2. Dermatitis Kontak Alergik
Dermatitis kontak alergi adalah suatu proses peradangan kulit akibat kontak dengan substansi eksternal, tetapi berbeda dengan dermatitis kontak akibat
iritasi, kelainan kulit ini diakibatkan oleh suatu proses immunologis. Tidak seperti dermatitis kontak akibat iritasi, kelainan kulit ini tidak menyebabkan kerusakan
langsung pada lapisan korneum kulit. Sebelum individu menjadi sensitif pada suatu alergen, ia harus mengalami beberapa kali kontak dengan substansi alergen
tersebut terlebih dahulu Harrianto, 2013. Dermatitis kontak alergik merupakan 15-20 dari semua dermatitis akibat
kerja. Respon biasanya spesifik untuk satu bahan, tetapi biasanya tertunda satu minggu atau lebih setelah kontak. Episode sensitisasi pertama mungkin
memerlukan waktu beberapa jam, tetapi reaksi berikutnya dapat tercetus oleh pemajanan yang sangat singkat Harrington, 2005.
Djuanda dan Sularsito 2011 mengemukakan berbagai faktor yang berpengaruh dalam timbulnya DKA, misalnya, potensi sensitisasi alergen, dosis
perunit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, suhu dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan pH. Juga faktor individu, misalnya keadaan kulit
pada lokasi kontak keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis, status imunologik misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari.
2.5.3 Gambaran Klinis Dermatitis Kontak
Penderita umumnya mengeluh gatal, kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Dermatitis kontak alergik umumnya
mempunyai gambaran klinis dermatitis, yaitu terdapat efloresensi kulit yang
Universitas Sumatera Utara
bersifat polimorf dan berbatas tegas. Dermatitis iritan umumnya mempunyai ruam kulit yang lebih bersifat monomorf dan berbatas lebih tegas dibandingkan
dermatitis kontak alergik. 1.
Fase Akut Pada dermatitis kontak iritan akut, satu kali kontak yang pendek dengan
suatu bahan kimiawi kadang-kadang sudah cukup untuk mencetuskan reaksi iritan. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh zat alkali atau asam ataupun oleh
deterjen. Jika lemah maka reaksinya akan menghilang secara spontan dalam waktu singkat. Luka bakar kimia merupakan reaksi iritan yang terutama terjadi
ketika bekerja dengan zat-zat kimia yang bersifat iritan dalam konsentrasi yang cukup tinggi.
Pada dermatitis kontak alergik akut, kelainan kulit umumnya muncul 24- 48 jam setelah melalui proses sensitisasi. Derajat kelainan kulit yang timbul
bervariasi, ada yang ringan dan ada pula yang berat. Pada yang ringan hanya berupa eritema kemerahan dan edema bengkak, sedangkan pada yang berat
selain eritema dan edema disertai pula vesikel atau bula tonjolan berisi cairan yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi cairan. Lesi cenderung menyebar
dan batasnya kurang jelas. Dalam fase ini keluhan subyektif berupa gatal Djuanda dan Sularsito, 2011.
2. Fase Kronis
Pada dermatitis kontak iritan kronis, disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang berulang-ulang, dan bisa terjadi oleh karena kerjasama berbagai
macam faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
dermatitis kontak iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu untuk menyebabkan dermatitis kontak iritan.
Pada dermatitis kontak alergik kronis merupakan fase kelanjutan dari fase akut yang akan hilang timbul karena kontak yang berulang-ulang. Lesi cenderung
simetris, batasnya kabur, kelainan kulit berupa likenfikasi, papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa erosi atau eksklorias, krusta serta eritema
ringan. Walaupun bahan yang dicurigai telah dapat dihindari, bentuk kronis ini sulit tumbuh spontan oleh karena umumnya terjadi kontak dengan bahan lain yang
tidak dikenal Djuanda dan Sularsito, 2011. Berbagai lokasi terjadinya dermatitis kontak menurut Djuanda dan
Sularsito 2011 1.
Tangan Kejadian dermatitis kontak iritan maupun alergik paling sering di tangan,
mungkin karena tangan merupakan organ tubuh yang paling sering digunakan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Penyakit kulit akibat kerja, sepertiga atau
lebih mengenai tangan. Tidak jarang ditemukan riwayat atopi pada penderita. Pada pekerjaan yang basah, misalnya memasak makanan, mencuci pakaian,
pengatur rambut di salon, angka kejadian dermatitis tangan lebih tinggi. Contoh bahan yang dapat menimbulkan dermatitis tangan, misalnya
deterjen, antiseptik, getah sayuran, semen, dan pestisida.
Universitas Sumatera Utara
2. Lengan
Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan nikel, sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di ketiak dapat
disebabkan oleh deodoran, anti perspiran, formaldehid yang ada dipakaian. 3.
Wajah Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik,
spons karet, obat topikal, alergen di udara aero-alergen, nikel tangkai kacamata, semua alergen yang kontak dengan tangan dapat mengenai muka,
kelopak mata, dan leher pada waktu menyeka keringat. Bila di bibir atau sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstick, pasta gigi, getah buah-buahan.
Dermatitis di kelopak mata dapat disebabkan oleh cat kuku, cat rambut, maskara, eye shadow
, obat tetes mata, salap mata. 4.
Telinga Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak
pada telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kacamata, cat rambut, hearing-aids,
gagang telepon. 5.
Leher Penyebab kalung dari nikel, cat kuku yang berasal dari ujung jari,
parfum, alergen di udara, zat warna pakaian. 6.
Badan Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh tekstil, zat warna,
kancing logam, karet elastis, busa, plastik, deterjen, bahan pelembut atau pewangi pakaian.
Universitas Sumatera Utara
7. Genitalia
Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, pembalut wanita, alergen yang berada di tangan, parfum, kontrasepsi, deterjen. Bila mengenai
daerah anal, mungkin disebabkan oleh obat antihemoroid. 8.
Paha dan tungkai bawah Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh tekstil, dompet, kunci
nikel, kaos kaki nilon, obat topikal, semen, sepatusandal. Pada kaki dapat disebabkan oleh deterjen, bahan pembersih lantai.
9. Dermatitis kontak sistemik
Terjadi pada individu yang telah tersensitisasi secara topikal oleh suatu alergen, selanjutnya terpajan secara sistemik, kemudian timbul reaksi terbatas
pada tempat tersebut. Walaupun jarang terjadi, reaksi dapat meluas bahkan sampai eritroderma. Penyebabnya, misalnya nikel, formaldehid, balsam peru.
2.6 Pencucian Mobil