mungkin dapat dilaksanakan upaya preventif yang cepat dan tepat serta perlindungan kesehatan pada penderita dapat sesegera mungkin diselenggarakan.
2.5 Dermatitis Kontak
2.5.1 Definisi Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahansubtansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua macam dermatitis kontak yaitu dermatitis
kontak iritan dan dermatitis kontak alergik; keduanya dapat bersifat akut maupun kronis. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit nonimunologik, jadi
kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Sebaliknya, dermatitis kontak alergik terjadi pada seorang yang telah mengalami sensitisasi
terhadap suatu alergen. Menetapkan penyebab dermatitis kontak tidak selalu mudah dikarenakan banyak sekali kemungkinan yang ada. Selain itu banyak yang
tidak tahu atau menyadari seluruh zat-zat kimia yang bersentuhan dengan kulit mereka Djuanda dan Sularsito, 2011.
Smeltzer dan Bare dalam Astrianda 2012 juga mengatakan dermatitis kontak merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsur-unsur fisik, kimia yang
berulang-ulang. Dermatitis kontak bisa berupa tipe iritan-primer dimana reaksi non-alergik akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe alergik dermatitis
kontak alergik yang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitif terhadap alergen kontak. Reaksi pertama dari dermatitis kontak mencakup rasa gatal,
terbakar, eritema kemerahan yang segera diikuti oleh gejala edema bengkak, papula, vesikel serta perembasan cairan atau secret. Sedangkan pada fase subakut,
perubahan vesikuler ini tidak begitu mencolok lagi dan berubah menjadi
Universitas Sumatera Utara
pembentukan krusta, pengeringan, pembentukan fisura, serta pengelupasan kulit. Jika terjadi reaksi yang berulang-ulang atau bila pasien terus-menerus menggaruk
kulitnya, penebalan kulit likenifikasi dan pigmentasi perubahan warna akan terjadi.
2.5.2 Jenis Dermatitis Kontak
Terdapat dua jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik. Perbedaan prinsip antar keduanya yaitu dermatitis
kontak iritan terjadi karena adanya penurunan kemampuan kulit dalam melakukan regenerasi sehingga mudah teriritasi oleh bahan-bahan tertentu. Penurunan
kemampuan ini dipengaruhi oleh selaput tanduk dan kandungan air pada sel tanduk tersebut. Sementara pada dermatitis kontak alergik, paparan bahan kimia
menimbulkan rangsangan tertentu pada imunitas tubuh. Rangsangan ini akan menyebabkan reaksi hipersensitivitas dan peradangan kulit disini hanya terjadi
pada seseorang yang mempunyai sifat hipersensitif mudah terkena alergi. Kedua bentuk dermatitis ini sulit dibedakan satu sama lain, sehingga memerlukan
pemeriksaan medis yang spesifik untuk membedakan keduanya. 1.
Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis kontak iritan merupakan peradangan kulit akibat kontak
lansung dengan bahan yang menyebabkan iritasi. Dermatitis jenis ini merupakan hasil reaksi non-imunologis. Dermatitis yang disebabkan oleh substansi iritan
yang kuat, seperti asam dan basa konsentrasi tinggi, dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan akut, tetapi bila disebabkan oleh substansi iritan yang
lemah seperti deterjen dan air, manifestasinya sebagai dermatitis iritan kronis.
Universitas Sumatera Utara
Dermatitis kontak akibat iritasi merupakan jenis yang paling umum dijumpai diantara penyakit kulit akibat kerja lainnya, meliputi kira-kira dua pertiga kasus
penyakit kulit akibat kerja Harrianto, 2013. Hampir tiga perempat dermatitis akibat kerja tergolong jenis ini, iritan
menghasilkan efek langsung pada kulit yang kontak dengannya dan efek akan lebih bergantung pada dosis dan lama pajanan dibandingkan dengan reaksi apapun
dari seseorang Harrington, 2003. Penyebab munculnya dermatitis ini ialah bahan yang bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi
bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain yang dimaksud yaitu: lama kontak, kekerapan terus menerus atau berselang, adanya
oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian pula gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan Djuanda dan Sularsito,
2011. Faktor individu juga ikut berpengaruh pada DKI, misalnya perbedaan
ketebalan kulit diberbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia anak dibawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi; ras kulit hitam
lebih tahan daripada kulit putih; jenis kelamin insidens DKI lebih banyak pada wanita; penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami ambang rangsang
terhadap bahan iritan menurun, misalnya dermatitis atopik Djuanda dan Sularsito, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2. Dermatitis Kontak Alergik
Dermatitis kontak alergi adalah suatu proses peradangan kulit akibat kontak dengan substansi eksternal, tetapi berbeda dengan dermatitis kontak akibat
iritasi, kelainan kulit ini diakibatkan oleh suatu proses immunologis. Tidak seperti dermatitis kontak akibat iritasi, kelainan kulit ini tidak menyebabkan kerusakan
langsung pada lapisan korneum kulit. Sebelum individu menjadi sensitif pada suatu alergen, ia harus mengalami beberapa kali kontak dengan substansi alergen
tersebut terlebih dahulu Harrianto, 2013. Dermatitis kontak alergik merupakan 15-20 dari semua dermatitis akibat
kerja. Respon biasanya spesifik untuk satu bahan, tetapi biasanya tertunda satu minggu atau lebih setelah kontak. Episode sensitisasi pertama mungkin
memerlukan waktu beberapa jam, tetapi reaksi berikutnya dapat tercetus oleh pemajanan yang sangat singkat Harrington, 2005.
Djuanda dan Sularsito 2011 mengemukakan berbagai faktor yang berpengaruh dalam timbulnya DKA, misalnya, potensi sensitisasi alergen, dosis
perunit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, suhu dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan pH. Juga faktor individu, misalnya keadaan kulit
pada lokasi kontak keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis, status imunologik misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari.
2.5.3 Gambaran Klinis Dermatitis Kontak