Perilaku Keluarga Petani Dalam Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berdasarkan Karakteristik keluarga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

(1)

(2)

(3)

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

PERILAKU KELUARGA PETANI DALAM PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK

KELUARGA DI KELURAHAN BARU LADANG BAMBU KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2015

I. Identitas Responden/ Daftar Susunan Anggota Rumah Tangga Kode Rumah Tangga : ……….

Nama Kepala Keluarga : ……….

Umur : ……….

Kepemilikan Lahan : Ya Tidak

Pendidikan : SD SMP SMA PT

Pendapatan : < Rp. 2.037.000,- /bulan ≥ Rp.2.037.000,- /bulan

Jumlah Anggota Keluarga : ……… Suku : Jawa

Batak Melayu II. Pengetahuan Responden

Berikanlah tanda silang (x) pada kalimat pernyataan yang paling tepat menurut responden.

1. Makanan beranekaragam adalah ……

a. Makanan yang mengandung sumber energi, protein, vitamin dan mineral

b. Makanan yang porsinya banyak c. Makanan yang rasanya enak dan gurih


(4)

2. Makanan yang baik bagi keluarga adalah...

a. Makanan yang terdiri dari nasi, ikan, sayur dan buah b. Makanan yang porsinya banyak

c. Makanan yang rasanya enak dan gurih

3. Makanan yang paling banyak memberikan sumber tenaga pada keluarga adalah...

a. Tahu, tempe, singkong

b. Ikan, jagung, singkong dan telur c. Nasi, jagung, ubi jalar dan singkong

4. Makanan dibawah ini makanan yang mengandung protein hewani adalah.. a. Daun singkong, kangkung dan bayam

b. Daging, ikan, dan telur c. Tempe dan tahu

5. Makanan dibawah ini makanan yang tergolong padi-padian adalah…. a. Padi, jagung dan gandum

b. Kacang panjang, kentang dan sawi c. Kentang, jagung, singkong

6. Pernyataan di bawah ini yang benar adalah …. a. Makanlah makanan yang beragam dan seimbang

b. Makanlah makanan yang banyak mengandung serat dan lemak c. Makanlah makanan yang banyak mengandung lemak 7. Menu makanan keluarga sebaiknya berdasarkan…

a. Kebutuhan gizi keluarga b. Keinginan keluarga

c. Kesukaan keluarga

8. Pola makan yang sehat untuk keluarga adalah…. a. 3x/ hari

b. 4x/ hari c. 7x/ hari

9. Manfaat dari makan makanan beraneka ragam pada keluarga adalah… a. Melengkapi kekurangan zat gizi dari berbagai makanan, yang menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat

pengatur.

b. Melengkapi kekurangan zat tenaga. c. Melengkapi kekurangan zat pembangun.


(5)

10. Makanan yang paling baik untuk keluarga adalah…. a. Nasi saja

b. Susu

c. Makanan yang beranekaragam

III. Sikap Responden

Berikanlah tanda chek list (√) pada kalimat pernyataan yang paling tepat menurut responden.

No Aspek Sikap Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju

1 Jumlah makanan yang dikonsumsi harus dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga

2 Makanan yang dikonsumsi keluarga harus beraneka ragam 3 Makanan yang diberikan kepada

kepala keluarga sama dengan makanan yang dikonsumsi anak 4 Menu makanan keluarga harus

sehat

5 Makanan untuk keluarga harus menarik untuk dikonsumsi

6 Makanan yang diberikan kepada keluarga bebas dari bahan pengawet

7 Pemilihan bahan makanan keluarga harus sesuai dengan kemampuan keluarga

8 Selalu menyediakan sumber protein hewani untuk keluarga setiap hari

9 Membiasakan keluarga untuk mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari

10 Menghindari makanan dan minuman yang terlalu manis

IV. Tindakan Responden

Berikanlah tanda silang (x) pada kalimat pernyataan yang paling tepat menurut responden.

