Pekerjaan Orangtua dan Ketersediaan Pangan Keluarga

Peneliti berasumsi bahwa pendidikan memegang peranan sangat penting terhadap ketersediaan pangan keluarga dan gizi keluarga, walaupun dalam hasil penelitian ini kecenderungan hubungan tidak nampak antara pendidikan dengan ketersediaan pangan. Semestinya, harapan semakin tinggi pendidikan seseorang memungkinkan mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, dengan pekerjaan yang layak kesempatan bergaul dengan orang yang lebih tinggi pendidikannya ataupun yang pengetahuan gizinya lebih baik memiliki peluang yang lebih baik pula. Jika pun tidak tamat sekolah atau hanya sampai jenjang pendidikan dini dapat memungkinkan ibu memiliki pengetahuan yang baik apabila ibu rajin mengikuti sosialisasi gizi dari posyandu ataupun petugas kesehatan, rajin membaca atau menonton acara yang sarat akan informasi gizi. Ketersediaan pangan di rumah tidak bisa dihindari dari adanya uang untuk membeli pangan apalagi untuk masyarakat daerah perkotaan yang tidak mempunyai lahan untuk bercocok tanam. Maka pendidikan tinggi pun tanpa diiringi dengan pengetahuan yang memadai dan pendapatan yang cukup tidak menjamin ketersediaan pangan dalam keluarga terjamin.

