Pendidikan Ibu dan Ketersediaan Pangan Keluarga

rumah tangga. Tujuan pendidikan gizi adalah mempengaruhi perilaku sehingga menerapkan pengetahuan gizi dalam kebiasaan makn sehari-hari. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang erat dengan baik buruknya kualitas gizi dari pangan yang dikonsumsi. Dengan pengetahuan yang benar mengenai gizi, maka orang akan tahu dan berupaya untuk mengatur pola konsumsi pangan keluarganya sedemikian rupa sehingga seimbang, tidak kekurangan, dan tidak kelebihan. Pentingnya peningkatan pengetahuan gizi, sikap gizi, dan keterampilan gizi yang secara bersama-sama akan menetukan perilaku gizi yang lebih baik.

5.2. Pendidikan Ibu dan Ketersediaan Pangan Keluarga

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas pendidikan responden yang paling banyak dengan pendidikan Tamat SD yaitu 24 orang 32,4 , sedangkan tingkat pendidikan paling sedikit adalah Tamat AkademiPerguruan Tinggi yaitu 13 orang 17,6 . Tetapi pendidikan dalam penelitian ini tidak mempunyai kecenderungan hubungan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Hal ini dapat dilihat dari data persentase pada tabulasi silang antara pendidikan ibu dengan ketersediaan pangan, dimana ketersediaan pangan terjamin dalam keluarga lebih banyak pada kelompok ibu yang berpendidikan SD, SMP, SMA, dari keluarga yang tidak terjamin ketersediaan pangannya. Bahkan pada ibu yang berpendidikan sampai PTAkademi lebih banyak tidak terjamin ketersediaan pangannya dari yang terjamin. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pendidikan dengan ketersedian pangan menunjukkan bahwa diantara 24 ibu berpendidikan SD yang terjamin ketersediaan pangan keluarganya ada 14 58,3. Pada 20 ibu berpendidikan SMP Universitas Sumatera Utara maka ada 10 50 keluarga yang terjamin ketersediaan pangannya. Diantara 17 ibu yang pendidikannya tingkat SMA maka ada 12 70,6 keluarga yang terjamin ketersediaan pangannya. Sedangkan ibu yang berpendidikan sampai tingkat perguruan tinggi lebih banyak keluarganya tidak terjamin ketersediaan pangannya 61,5. Pendidikan merupakan salah satu faktor sosial ekonomi yang ikut mempengaruhi tumbuh kembang anak Suparisa, 2002. Pendidikan yang tinggi diharapkan sampai kepada perubahan tingkah laku yang baik. Pendidikan sangat mempengaruhi penerimaan informasi tentang gizi. Masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit menerima informasi baru di bidang gizi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusrizal 2008, yang menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi keluarga pendidikan, jenis pekerjaan merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap status gizi anak balita dan pengetahuan merupakan variabel dari faktor budaya masyarakat yang sangat berpengaruh dan paling dominan pengaruhnya terhadap status gizi balita balita di wilayah Pesisir Kabupaten Bireuen. Menurut Hardinsyah 2007, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka aksesnya terhadap media massa koran, majalah, media elektronik juga semakin tinggi yang juga berarti aksesnya terhadap informasi yang berkaitan dengan gizi juga semakin tinggi. Wanita terpelajar cenderung untuk tertarik terhadap informasi gizi dan banyak di antara mereka yang memperoleh informasi tersebut dari media cetak, khusunya majalah dan koran. Universitas Sumatera Utara Peneliti berasumsi bahwa pendidikan memegang peranan sangat penting terhadap ketersediaan pangan keluarga dan gizi keluarga, walaupun dalam hasil penelitian ini kecenderungan hubungan tidak nampak antara pendidikan dengan ketersediaan pangan. Semestinya, harapan semakin tinggi pendidikan seseorang memungkinkan mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, dengan pekerjaan yang layak kesempatan bergaul dengan orang yang lebih tinggi pendidikannya ataupun yang pengetahuan gizinya lebih baik memiliki peluang yang lebih baik pula. Jika pun tidak tamat sekolah atau hanya sampai jenjang pendidikan dini dapat memungkinkan ibu memiliki pengetahuan yang baik apabila ibu rajin mengikuti sosialisasi gizi dari posyandu ataupun petugas kesehatan, rajin membaca atau menonton acara yang sarat akan informasi gizi. Ketersediaan pangan di rumah tidak bisa dihindari dari adanya uang untuk membeli pangan apalagi untuk masyarakat daerah perkotaan yang tidak mempunyai lahan untuk bercocok tanam. Maka pendidikan tinggi pun tanpa diiringi dengan pengetahuan yang memadai dan pendapatan yang cukup tidak menjamin ketersediaan pangan dalam keluarga terjamin.

5.3. Pekerjaan Orangtua dan Ketersediaan Pangan Keluarga