1. Bagaimana cara ibu memenuhi kebutuhan gizi keluarga? a. Memberikan makanan yang beranekaragam pada keluarga b. Memberikan makanan yang disukai keluarga saja


(6)

2. Bagaimana susunan menu yang ibu hidangkan untuk keluarga sehari-hari? a. Nasi + lauk pauk + buah + susu

b. Nasi + lauk pauk + buah c. Nasi + lauk pauk

3. Apa yang dilakukan ibu apabila anak tidak mau makan sayur? a. Mengganti sayuran dengan buah-buahan yang disukai anak b. Memberikan makanan yang manis kepada anak

c. Sayuran dicampur kedalam nasi

4. Menu makanan keluarga diatur berdasarkan apa ? a. Kebutuhan gizi keluarga

b. Keinginan keluarga c. Kesukaan keluarga

5. Menu makanan apa yang tepat untuk keluarga ?

a. Bubur/nasi, ikan/daging, sayur-mayur, buah-buahan dan susu. b. Mie dan es krim

c. Keripik

6. Sayuran hijau apa yang sering ibu masak untuk keluarga? a. Kangkung

b. Sawi hijau c. Bayam

7. Makanan pokok apa yang sering dikonsumsi keluarga? a. Singkong

b. Jagung c. Nasi

8. Selain makanan pokok, makanan apa yang sering ibu berikan kepada keluarga?

a. Kerupuk

b. Mie, susu c. Roti, mie dan susu

9. Bagaimana cara ibu agar makanan yang diberikan kepada keluarga tetap terjaga asupan gizinya ?

a. Menggunakan bahan yang segar, menghindari makanan yang terlalu berminyak, makanan siap saji dan berpengawet

b. Menggunakan bahan makanan yang dihasilkan dari kebun sendiri dan dari pasar


(7)

10. Ibu menghidangkan sayur dan buah untuk keluarga diwaktu makan apa? a. Makan pagi, makan siang dan makan malam

b. Makan siang dan makan malam c. Tidak pernah sama sekali

V. Formulir Metode Inventaris

a. Ketersediaan Bahan Makanan dalam Rumah Tangga Hari/Tanggal Nama

Bahan Makanan

Banyaknya Nilai Uang

Asal *)

Keterangan


(8)

b. Makanan yang Dihidangkan

Hari/Tanggal

Makanan Pagi/Siang/

Malam *)

Nama-nama Hidangan Keluarga

yang Makan

Jumlah Anggota

yang Makan

Jumlah

Tamu Keterangan


(9)

c. Makanan di Luar

Hari/Tanggal

Anggota yang Makan di Luar

Jenis Umur

Jenis Bahan Makanan

Tempat

Makan *) Keterangan


(10)

d. Stok Bahan Makanan Jenis Bahan

Makanan

Stok Bahan Makanan pada : Hari –

1

Hari – 2

Hari – 3

Hari – 4

Hari - 5

Hari – 6

Hari – 7 (akhir)


(11)

Lampiran 2 Hasil Deskriptif Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 15-24 tahun 2 3.2 3.2 3.2

25-35 tahun 24 38.1 38.1 41.3

36-46 tahun 37 58.7 58.7 100.0

Total 63 100.0 100.0

Kepemilikanlahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 5 7.9 7.9 7.9

Tidak 58 92.1 92.1 100.0

Total 63 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD 16 25.4 25.4 25.4

SMP 30 47.6 47.6 73.0

SMA 17 27.0 27.0 100.0

Total 63 100.0 100.0

Pendapatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <Rp.2.037.000 33 52.4 52.4 52.4

≥Rp.2.037.000 30 47.6 47.6 100.0


(12)

Jumlahanggotakeluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ≤4 orang (kecil) 32 50.8 50.8 50.8

5-6 orang (sedang)

27 42.9 42.9 93.7

≥7 orang (besar) 4 6.3 6.3 100.0

Total 63 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Jawa 57 90.5 90.5 90.5

Batak 5 7.9 7.9 98.4

Melayu 1 1.6 1.6 100.0

Total 63 100.0 100.0

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sedang 3 4.8 4.8 4.8

Baik 60 95.2 95.2 100.0

Total 63 100.0 100.0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sedang 1 1.6 1.6 1.6

