Kesimpulan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Penuntutan Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Nomor : 10/Pid.Sus/TPK/2014/PN.JKT.PST. Atas Nama Terdakwa Akil Mochtar)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tindak pidana pencucian uang merupakan tindak pidana yang bersifat turunan. Sehingga tindak pidana pencucian uang bergantung pada predicate crime-nya dan memiliki hubungan yang erat dengan predicate crime-nya. Salah satu tindak pidana yang menjadi predicate crime tindak pidana pencucian uang sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 2 ayat 1 undang-undang nomor 8 tahun 2010 adalah tindak pidana korupsi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh FATF, tindak pidana korupsi merupakan tindak pidana yang paling berpengaruh terhadap tindak pidana pencucian uang. Karena tindak pidana korupsi merupakan tindak pidana yang banyak menghasilkan uang haram. Dapat dikatakan tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang memiliki hubungan yang erat. Menurut N.H.T. Siahaan, tindak pidana korupsi bisa dikatakan sebagai predicate crime apabila dana hasil tindak pidana korupsi di atas 500 juta rupiah, dan uang tersebut disamarkan melalui beberapa modus pencucian uang. 2. Perkembangan aturan mengenai aparat penegak hukum yang menangani tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang juga merupakan upaya pemerintah dalam pemberantasan tindak pidana pencucian uang hasil tindak pidana korupsi. Salah satu instansi yang berwenang menangani kasus tindak pidana pencucian uang hasil korupsi adalah KPK, Universitas Sumatera Utara berdasarkan Pasal 6 jo 11 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Secara normatif, berdasarkan Pasal 74 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 yang menyatakan penyidik tindak pidana asal dapat menggabungkan tindak pidana asal dan tindak pidana korupsi pada tahap penyidikan, KPK berwenang melakukan penyidikan tindak pidana pencucian yang hasil tindak pidana korupsi. Dalam penjelasan Pasal 74 ditegaskan salah satu instansi yang melakukan penyidik tindak pidana asal yang dimaksud Pasal 74 adalah KPK. Penggabungan penyidikan tindak pidana asal dan tindak pidana pencucian uang yang pada dasarnya penggabungan penyidikan tersebut akan berwenang pada proses penuntutan. Sehingga menurut berberapa ahli dengan kewenangan KPK dalam menggabungkan tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang pada tahap penyidikan, KPK juga memiliki kewenangan dalam penuntutan tindak pidana pencucian uang. Selain itu, salah satu landasan filosofis dan latar belakang dibentuknya Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010, adalah “efektivitas dan efisiensi penegak hukum” yang diinterprestasikan oleh beberapa ahli hukum menjadi landasan bagi KPK dalam penuntutan tindak pidana pencucian hasil tindak pidana korupsi. Kewenangan KPK dalam penuntutan tindak pidana pencucian uang hasil korupsi menjadi topik perdebatan yang hangat di kalangan para ahli hukum. Pro dan kontra kewenangan KPK dalam penuntutan tindak pidana pencucian uang hasil korupsi sering terjadi. Perdebatan ini muncul karena ketidakjelasan undang-undang mengatur Universitas Sumatera Utara mengenai kewenangan KPK dalam penuntutan tindak pidana pencucian uang hasil tindak pidana korupsi. Dalam praktek hukkum di Indonesia, tercatat dari 6 kasus tindak pidana pencucian uang hasil korupsi yang mana KPK sebagai penuntut umum, terdapat dissenting opinion di setiap kasus. Contoh kasusnya adalah perkara pidana nomor 10PID.SUSTPK2014PN.JKT.PST Atas Nama Terdakwa Akil Mochtar. Terdapat dua orang hakim yang mengajukan dissenting opinion terhadap kewenangan KPK dalam penuntutan tindak pidana pencucian uang hasil tindak pidana korupsi. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 77PUU- XII2014 yang pada amar putusannya hakim konstitusi berpendapat KPK memiliki kewenangan dalam melakukan penuntutan tindak pidana pencucian uang sepanjang predicate crime-nya adalah tindak pidana korupsi. Tafsir hakim konstitusi terhadap klausul “Penuntut Umum” pada Pasal 76 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 adalah Jaksa yang bertugas di Kejaksaan RI ataupun yang bertugas di KPK. Menurut hakim konstitusi, Jaksa Penuntut Umum yang ditugaskan di Kejaksaan maupun di KPK adalah sama. Putusan mahkamah konstitusi menjadi cikal bakal landasan normatif kewenangan KPK dalam penuntutan tindak pidana pencucian uang hasil tindak pidana korupsi.

B. Saran