menimbulkan kesemutan atau rasa baal, biasanya


(55)

gejala terjadi pada pagi hari dan menghilang pada siang hari. Gejala kesemutan karena rematik hilang sendiri bila rematiknya sembuh (Wibisono, 2012).

ii. Fraktur/ Dislokasi

Keadaan lokal lainnya seperti inflamasi sinovial serta fibrosis

(seperti pada tenosinivitis), fraktur tulang carpal, dan cedera termal pada tangan atau lengan bawah bisa berhubungan dengan Carpal

Tunnel Syndrome (saanin, 2012).

iii. Diabetes Militus

Carpal tunnel syndrom ini juga sering terjadi berkaitan dengan

kelainan yang menimbulkan demielinasi atau kelainan saraf iskemik seperti diabetes militus (Saanin, 2012). Timbulnya neuropati pada penderita diabetes tidak tergantung pada kadar gula darah, tetapi pada lamanya si penderita mengidap diabetes. Semakin lama menderita diabetes maka semakin tinggi pula rasa kesemutan itu muncul. Jadi bisa saja seorang penderita merasakan kesemutan meskipun diabetesnya sendiri terkontrol dengan baik.yang dirasakan biasanya kesemutan pada ujung jari terus-menerus, kemudian disertai rasa nyeri yang menikam seperti tertusuk-tusuk diujung telapak kaki atau tangan terutama pada malam hari (Wibisono, 2012 ; Pakasi, 2005).


(56)

d. Usia

Carpal Tunnel Syndrome biasanya mulai terdapat pada usia 20-60

tahun (Hobby, 2005). Laki-laki menunjukkan peningkatan kejadian Carpal

Tunnel Syndrome secara bertahap dengan meningkat sampai usia lanjut,

sedangkan wanita memuncak setelah menopause (sesuai dengan kelompok usia 50-54 tahun), hal tersebut secara umum konsisten dengan konsep bahwa pada wanita mungkin ada komponen hormonal dalam penyebab

Carpal Tunnel Syndrome (Hadge, 2009; Mattioli, 2008; Asworth, 2010).

Namun Griffith menyatakan bahwa bahwa CTS sering dialami oleh wanita berusia 29-62 tahun. Beberapa studi juga mengungkapkan bahwa CTS umumnya dialami oleh wanita berusia 30an. (Kurniawan dkk, 2008)

2. Faktor pekerjaan

a. Posisi janggal pada tangan

Buckle (1997) mendeskripsikan mekanisme terjadinya Carpal

Tunnel Syndrome adalah terjadinya penegangan dan penekanan pada syaraf

median di pergelangan tangan, ketika pergelangan tangan berada dalam

posisi ektrim. Loslever dan ranaivosa, 1993 menyatakan bahwa posisi pergelangan tangan dan tekanan yang dialami pada saat melakukan pekerjaan atau menggunakan peralatan merupakan faktor-faktor penyerta yang memiliki kontribusi terhadap munculnya Carpal Tunnel Syndrome.


(57)

Menurut Humantech (1995) Postur janggal selama durasi > 10 detik jika dipertahankan secara terus menerus maka akan menimbulkan keluhan

musculoskeletal pada tangan dan frekuensi postur janggal 30 kali secara

berulang dalam 1 menit dapat menyebabkan musculoskeletal pada tangan, selain itu postur pergelangan tangan juga menunjukkan risiko 4 kali lebih besar untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (Barcenilla et al, 2012). Untuk itu sebaiknya saat menggunakan keyboard dan mouse posisi tangan tidak berada pada posisi janggal/ ekstrim atau tidak ergonomis. Ketika menggunakan keyboard usahakan agar tangan selalu sejajar, seperti pada gambar berikut :

Gambar 2.10. Posisi Tangan Saat Menggunakan Keyboard (Sumber: Freebie, 2011)

Sedangkan posisi tangan saat menggunakan mouse diusahakan agar pergelangan tangan berada pada posisi tidak menggantung dan sejajar atau sedikit berada diatas meja sehingga dengan begitu tangan tidak menggantung dan menghindari tangan untuk menekuk secara terus


(58)

menerus. Berikut ini adalah cara penggunaan mouse yang salah maupum yang benar :

Gambar 2.11. Posisi Tangan Saat Menggunakan Mouse (Sumber: Freebie, 2011)

b. Masa kerja

Dengan peningkatan masa kerja pada tangan menunjukkan adanya pekarjaan berulang yang dilakukan oleh tangan dalam jangka waktu yang lama, dengan peningkatan jumlah tahun kerja menunjukkan risiko lebih tinggi untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (Ali, 2006) . Fung et al

(2007) mengidentifikasi bahwa semakin sering fleksi / ekstensi yang berkelanjutan dari pergelangan tangan dapat meningkatkan risiko Carpal