Baik 62 98.4 98.4 100.0


(13)

Tindakankeragamankonsumsipangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sedang 11 17.5 17.5 82.5

Tinggi 52 82.5 82.5 100.0

Total 63 100.0 100.0

Crosstabs

Kepemilikanlahan * Tindakankeragamankonsumsipangan Crosstabulation Tindakankeragamankonsum

sipangan

Total Tinggi sedang

Kepemilikanlahan Ya Count 3 2 5

% within Kepemilikanlahan 60.0% 40.0% 100.0% % within

Tindakankeragamankonsu msipangan

5.8% 18.2% 7.9%

% of Total 4.8% 3.2% 7.9%

Tidak Count 49 9 58

% within Kepemilikanlahan 84.5% 15.5% 100.0% % within

Tindakankeragamankonsu msipangan

94.2% 81.8% 92.1%

% of Total 77.8% 14.3% 92.1%

Total Count 52 11 63

% within Kepemilikanlahan 82.5% 17.5% 100.0% % within

Tindakankeragamankonsu msipangan

100.0% 100.0% 100.0%


(14)

Pendidikan * Tindakankeragamankonsumsipangan Crosstabulation Tindakankeragamankonsumsip

angan

Total

Tinggi sedang

Pendidikan SMA Count 9 8 17

% within Pendidikan 52.9% 47.1% 100.0%

% within

Tindakankeragamankonsu msipangan

17.3% 72.7% 27.0%

% of Total 14.3% 12.7% 27.0%

SMP Count 28 2 30

% within Pendidikan 93.3% 6.7% 100.0%

% within

Tindakankeragamankonsu msipangan

53.8% 18.2% 47.6%

% of Total 44.4% 3.2% 47.6%

SD Count 15 1 16

% within Pendidikan 93.8% 6.3% 100.0%

% within

Tindakankeragamankonsu msipangan

28.8% 9.1% 25.4%

% of Total 23.8% 1.6% 25.4%

Total Count 52 11 63

% within Pendidikan 82.5% 17.5% 100.0%

% within

Tindakankeragamankonsu msipangan

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 82.5% 17.5% 100.0%

Pendapatan * Tindakankeragamankonsumsipangan Crosstabulation Tindakankeragamankons


(15)

Tinggi sedang

Pendapatan <Rp.2.037.000 Count 29 4 33

% within Pendapatan 87.9% 12.1% 100.0%

% within

Tindakankeragamankonsu msipangan

55.8% 36.4% 52.4%

% of Total 46.0% 6.3% 52.4%

>Rp.2.037.000 Count 23 7 30

% within Pendapatan 76.7% 23.3% 100.0%

% within

Tindakankeragamankonsu msipangan

44.2% 63.6% 47.6%

% of Total 36.5% 11.1% 47.6%

Total Count 52 11 63

% within Pendapatan 82.5% 17.5% 100.0%

% within

Tindakankeragamankonsu msipangan

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 82.5% 17.5% 100.0%

Jumlahanggotakeluarga * Tindakankeragamankonsumsipangan Crosstabulation Tindakankeragamanko

nsumsipangan

Total Tinggi sedang

Jumlahanggo takeluarga

<4 orang (kecil) Count 24 8 32

% within

Jumlahanggotakeluarga

75.0% 25.0% 100.0%

% within

Tindakankeragamankons umsipangan

46.2% 72.7% 50.8%


(16)

5-6 orang (sedang)

Count 25 2 27

% within

Jumlahanggotakeluarga

92.6% 7.4% 100.0%

% within

Tindakankeragamankons umsipangan

48.1% 18.2% 42.9%

% of Total 39.7% 3.2% 42.9%

>7 orang (besar) Count 3 1 4

% within

Jumlahanggotakeluarga

75.0% 25.0% 100.0%

% within

Tindakankeragamankons umsipangan

5.8% 9.1% 6.3%

% of Total 4.8% 1.6% 6.3%

Total Count 52 11 63

% within

Jumlahanggotakeluarga

82.5% 17.5% 100.0%

% within

Tindakankeragamankons umsipangan

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 82.5% 17.5% 100.0%

Pengetahuan * Tindakankeragamankonsumsipangan Crosstabulation Tindakankeragamankonsu

msipangan

Total Tinggi sedang

Pengetahuan Sedang Count 3 0 3

% within Pengetahuan 100.0% .0% 100.0%

% within

Tindakankeragamankonsu msipangan

5.8% .0% 4.8%

% of Total 4.8% .0% 4.8%


(17)

