gemuk. Tenaga kerja yang selalu kontak dengan hasil pertanian dan perkebunan yang menjadi tempat bersarangnya kutu, misalnya kopra atau biji-bijian, akan
menderita dermatosis yang penyebabnya adalah kutu. Pembalsem mayat yang menggunakan formaldehida untuk keperluan pekerjaannya sering menderita
dermatosis sebagai akibat formaldehida yang merupakan zat kimia organis sangat reaktif. Pekerja pabrik semen atau pekerja bangunan yang lengan, tangan dan
jarinya sering kontak dengan semen dapat menderita dermatosis akibat kerja dengan kulit lengan, tangan dan jari yang keriput kering, selaput tanduk kulit
menipis dan di sana-sini terlihat infeksi sekunder. Selain itu pekerja yang kulitnya sering kontak dengan semen mungkin pula peka terhadap senyawa krom
heksavalen kandungan semen, sehingga menderita dermatosis akibat kerja yang patogenesisnya adalah sensitisasi. Borok krom terjadi pada pekerja yang
menggunakan kromat dalam melakukan pekerjaannya. Ter, pic, bitumen, minyak mineral, antrasen atau persenyawaannya, produk atau residu dari zat tersebut
menyebabkan penyakit epitelioma primer yaitu tumor jinak kulit pada tenaga kerja yang terpapar kepada zat-zat kimia karsinogenis tersebut. Jadi sesungguhnya
tidak sulit untuk memperkirakan penyakit kulit apa yang mungkin timbul pada pekerja jika diketahui jenis pekerjaan dan keadaan lingkungan kerjanya.
2.4.4 Pencegahan
Sebagaimana berlaku bagi penyakit akibat kerja pada umumnya, maka bagi dermatosis akibat kerja pun pencegahan merupakan upaya yang paling
penting dan jauh lebih berarti dari pada pengobatan. Benar bahwa terapi simptomatis cukup membantu, namun faedahnya hanya bersifat sementara dan
Universitas Sumatera Utara
tidak mungkin meraih kesembuhan sepenuhnya, maka dari itu satu-satunya upaya yang akan berhasil adalah meniadakan faktor penyebab dermatosis akibat kerja
dari pekerjaan dan lingkungan kerja dan menghilangkan seluruh risiko tenaga kerja kontak kulit dengan faktor penyebab yang bersangkutan. Penggunaan
pakaian kerja dan alat pelindung diri adalah salah satu bentuk upaya preventif. Demikian pula adanya kepatuhan menjalankan prosedur kerja melalui pendidikan
dan pelatihan juga merupakan suatu pendekatan yang baik. Memindahkan penderita dari pekerjaan dan lingkungan kerja lain yang tidak berbahaya bagi kulit
yang bersangkutan merupakan upaya terakhir dan hal itu biasanya tidak mudah dilaksanakan dan seringkali menimbulkan problema lain.
Dermatosis akibat kerja selalu dapat dicegah dengan memakai cara-cara pencegahan yang telah diuraikan. Selain cara-cara umum itu, perlu diperhatikan
masalah kebersihan perseorangan higiene pribadi dan sanitasi lingkungan kerja serta pemeliharaan ketatarumahtanggaan perusahaan yang baik. Kebersihan
perseorangan misalnya cuci tangan, mandi sebelum pulang kerja, pakaian bersih dan berganti pakaian tiap hari, alat pelindung diri yang bersih dan lain-lain.
Kebersihan lingkungan dan pemeliharaan ketatarumahtanggan perusahaan meliputi pembuangan air bekas dan sampah industri yang memenuhi syarat
higiene, keselamatan dan kesehatan, pembersihan debu, penerapan proses produksi yang tidak menimbulkan pencemaran udara dan juga permukaan, cara
sehat dan selamat penimbunan dan penyimpanan barang dan lainnya. Diagnosis dini sangat perlu dalam upaya penanggulangan dermatosis
akibat kerja, sebab dengan melakukan diagnosis dermatosis akibat kerja seawal
Universitas Sumatera Utara
mungkin dapat dilaksanakan upaya preventif yang cepat dan tepat serta perlindungan kesehatan pada penderita dapat sesegera mungkin diselenggarakan.
2.5 Dermatitis Kontak