Tunnel Syndrome. Hal tersebut juga diperkuat dengan adanya studi yang

menyatakan bahwa pengulangan dan eksposur gabungan dari kedua kekuatan dan pengulangan dapat menimbulkan risiko dua kali lipat terhadap terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. (Barcenilla et al, 2012). Pengembangan untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome dapat terjadi


(59)

pada pekerja yang telah bekerja lebih dari 4 tahun bekerja (Nurqotimah et al, 2010)

c. Lama kerja

Nurqotimah et al (2010) menjelaskan bahwa adanya hubungan antara lama kerja dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Sebuah survei nasional besar Inggris menemukan bahwa Keyboard yang digunakan selama lebih dari 4 jam per hari meningkatkan risiko gejala musculoskeletal

pada pergelangan tangan. sedangkan penggunaan mouse komputer lebih dari 20 jam setiap pekan atau 3 jam 20 menit setiap harinya, memiliki risiko 2,6 kali untuk mengalami gejala Carpal Tunnel Syndrome (Hadge, 2004).

3. Faktor workstation

a. Bentuk dan letak keyboard

Carpal Tunnel Syndrome berisiko terjadi pada pengguna keyboard

pada komputer yang posisinya tidak baik. Karena pekerjaannya memerlukan pergerakan pergelangan tangan secara terus-menerus (Zikri, 2010). Penelitian menunjukan bahwa posisi keyboard merupakan salah satu faktor penyebab Carpal Tunnel Syndrome atau nyeri otot dan persendian. Penyebab nyeri otot dan tulang yang disebabkan oleh keyboard adalah penggunaan jari-jari tertentu saja dalam waktu yang lama. Terdapat beberapa bentuk


(60)

Carpal Tunnel Syndrome, yaitu: Qwerty, Dvorak ,Klockenberg. (Bagaskawarasan, 2011).

Keyboard Qwerty

Gambar 2.12. Keyboard Qwerty (Sumber : Ayunyaikko, 2010)

Keyboard qwerty, dibuat berdasarkan layout mesin tik. Tata letak

ini ditemukan oleh Scholes, Glidden dan Soule pada tahun 1878, dan kemudian menjadi standar mesin tik komersial pada tahun 1905. Meskipun tata letak qwerty sangat luas pemakaiannya, tetapi memiliki beberapa kelemahan dan ketidakefisienan. Beban tangan kiri lebih besar dari tangan kanan (56 persen). Contoh paling nyata dari ketidakefisienan tata letak qwerty adalah pengetikan huruf ‘a’ yang cukup sering dipakai, tetapi harus dilakukan oleh jari kelingking yang paling lemah (Ayunyaiko, 2010).


(61)

Keyboard Dvorak

Gambar 2.13. Keyboard Dvorak (Sumber : Ayunyaikko,2010)

Keyboard dvorak (1932), dimana susunan hurufnya disusun

sedemikian rupa sehingga tangan kanan dibebani lebih banyak pekerjaan dibanding dengan tangan kiri. Sejumlah percobaan menunjukkan bahwa tata letak dvorak lebih efisien 10-15 persen dibanding dengan tata letak qwerty. (Ayunyaiko, 2010)

Keyboard Klockenberg

Gambar 2.14. Keyboard Klockenberg (Sumber : Ayunyaikko, 2010)

Keyboard klockenberg mempunyai tombol-tombol yang dibuat


(62)

Keyboard klockenberg tampak lucu karena dipisahkan bagian kiri dan kanannya yang relatif lebih banyak memakan ruang (Ayunyaiko, 2010).

b. Bentuk dan letak mouse

Mouse merupakan salah satu komponen umum dari perlengkapan

komputer yang membantu orang menggunakan komputer lebih cepat dan lebih mudah. Menggunakan mouse yang kecil sering membuat lelah, karena bentuknya yang kecil seluruh permukaan telapak tangan tidak menyentuh punggung mouse, hal ini menyebabkan jari-jari cepat lelah dan pegal, karna jempol dan kelingking menahan dan menggerakan mouse, untuk itu sebaiknya dalam menggunakan mouse lebih baik menggunakan

mouse yang nyaman untuk di pegang, dimana seluruh permukaan tangan

dapat memegang, bersandar dan saat menggerakanya pun lebih mudah, Salah satu mouse yang dapat mencegah atau mendukung proses terapy CTS adalah dengan menggunakan Vertical mouse (Zikri, 2010).