% within Pengetahuan 81.7% 18.3% 100.0% % within

Tindakankeragamankonsu msipangan

94.2% 100.0% 95.2%

% of Total 77.8% 17.5% 95.2%

Total Count 52 11 63

% within Pengetahuan 82.5% 17.5% 100.0%

% within

Tindakankeragamankonsu msipangan

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 82.5% 17.5% 100.0%

Sikap * Tindakankeragamankonsumsipangan Crosstabulation Tindakankeragamankonsumsip

angan

Total

Tinggi sedang

Sikap Sedang Count 1 0 1

% within Sikap 100.0% .0% 100.0%

% within

Tindakankeragamankonsu msipangan

1.9% .0% 1.6%

% of Total 1.6% .0% 1.6%

Baik Count 51 11 62

% within Sikap 82.3% 17.7% 100.0%

% within

Tindakankeragamankonsu msipangan

98.1% 100.0% 98.4%

% of Total 81.0% 17.5% 98.4%

Total Count 52 11 63

% within Sikap 82.5% 17.5% 100.0%

% within

Tindakankeragamankonsu msipangan


(18)

Sikap * Tindakankeragamankonsumsipangan Crosstabulation Tindakankeragamankonsumsip

angan

Total

Tinggi sedang

Sikap Sedang Count 1 0 1

% within Sikap 100.0% .0% 100.0%

% within

Tindakankeragamankonsu msipangan

1.9% .0% 1.6%

% of Total 1.6% .0% 1.6%

Baik Count 51 11 62

% within Sikap 82.3% 17.7% 100.0%

% within

Tindakankeragamankonsu msipangan

98.1% 100.0% 98.4%

% of Total 81.0% 17.5% 98.4%

Total Count 52 11 63

% within Sikap 82.5% 17.5% 100.0%

% within

Tindakankeragamankonsu msipangan

100.0% 100.0% 100.0%


(19)

Lam

mur 39 38 40 42 30 40 27 40 38 35 35 30 37 40 40 38 27 27 30 20 21


(20)

22 34 2 2 3 2 2 1 3 3 2

23 36 3 2 2 2 2 1 3 3 3

24 34 2 2 2 2 1 1 3 3 3

25 39 3 2 2 2 2 1 3 3 3

26 43 3 2 1 1 3 1 3 3 3

27 43 3 2 1 1 2 1 3 3 3

28 34 2 2 2 1 2 1 3 3 3

29 38 3 2 2 1 1 1 3 3 3

30 33 2 1 3 2 1 1 3 3 3

31 44 3 2 3 2 2 2 3 3 3

32 46 3 2 1 1 3 2 3 3 3

33 43 3 2 1 1 3 1 3 3 3

34 38 3 2 2 1 1 1 3 3 2

35 45 3 2 3 2 3 1 3 3 2

36 45 3 2 2 1 1 1 3 3 3

37 34 2 2 1 1 2 1 3 3 3

38 46 3 2 3 2 1 1 3 3 3

39 38 3 2 2 1 2 1 3 3 3

40 39 2 1 2 1 1 1 3 3 3

41 34 3 1 3 2 1 1 3 3 2

42 38 3 2 2 1 2 1 3 3 3

43 38 3 2 3 1 1 1 3 3 3

44 40 3 1 1 2 1 1 3 3 3

45 38 3 2 3 1 1 1 3 3 3

46 39 3 2 2 1 1 1 3 3 3

47 38 3 2 2 1 2 1 3 3 3


(21)

