4. Bahan Tambahan aditif
Bahan tambahan ini sebenarnya tidak harus ada didalam pembuatan deterjen. Namun demikian, produsen mencari hal-hal baru untuk mengangkat nilai
dari deterjen itu sendiri. Salah satu contoh bahan tambahan ini adalah Carboxymethyl Cellulose
CMC. Bahan ini berbentuk serbuk putih yang berfungsi mencegah kotoran kembali.
5. Bahan Wangi
Keberadaan bahan wangi ini sangat penting keberadaannya. Parfum untuk deterjen bentuknya cair kekuning-kuningan.
2.7 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Dermatosis Akibat
Kerja
1. Usia
Usia merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari individu. Usia secara epidemiologi merupakan bagian dari karakteristik host.
Menurut Cohen dalam Septiani 2012 kulit manusia mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia. Sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan
menjadi lebih kering. Kekeringan pada kulit ini memudahkan bahan kimia untuk menginfeksi kulit, sehingga kulit menjadi lebih mudah terkena dermatitis.
Djuanda dan Sularsito 2011 menyatakan bahwa pada anak usia dibawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi bahan iritan.
Akan tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Utomo 2007 di PT Inti Pantja Press Industri yaitu dari 43 orang pekerja
terdapat 26 orang 60,5 yang berusia ≤30 tahun terkena dermatitis kontak, hal
Universitas Sumatera Utara
ini menyimpulkan bahwa pekerja yang usianya lebih muda lebih rentan terkena dermatitis kontak.
2. Masa Kerja
Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan bahan kimia. Masa kerja mempengaruhi kejadian dermatitis
kontak akibat kerja, semakin lama masa kerja seseorang semakin sering terpajan dan berkontak dengan bahan kimia Erliana, 2008
Menurut teori Cohen 1999 pekerja dengan masa kerja panjang dapat dimungkinkan telah mengalami resistensi terhadap bahan kimia yang digunakan.
Resisitensi ini dikenal sebagai proses hardening yaitu kemampuan kulit yang menjadi lebih tahan terhadap bahan kimia karena pajanan bahan kimia yang terus-
menerus. Pekerja dengan pengalaman akan lebih berhati-hati sehingga kemungkinan terpajan bahan kimia lebih sedikit. Berbeda dengan pekerja dengan
masa kerja pendek, pekerja belum memiliki pengalaman yang cukup dalam melakukan pekerjaannya dan masih rentan terhadap berbagai macam zat kimia.
Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Erliana 2008 menunjukkan bahwa proporsi pekerja dengan masa kerja 6-9 tahun sebanyak
61,5 menderita dermatitis kontak dan masa kerja 1-5 tahun hanya 18,8 dan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan dengan masa kerja dengan
kejadian dermatitis kontak pada pekerja. 3.
Lama Kerja Lama kerja merupakan jangka waktu pekerja berkontak dengan bahan
kimia dalam hitungan jamhari. Menurut Cohen 1999, lama kerja mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
kejadian dermatitis kontak, karena semakin lama kontak dengan bahan kimia maka akan semakin merusak sel kulit hingga kelapisan yang lebih dalam dan
resiko terjadinya dermatitis kontak akan semakin tinggi. Penelitian Azhar dan Hananto 2011 pada petani rumput laut dapat
disimpulkan bahwa waktu kerja 8 jam perhari lebih berisiko dibanding dengan waktu kerja 8 jam perhari. Semakin lama waktu kerja maka frekuensi kontak
terhadap bahan iritan juga semakin tinggi yang mengakibatkan dermatitis kontak iritan pada petani rumput laut. Keterpaparan terhadap risiko kontak yang
berulang-ulang dengan waktu yang semakin lama dan bersentuhan. 4.
Bahan Kimia Bahan kimia merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya dermatitis kontak Djuanda dan Sularsito, 2011. Menurut Agius dalam Septiani 2012 paparan bahan kimia ditentukan oleh banyak faktor termasuk
lama kontak, frekuensi kontak, konsentrasi bahan dan lain-lain. 5.
Kelembaban Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405MenKesSKIX2002
mengenai nilai ambang batas kesehatan lingkungan kerja, kelembaban udara yang dianjurkan adalah 40-60.
Priatna dalam Budiyanto 2010, tempat kerja yang panas, lembab atau terkena sinar matahari langsung merupakan faktor di tempat kerja yang
mendorong timbulnya penyakit kulit. Kontaminan berupa bahan kimia lebih mudah menempel di kulit pada temperatur lingkungan kerja yang panas dan
lembab, yang menyebabkan kulit basah dan berkeringat. Selanjutnya, selain
Universitas Sumatera Utara
menjadi target organ dari beberapa bahan kimia, kulit juga merupakan tempat masuknya bahan kimia toksik dengan cara absorpsi.
2.8 Kerangka Konsep