Gambar 2.15. Verticalmouse


(63)

Penggunaan mouse sebagai satu-satunya piranti input (seperti pada aplikasi game komputer) sebenarnya tidak berbahaya selama setting dan keadaan dimana menggunakan komputer diatur sedemikian rupa dan diselingi dengan istirahat sesekali. Akan tetapi, karena kebanyakan orang yang menggunakan mouse juga menggunakan keyboard pada saat yang sama, maka otot-otot kecil pada tangan hampir tidak pernah istirahat, karena setelah memegang mouse pindah ke keyboard terus pindah lagi ke

mouse, begitu seterusnya sehingga menyebabkan ketidaknyamanan,

nyeri, dan bahkan gangguan-gangguan muskuloskeletal ekstremitas atas seperti Carpal Tunnel Syndrome (CTS) (Masdin, 2010)

Alasan utama mengapa menggunakan mouse secara rutin bisa berbahaya adalah karena dengan menggunakan mouse perlu melakukan pergerakan kecil yang tepat dengan tangan, jari-jari, dan ibu jari. Dengan pengaturan posisi, penyeretan, scrolling, dan mengklik mouse terus menerus, otot-otot kecil bisa menjadi lelah dan overload. Ini bisa menyebabkan: (Masdin, 2010)

 Nyeri pada bagian atas tangan  Nyeri di sekitar pergelangan tangan  Nyeri di sepanjang lengan bawah dan siku


(64)

 Mati rasa pada ibu jari dan jari telunjuk yang bisa berkembang menjadi Sindrom Carpal Tunnel.

Saat menggunakan keyboard maupun mouse pengguna harus menjaga pergelangan pada posisi yang benar, yaitu, antara tangan dengan bahu harus lurus. tangan boleh lebih rendah daripada bahu. Tetapi tangan tidak boleh lebih tinggi, dan pergelangan tidak boleh menggantung. Letak

keyboard maupun mouse sebaiknya mudah digapai oleh tangan tanpa

harus memanjangkan tangan terlalu lama dengan letak Keyboard harus selalu rendah, tangan dijaga supaya lebih rendah dari siku, begitu pula dengan peletakkan mouse. Seperti pada gambar berikut ini : (Zikri, 2010)

Gambar 2.16. Letak Keyboard dan Mouse


(65)

2.3.Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Boz (2003), faktor yang dapat menyebabkan Carpal Tunnel Syndrome akibat melakukan pekerjaan dengan

keyboard dapat dibagi menjadi 3 yaitu faktor personal merupakan faktor yang timbul

dari dalam diri individu, faktor pekerjaan merupakan faktor yang diakibatkan oleh aktifitas tangan saat bekerja, dan faktor workstation adalah faktor yang diakibatkan oleh ruang kerja yang berorientasi pada pekerjaan yang berhubungan dengan interaksi manusia terhadap peralatan secara fisik. Menurut Barcenilla et.al (2012),

Carpal Tunnel Syndrome memiliki hubungan yang positif secara signifikan dengan

pengulangan pada tangan, postur pergelangan tangan yang salah (postur janggal), usia, jenis kelamin, obesitas, dan telah dikaitkan dengan sejumlah kondisi medis seperti reumatoid arthritis, trauma/ fraktur pada tangan dan diabetes mellitus.

Sedangkan menurut Ali (2006), posisi tangan yang tertekuk memiliki risiko yang lebih untuk terkena Carpal Tunnel Syndrome dan gerakan yang berulang pada tangan yang dipengaruhi oleh masa kerja dan lama kerja diidentifikasi sebagai faktor yang memberatkan untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. Disamping itu juga dipengaruhi oleh faktor tata letak (lay-out) dari peralatan kerja seperti bentuk

keyboard dan letak keyboard, bentuk mouse dan letak mouse serta faktor pekerja itu

sendiri seperti usia dan jenis kelamin dari karyawan.(Grandjean, 1987).

Berdasarkan teori-teori tersebut dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Carpal Tunnel Syndrome adalah faktor personal yang


(66)

terdiri dari usia, jenis kelami, obesitas dan riwayat penyakit (reumatoid arthritis, fraktur, diabetes mellitus). Faktor pekerjaan yang terdiri dari pengulangan pada tangan (masa kerja dan lama kerja) dan posisi janggal pada tangan. sedangkan faktor

workstation terdiri dari bentuk dan letak keyboard serta bentuk dan letak mouse.

Sumber : Ali (2006) ; Grandjean (1987); Boz (2003) ; Barcenilla et al (2012). Faktor personal :

 Jenis kelamin,  Obesitas,  Usia,

 Riwayat penyakit

Workstation :

 Bentuk keyboard,

 Letak keyboard,

 Bentuk mouse,

 Letak mouse. Faktor pekerjaan :

 Posisi janggal pada tangan

 Masa kerja

 Lama kerja.

Dugaan Carpal Tunnel Syndrome


(67)

48 3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan Dugaan

Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Variabel yang diteliti terdiri dari variabel

independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri dari faktor personal yaitu usia, dan jenis kelamin, kemudian faktor pekerjaan yaitu posisi janggal pada tangan dan masa kerja, Sedangkan variabel dependen adalah keluhan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer.