5.3. Pekerjaan Orangtua dan Ketersediaan Pangan Keluarga

Hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas pekerjaan suami responden adalah bekerja tetap sebanyak 48 orang 64,9, sedangkan mayoritas responden dengan pekerjaan tidak tetap 35 orang 47,3. Sebagian kecil suami responden memiliki pekerjaan yang tidak tetap sebanyak 26 orang 35,1, dan responden yang tidak bekerja sebanyak 19 orang 25,7. Pekerjaan orang tua turut menentukan kecukupan gizi dalam sebuah keluarga. Pekerjaan berhubungan dengan jumlah gaji Universitas Sumatera Utara yang diterima. Semakin tinggi kedudukan secara otomatis akan semakin tinggi penghasilan yang diterima, dan semakin besar pula jumlah uang yang di belanjakan untuk memenuhi kecukupan gizi dalam keluarga Sediaoetama, 2004. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pekerjaan suami dengan ketersediaan pangan menunjukkan distribusi keluarga berdasarkan pekerjaan suami istri dan ketersediaan pangan keluarga. Hasil menunjukkan bahwa pekerjaan suami yang tetap maupun tidak tetap sama-sama mempunyai lebih banyak ketersediaan pangan yang terjamin. Namun lebih banyak keluarga yang terjamin ketersediaan pangannya dari suami yang mempunyai pekerjaan tidak tetap yaitu 57,7, daripada suami yang mempunyai pekerjaan tetap yaitu 54,2. Kemudian hasil tabulasi silang antara pekerjan ibu dengan ketersediaan pangan yang terjamin di dalam keluarga daripada yang tidak bekerja. Diantara 20 ibu yang bekerja tetap ada 65,0 keluarga yang terjamin ketersediaan pangannya. Sedangkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 19 orang mempunyai 57,9 ketersediaan pangan keluarganya dalam kategori terjamin. Menurut Hidayat 2004, status sosial ekonomi yang rendah menyebabkan rendahnya daya beli keluarga serta tingginya harga pangan di tingkat keluarga. Jika ketersediaan pangan di rumah tangga menuru, otomatis konsumsi makan dan konsumsi zat gizi per anggota keluarga berkurang sehingga menyebabkan masalah gizi yang dapat menentukan status gizi perorangan. Ketersediaan pangan dalam keluarga mempengaruhi banyaknya asupan makan anggota keluarga. Semakin baik ketersediaan pangan suatu keluarga memungkinkan terpenuhinya seluruh kebutuhan zat gizi. Universitas Sumatera Utara Bagi pekerja wanita, bagaimanapun juga mereka adalah ibu rumah tangga yang sulit lepas begitu saja dari lingkungan keluarga. Wanita mempunyai beban dan hambatan lebih berat dibandingkan rekan prianya. Dalam arti wanita harus lebih dulu mengatasi urusan keluarga, suami, anak, dan hal-hal yang menyangkut masalah rumah tangganya. Pada kenyataannya banyak wanita yang tidak cukup mampu mengatasi hambatan itu, sekalipun mereka mempunyai kemampuan teknis yang cukup tinggi jika mereka tidak mampu menyeimbangkan peran gandanya tersebut akhirnya mereka akan kerepotan. Akan tetapi bukan berarti wanita yang tidak bekerja merupakan jaminan bahwa anak-anaknya akan menjadi lebih baik dibanding dengan anak-anak dari wanita yang bekerja Anoraga, 1998. Peneliti berasumsi bahwa pekerjaan orang tua selalu dikaitkan dengan kemudahan mengakses informasi terutama informasi kesehatan dan mempengaruhi pola hidup, pola makan dan kemampuan ekonomi dalam mengakses segala kebutuhan hidup dalam hal ini pangan keluarga. Pekerjaan yang tidak tetap memungkinkan hasil pendapatan yang tidak tetap juga, dimana sangat mempengaruhi ketersediaan pangan keluarga yang setiap harinya harus dipenuhi. Tetapi dalam hal ini pekerjaan suami yang tidak tetap lebih banyak persentasenya pada keluarga yang terjamin ketersediaan pangannya dari yang tidak terjamin. Begitupun dengan pekerjaan suami yang tetap, lebih banyak pada keluarga yang ketersediaannya terjamin dari yang tidak terjamin. Hal ini mengansumsikan kecenderungan jenis pekerjaan suami baik tetap maupun tidak tetap tidak berhubungan dengan ketersediaan pangan di rumah. Apapun jenis pekerjaan kepala keluarga sama-sama mempunyai kontribusi terhadap Universitas Sumatera Utara ketersediaan pangan di rumah, karena suami ada mempunyai peendapatan dari pekerjaannya, baik tetap maupun tidak. Jenis pekerjaan suami yang tidak tetap, adalah seperti makelar atau agen tanah dan barang berharga, MLM, dan pekerjaan yang sifatnya tidak menetap dalam suatu instansi perusahaan. Pekerjaan suami yang tidak tetap tidak menyebabkan ketersediaan pangan keluarga rendah, ini dapat ditemukan berdasarkan hasil penelitian ini. Hal ini dapat disebabkan karena meskipun pekerjaan suami tidak tetap tidak menutup kemungkinan suami mendapatkan penghasilan yang lebih besar daripada pekerjaan yang tetap sehingga biaya untuk memenuhi ketersediaan pangan keluarga dapat terpenuhi ditambah lagi adanya dukungan dari ibu yang bekerja dan mempunyai pendapatan. Ibu yang bekerja mempunyai kecenderungan yang berbeda dengan jenis pekerjaan tetap atau tidak tetap dengan ketersediaan pangan keluarga, dimana ibu yang bekerja tetap lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan keluarga yang terjamin. Namun ibu yang bekerja tidak tetap lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan keluarga yang tidak terjamin. Jenis pekerjaan ibu yang tidak tetap, adalah buruh cuci, membantu di warung orang, pembantu rumah tangga atau buruh harian. Sementara itu ibu yang tidak bekerja lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan keluarga yang terjamin dari yang tidak terjamin. Hal ini karena ketersediaan pangan keluarga didukung oleh suami yang bekerja dan mempunyai pendapatan. Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi bahwa ketersediaan pangan keluarga bukanlah semata-mata ditentukan oleh pekerjan suami yang bekerja tetap atau tidak tetap karena pekerjan apapun yang digeluti oleh suami tidak mempengaruhi Universitas Sumatera Utara penghasilan yang didapatkan untuk memenuhi pangan keluarga. Pekerjaan yang tidak tetap suami juga mampu menghasilkan pendapatan yang cukup untuk biaya kebutuhan pangan keluarga ditambah pula dengan penghasilan tambahan dari ibu yang bekerja baik tetap maupun tidak tetap.

5.4. Pendapatan Keluarga dan Ketersediaan Pangan Keluarga