KEWENANGAN KPK DALAM MELAKUKAN PENUNTUTAN

BAB III KEWENANGAN KPK DALAM MELAKUKAN PENUNTUTAN

TERHADAP KASUS TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG A. Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK Dalam Penanganan Kasus Tindak Pidana Korupsi Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yang telah dikodifikasi menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan peraturan perundang-undangan pidana lainnya yang juga mengatur Hukum Acara, telah menata desain prosedur untuk sistem peradilan pidana di Indonesia, yang tidak hanya memuat tentang hak dan kewajiban terkait proses pidana, tetapi juga memuat tentang tahapan dan tata cara proses pidana. Yang menjadi tugas dan wewenang masing-masing institusi penegak hukum. 63 Dalam rangka penegakan hukum formil maupun materil, hal yang paling penting adalah adanya sinkronisasi structural. Dengan kata lain, sistem peradilan pidana di Indonesia menginginkan adanya hubungan kerja yang baik antara Kepolisian, Kejaksaan, Lembaga Peradilan, dan instansi lain yang berwenang dalam melakukan penegakan hukum. Komisi Pemberantasan Korupsi KPK adalah salah satu lembaga yang termasuk dalam instansi dalam penegakan hukum sebagaimana maksud dari konsep sistem peradilan pidana terpadu. Dengan adanya Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, instansi yang berwenang menangani kasus tindak pidana korupsi adalah Kepolisian, Kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. Dalam konsideran menimbang Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 menyebutkan “KPK dibentuk karena lembaga pemerintahan yang ada dalam penanganan kasus tindak pidana korupsi belum 63 Chaerudn, dkk, Op.Cit Hal. 117 Universitas Sumatera Utara efisien dan efektif dalam melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi”. 64 Pasal 284 ayat 2 KUHAP juga memberikan celah kepada KPK dalam melaksanakan tugasnya untuk memberantas tindak pidana korupsi dan menjadi salah satu dasar hukum KPK dalam melaksanakan pemberantasan korupsi. Pasal 284 ayat 2 KUHAP memberikan pengecualian terhadap ketentuan khusus acara pidana. Dan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 merupakan salah satu undang-undang khusus terhadap pemberantasan korupsi yang dimaksud dalam Pasal 284 ayat 2 KUHAP. Pasal 3 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi menyebutkan “KPK adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun”. Tugas, wewenang dan kewajiban KPK dalam penanganan kasus tindak pidana korupsi diatur dalam BAB II Pasal 6 sampai dengan Pasal 15 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002. Adapun yang menjadi tugas KPK dalam menangani kasus korupsi berdasarkan Pasal 6 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 adalah : 1. Melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Dalam tugas ini, KPK diwajibkan untuk melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang, seperti Kepolisian dan Kejaksaan. Hal tersebut bertujuan agar terhindarnya intansi sentris dan miss komunikasi antara KPK dan instansi lainnya. Instansi lainnya menurut penjelasan Pasal 6 Undang-undang 64 Konsideran bagian menimbang Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi poin ke 2. Konsideran ini menjadi salah satu latar belakang pembentukan KPK dalam menangani kasus tindak pidana korupsi. Universitas Sumatera Utara Nomor 30 Tahun 2002 adalah “Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara, inspektorat pada Departemen atau Lembaga Pemerintah Non-Departemen Dalam pelaksanaan koordinasi dengan instansi yang berwenang”. Pasal 7 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 menyebutkan wewenang KPK dalam melakukan koordinasi dengan instansi lain adalah : a. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi. b. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi. c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait d. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. e. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi. 2. Melakukan supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. Instansi khusus yang memiliki tugas melakukan supervisi terhadap instansi yang berwenang hanya KPK. Namun, dengan keluasan tugas dan wewenang dari KPK bukan berarti KPK memiliki kedudukan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan instansi yang berwenang seperti Kejaksaan dan Kepolisian dalam pemberantasan korupsi. Sistem ketatanegaraan Indonesia menganut asas check and balances. 65 Sehingga antara KPK dan Kepolisian serta Kejaksaan memiliki kedudukan yang sama sebagai lembaga negara. Kewenangan KPK dalam pelaksanaan supervisi termuat dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 30 Tahun 65 Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, PT. Raja Grafido Persada : Jakarta, 2013 Hal. 157. Universitas Sumatera Utara 2002, yaitu KPK berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik. 3. Melakukan Penyelidikan, Penyidikan, Dan Penuntutan Terhadap Tindak Pidana Korupsi. Menurut KUHAP, Penyelidikan dan Penyidikan terhadap tindak pidana merupakan tugas dan wewenang dari Kepolisian, dan Penuntutan merupakan tugas dari Kejaksaan. Dengan ketentuan yang dimuat dalam Pasal 6 huruf c Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002, dan dilegitimasi oleh Pasal 284 ayat 2 KUHAP, KPK juga memiliki kewenangan untuk melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan khusus terhadap tindak pidana korupsi. Namun, ketentuan ini tidak semerta-merta menghapuskan kewenangan Kepolisian dan Kejaksaan dalam melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. Tindak pidana korupsi yang ditangani oleh KPK adalah tindak pidana korupsi sebagai mana yang disebutkan dalam Pasal 11 Undang- undang Nomor 30 Tahun 2002, yaitu : a. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara. b. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat. c. Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 satu milyar rupiah. Universitas Sumatera Utara Selain itu, KPK juga memiliki kewenangan untuk mengambil alih proses penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap perkara korupsi yang ditangani oleh Kepolisian dan Kejaksaan, disertai alasan-alasan yang disebutkan dalam Pasal 9 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002, yaitu : a. Adanya Laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi tidak ditindaklanjuti. b. Proses penanganan tindak pidana korupsi secara berlarut-larut atau tertunda-tunda tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. c. Penanganan tindak pidana korupsi ditujukan untuk melindungi pelaku tindak pidana korupsi yang sesungguhnya. d. Penanganan tindak pidana korupsi mengandung unsur korupsi. e. Hambatan penanganan tindak pidana korupsi karena campur tangan dari eksekutif, yudikatif, atau legislatif. f. Keadaan lain yang menurut pertimbangan Kepolisian atau Kejaksaan, penanganan tindak pidana korupsi sulit dilaksanakan secara baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan yang dilakukan oleh KPK, terdapat kewenangan khusus yang dimiliki oleh KPK dalam melaksanakan tugasnya tersebut, seperti yang disebutkan dalam Pasal 12 Undang- undang Nomor 30 Tahun 2002 yaitu : a. Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan. b. Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian ke luar negeri. Universitas Sumatera Utara c. Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan Tersangka atau Terdakwa yang sedang diperiksa. d. Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir rekening yang diduga hasil dari korupsi milik Tersangka, Terdakwa, atau pihak lain yang terkait. e. Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan Tersangka untuk memberhentikan sementara Tersangka dari jabatannya. f. Meminta data kekayaan dan data perpajakan Tersangka atau Terdakwa kepada instansi yang terkait. g. Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan perjanjian lainnya atau pencabutan sementara perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh Tersangka atau Terdakwa yang diduga berdasarkan bukti awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana korupsi yang sedang diperiksa. h. Meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luar negeri. i. Meminta bantuan Kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, j. Melakukan penyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi yang sedang ditangani. Universitas Sumatera Utara 4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi. Perlu digaris bawahi, konsep pemberantasan tindak pidana korupsi menurut Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 menyangkut upaya represif dan preventif. Berbeda dengan konsep pemberantasan korupsi yang diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 yang hanya menggunakan upaya represif. Atas dasar tersebut, KPK sebagai instansi yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, dalam hal pemberantasan tindak pidana korupsi, juga menggunakan upaya preventif seperti pencegahan. Upaaya pencegahan dalam pemberantasan tindak pidana korupsi bertujuan untuk menekan angka korupsi yang akan terjadi. Sehingga upaya preventif sangat diperlukan dalam pemberantasan tindak pidana korupsi. Wewenang KPK dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi disebutkan dalam Pasal 13 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 sebagai berikut : a. Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara negara. b. Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi. c. Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan. d. Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan tindak pidana korupsi. e. Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum. Universitas Sumatera Utara f. Melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan tindak pidana korupsi. 5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara. KPK memiliki tugas untuk memonitoring kegiatan penyelenggara negara dalam pelaksanaan tugasnya dengan kewenangan yang dimilikinya. Pemantauana ini merupakan salah satu upaya preventif KPK dalam menangani kasus tindak pidana korupsi. Wewenang yang dimiliki oleh KPK dalam pelaksanaan monitoring penyelenggara pemerintahan negara disebutkan dalam Pasal 14 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002, antara lain : a. Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan pemerintah. b. Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi. c. Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan tersebut tidak diindahkan. Hal yang paling menarik dalam tugas dan wewenang KPK dalam pemberantasan tindak pidana korupsi adalah KPK memiliki kewenangan untuk melakukan penyadapan tanpa ada izin dari pengadilan. Hasil penyadapan tersebut dapat dijadikan salah satu alat bukti yang sah dalam pembuktian proses peradilan tindak pidana korupsi. Perlu dipahami, lembaga negara yang memiliki Universitas Sumatera Utara kewenangan untuk melakukan penyadapan tanpa adanya izin dari pengadilan hanya Badan Intelijen Negara BIN dan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. Hal ini membuktikan betapa luasnya kewenangan KPK dalam menangani kasus tindak pidana korupsi. Bahkan KPK memiliki kewenangan untuk melakukan supervisi terhadap Kepolisian dan Kejaksaan.

B. Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK Dalam Penuntutan