Untuk variabel lama kerja tidak diteliti karena rata-rata pekerja bekerja selama 5-6 jam dalam sehari dan untuk variable riwayat penyakit (arthritis, diabetes, dan fraktur) tidak diteliti karena tidak ada pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh perusahaan sedangkan riwayat penyakit tersebut harus berdasarkan diagnosis dokter sehingga sulit untuk memastikan kebenaran akan riwayat penyakit yang mungkin dialami oleh responden. Variabel obesitas juga tidak diteliti karena rata-rata operator komputer tidak memiliki indeks masa tubuh > 29.

Selain itu faktor workstation juga tidak diteliti karena berdasarkan observasi terlihat bahwa bentuk keyboard dan mouse memiliki bentuk yang sama yaitu menggunakan keyboard jenis qwerty dan menggunakan mouse yang


(68)

berukuran kecil dengan bentuk yang sama, dan untuk letak atau posisi keybord

dan mouse juga tidak diteliti karena berdasarkan observasi letak atau posisi

keyboard dan mouse berada pada posisi yang sama yaitu di depan layar dengan

letak yang lebih rendah dari siku, sehingga hal ini menjadi suatu kekurangan dalam penelitian.

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Faktor personal :

 Jenis kelamin  Usia

Faktor pekerjaan :

 Posisi janggal pada tangan

 Masa kerja

Dugaan Carpal Tunnel Syndrome


(1)

2.

Posisi janggal pada tangan

Dugaan

Carpal tunnel Syndrome

(CTS)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Posisi Janggal * Carpal

Tunnel Syndrome 102 100.0% 0 .0% 102 100.0%

Posisi Janggal * Carpal Tunnel Syndrome Crosstabulation

Carpal Tunnel Syndrome

Total

ya tidak

Posisi Janggal janggal Count 36 21 57

% within Posisi Janggal 63.2% 36.8% 100.0%

tidak janggal Count 30 15 45

% within Posisi Janggal 66.7% 33.3% 100.0%

Total Count 66 36 102

% within Posisi Janggal 64.7% 35.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .136a 1 .713

Continuity Correctionb .025 1 .873

Likelihood Ratio .136 1 .712

Fisher's Exact Test .835 .438

Linear-by-Linear Association .134 1 .714

N of Valid Casesb 102

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.88. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Posisi

Janggal (janggal / tidak janggal)

.857 .377 1.948

For cohort Carpal Tunnel

Syndrome = ya .947 .711 1.261

For cohort Carpal Tunnel

Syndrome = tidak 1.105 .647 1.887


(3)

3.

Usia

Dugaan

Carpal tunnel Syndrome

(CTS)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

usia * Carpal Tunnel

Syndrome 102 100.0% 0 .0% 102 100.0%

usia * Carpal Tunnel Syndrome Crosstabulation

Carpal Tunnel Syndrome

Total

ya tidak

usia <30 Count 37 36 73

% within usia 50.7% 49.3% 100.0%

>=30 Count 29 0 29

% within usia 100.0% .0% 100.0%

Total Count 66 36 102

% within usia 64.7% 35.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 22.102a 1 .000

Continuity Correctionb 19.995 1 .000

Likelihood Ratio 31.261 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 21.885 1 .000

N of Valid Casesb 102

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.24. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

4.

Masa kerja

Dugaan

Carpal tunnel Syndrome

(CTS)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

masa kerja * Carpal Tunnel

Syndrome 102 100.0% 0 .0% 102 100.0%

masa kerja * Carpal Tunnel Syndrome Crosstabulation

Carpal Tunnel Syndrome

Total

ya tidak

masa kerja <4 Count 33 32 65

% within masa kerja 50.8% 49.2% 100.0%

>=4 Count 33 4 37

% within masa kerja 89.2% 10.8% 100.0%

Total Count 66 36 102

% within masa kerja 64.7% 35.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 15.240a 1 .000

Continuity Correctionb 13.604 1 .000

Likelihood Ratio 17.005 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 15.091 1 .000

N of Valid Casesb 102


(5)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 15.240a 1 .000

Continuity Correctionb 13.604 1 .000

Likelihood Ratio 17.005 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 15.091 1 .000

N of Valid Casesb 102

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.06. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for masa kerja

(<4 / >=4) .125 .040 .393

For cohort Carpal Tunnel

Syndrome = ya .569 .437 .741

For cohort Carpal Tunnel

Syndrome = tidak 4.554 1.747 11.868


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Hubungan Faktor-Faktor Individu dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Pekerja Konveksi

0 4 7

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DEXTRA Penatalaksanaan Fisioterapi pada Carpal Tunnel Sy

0 3 15

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

4 7 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 1 19

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

The Devestating Effects Of Carpal Tunnel Syndrome CTS

0 0 2