40 panjang gelombang analisisnya adalah pada 244,20 nm. Panjang gelombang
analisis efedrin HCl yang dipakai adalah 213,80 nm karena pada panjang gelombang tersebut, nilai absorbansi dari teofilin adalah nol, sedangkan untuk
efedrin HCl dan larutan campuran teofilin dan efedrin HCl memiliki nilai serapan hampir sama yaitu 0,0023 untuk efedrin HCl dan 0,0022 untuk campuran.
Spektrum serapan penentuan panjang gelombang analisis teofilin dan efedrin HCl dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 73.
4.5 Hasil Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi 4.5.1 Kurva Kalibrasi
Linearitas kurva kalibrasi menunjukkan hubungan yang linier antara absorbansi dengan konsentrasi. Persamaan regresi teofilin, Y = 0,00029X +
0.00001 dengan korelasi r = 0,9999 dan efedrin HCl, Y = 0.00057X + 0,00005 dengan korelasi r = 0,9993. Nilai r 0,995 menunjukkan adanya korelasi linier
antara X dan Y Moffat, 2005. Kurva kalibrasi teofilin dan efedrin HCl pada masing-masing panjang gelombang 244,20 nm dan 213,80 nm dapat dilihat pada
Gambar 26 dan 27. Data kalibrasi, persamaan regresi dan koefisien korelasi dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 74-75 dan Lampiran 11 halaman 76-77.
Gambar 4.16 Kurva kalibrasi teofilin pada panjang gelombang 244,20 nm
5 12
Cons. 10
Universitas Sumatera Utara
41
Gambar 4.17 Kurva kalibrasi efedrin HCl pada panjang gelombang 213,80 nm 4.5.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung dari persamaan regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi. Batas deteksi teofilin dan efedrin HCl adalah
0,1715 μgmL dan 0,2658 μgmL secara berturut-turut dan batas kuantitasi
teofilin dan efedrin HCl adalah 0,5718 μgmL dan 0,8859 μgmL secara berturut-
turut. Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman 78 dan Lampiran 13 halaman 79.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penentuan kadar teofilin dengan konsentrasi 8 μgmL dan efedrin HCl dengan konsentrasi 4 μgmL dapat dideteksi
dan diukur menggunakan metode spektrofotometri derivatif. Batas deteksi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih
dapat dideteksi. Batas kuantitasi didefenisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama Rohman,
2007.
4 2
6 Cons.
Universitas Sumatera Utara
42
4.6 Hasil Penentuan Kadar Teofilin dan Efedrin HCl dalam Sediaan Tablet
Penentuan penetapan kadar teofilin dan efedrin HCl dalam tablet yang beredar diapotik mengandung masing-masing teofilin 130 mg dan efedrin HCl 10
mg. Sedangkan pengukuran teofilin dan efedrin HCl baku pada keduasediaan masing-masing teofilin 8
μgmL dan efedrin HCl 4 μgmL. Sampel yang telah dipreparasi kemudian diukur pada panjang gelombang
200 – 400 nm. Selanjutnya spektrum hasil serapan ditransformasikan menjadi spektrum serapan derivat kedua dengan Δλ = 2 nm. Berdasarkan spektrum
tersebut dapat ditentukan absorbansi teofilin dan efedrin HCl pada panjang gelombang analisis yang telah diperoleh sebelumnya, yaitu panjang gelombang
244,20 nm dan 213,80 nm. Absorbansi efedrin HCl dalam sampel yang dianalisis didapat nilai negatif,
serapan ini disebut sebagai serapan background. Absorbansi efedrin HCl pada sampel berbeda dengan absorbansi efedrin HCl baku, dimana absorbansi efedrin
HCl baku yang diukur memiliki nilai positif. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena:
i Tidak terdapat kandungan efedrin HCl dalam tablet yang diuji.
ii Terdapatnya gangguan matriks dengan konsentrasi lebih besar sehingga menutupi
spektrum absorbansi efedrin HCl dalam sampel. iii
Gangguan dari matriks ini mungkin juga bereaksi dengan sebagian efedrin HCl dalam proses kesetimbangan membentuk senyawa lain sehingga terbentuk molekul
yang lebih besar. Molekul yang lebih besar mengarahkan kepada efek batokromik yaitu pada peningkatan panjang gelombang senyawa ke arah yang lebih besar.
Perubahan panjang gelombang tersebut akan merubah panjang gelombang analisis
Universitas Sumatera Utara
43
sehingga pengukuran jumlah zat pada panjang gelombang awal tidak bisa dilakukan.
Absorbansi teofilin dan efedrin HCl sebelum penambahan baku efedrin HCl dapat dilihat pada Tabel 4.2. Spektrum tumpang tindih teofilin konsentrasi 8
μgml dan efedrin HCl 4 μgml pada tablet sebelum penambahan baku dapat dilihat pada Gambar 4.18 dan Gambar 4.19.
Tabel 4.2 Absorbansi teofilin dan efedrin HCl sebelum penambahan baku efedrin
HCl pada derivat kedua
Sampel Absorbansi Teofilin
pada λ 244,20 nm Absorbansi Efedrin HCl
sebelum penambahan baku pada λ 213,80 nm
Grafasma
®
0,00232 -0,00013
Ifasma
®
0,00234 -0,00017
nm . 200.00
210.00 220.00
230.00 240.00
250.00
Ab s.
0.01500 0.01000
0.00500 0.00000
-0.00500 -0.01000
Universitas Sumatera Utara
44 Menurut Nurhidayati 2007, kontribusi gangguan serapan background,
yang dapat digambarkan sebagai polynomial derivatif kedua dan ketiga hilang pada derivatif keempat. Pada prakteknya, matriks pengganggu tidak selalu bisa
dihilangkan dengan menaikkan orde. Pada kondisi tertentu metode standar adisi perlu digunakan untuk mengkompensasikan pengaruh matriks, oleh karena itu
penetapan kadar efedrin HCl dalam sampel dilanjutkan dengan teknik adisi yaitu penambahan sejumlah baku ke dalam sampel dan diukur secara spektrofotometri
derivatif ultraviolet pada panjang gelombang analisisnya. Prinsip adisivitas menurut hukum Lambert-Beer adalah absorbansi
sebanding dengan jumlah molekul yang menyerap radiasi pada panjang gelombang tertentu. Prinsip ini berlaku jika ada lebih dari satu senyawa yang
dapat menyerap radiasi. Semua metode kuantitatif multikomponen didasarkan pada prinsip bahwa absorbansi pada setiap panjang gelombang campuran adalah
sama dengan jumlah absorbansi dari masing-masing komponen dalam campuran pada panjang gelombangnya Owen, 1995.
Berdasarkan hasil pengukuran, penambahan baku efedrin HCl dalam sampel dapat mengembalikan serapan efedrin HCl pada panjang gelombang
213,80 nm ke daerah absorbansi positif dan hasil pengukuran ini tidak mempengaruhi absorbansi teofilin. Hasil pengukuran teofilin dan efedrin HCl
dengan metode penambahan baku tersebut setelah dihitung kadarnya selanjutnya diuji validasi untuk menunjukkan kebenaran dan keabsahannya valid.
Absorbansi teofilin dan efedrin HCl setelah penambahan baku efedrin HCl dapat dilihat pada Tabel 4.3. Spektrum tumpang tindih teofilin dan efedrin HCl setelah
penambahan baku efedrin HCl dapat dilihat pada Gambar 4.20 dan Gambar 4.21.
Universitas Sumatera Utara
45
Tabel 4.3 Absorbansi teofilin dan efedrin HCl setelah penambahan baku efedrin
HCl pada derivat kedua
Sampel Absorbansi Teofilin
pada λ 244,20 nm Absorbansi Efedrin HCl
setelah penambahan baku pada λ 213,80 nm
Grafasma
®
0,00232 0,00222
Ifasma
®
0,00234 0,00228
nm . 200.00
210.00 220.00
230.00 240.00
250.00
Ab s.
0.01500 0.01000
0.00500 0.00000
-0.00500 -0.01000
Universitas Sumatera Utara
46 HCl pada sediaan dengan nama dagang Grafasma
®
dan Ifasma® setelah dilakukan analisa secara statistik data dan perhitungan pada Lampiran 14 – Lampiran 20
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Kadar teofilin dan efedrin HCl dalam tablet
No Kadar
Grafasma® Ifasma®
Persyaratan 1. Teofilin
99,89 ± 1,67 99,35 ± 2,74
94,00-106,00 2. Efedrin HCl
98,88± 3,21 96,59 ± 2,32
92,50-107,50 Dapat dilihat pada Tabel 4.4 kadar teofilin dan efedrin HCl dalam tablet
Grafasma
®
dan Ifasma® memenuhi persyaratan.
4.7 Hasil Uji Validasi 3.7.1 Hasil Uji Akurasi