49 28 2 2 3 1 1 1 3 3 3

50 35 2 2 1 2 1 1 3 3 2

51 38 3 2 2 2 2 1 3 3 2

52 38 3 1 2 2 1 1 3 3 2

53 38 3 2 1 1 2 1 3 3 3

54 40 3 2 3 1 2 1 3 3 3

55 30 2 2 2 1 2 1 3 3 3

56 29 2 2 1 1 1 1 3 3 3

57 36 3 2 2 1 2 1 3 2 3

58 32 2 2 2 1 2 1 3 3 3

59 32 2 2 2 1 1 1 3 3 3

60 30 2 2 2 1 2 1 3 3 3

61 29 2 2 2 1 1 2 2 3 3

62 25 2 2 3 2 1 1 2 3 3

63 30 2 2 3 1 2 2 2 3 3

Keterangan :

Umur ibu Kepemilikan Lahan Pendidikan ibu Pendapatan Jumlah anggota keluarga 1 = 15-24 tahun 1 = ya 1 = SD 1 = < 2.034.000 1 = < 4 orang

2 = 25-35 tahun 2 = tidak 2 = SMP 2 = > 2.034.000 2 = 5-6 orang 3 = 36-46 tahun 3 = SMA 3 = > 7 orang Suku ibu Pengetahuan Sikap Tindakan keragaman konsumsi pangan 1 = jawa 1 = kurang 1 = kurang 1 = rendah

2 = batak 2 = sedang 2 = sedang 2 = sedang 3 = melayu 3 = baik 3 = baik 3 = tinggi


(22)

Foto Penelitian

Wawancara / pengisian kuisioner


(23)

Penanaman ubi


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Ampera, D. Ingtyas, FT & Wahidah, S., 2005. Hubungan Pendapatan Keluarga, Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Ibu Terhadap Pola Konsumsi dalam Menanggulangi Gizi Buruk (Marasmus Kwasiorkhor) pada Anak Balita di Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Fakultas teknik, Universitas Medan, Medan.

Ariani, Mewa., 2005. Diversifikasi Pangan Di Indonesia : Antara Harapan Dan Kenyataan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Arnawa, G. Suharman & Faisal., 2013. Gizi Rumah Tangga dan Pengolahan Makanan (Seri Buku Panduan). SSCP, Jakarta.

Badan Ketahanan Pangan., 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2012. Badan Ketahanan Pangan, Jakarta. Badan Ketahanan Pangan., 2012. Standar Pelayanan Minimal bidang

Ketahanan Pangan. Badan Ketahanan Pangan, Medan.

Badan Ketahanan Pangan., 2014. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor : 09/Permentan/Ot.140/1/2014 Tanggal : 27 Januari 2014 Pedoman Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Tahun 2014. Badan Ketahanan Pangan, Jakarta.

Badan Penelitian Dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara., 2011. Executive Summery Evaluasi Program Pangan Lokal Non Beras Untuk Ketahanan Pangan Di Sumatera Utara. Medan.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional., 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015.(Available. http://www.bappenas.go.id/berita-

dan-siaran-pers/kegiatan-utama/rencana-aksi-nasional-pangan-dan-gizi-2011-2015/) (Verified : 2014)

Badan Pusat Statistika. 2015. Data dan Informasi Pendapatan 2014-2015 Buku 2 . Sumatera Utara: BPS.

Baliwati,YF. Khomsan, A & Dwiriani, CM., 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Bangun, Haga Prana P., 2013. Analisis Pola Konsumsi Pangan Dan Tingkat Konsumsi Beras Di Desa Sentra Produksi Padi (Studi Kasus : Desa Sidoarjo Dua Ramunia,Kecamatan Beringin,Kabupaten Deli Serdang). Skripsi. Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara.


(25)

Berg A., 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Rajawali. Cahyani, Gayatri Indah., 2008. Analisis Faktor Sosial Ekonomi Keluarga

terhadap Keanekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Agribisnis di Kabupaten Banyumas. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Departemen Kesehatan., 2014. Pedoman Gizi Seimbang. (Available.http://gizi.depkes.go.id/pgs-2014-2)(verified : 2014)

FAO., 2007. Guidelines for Measuring Household and Individual Dietary Diversity. www.fao.org[13 November 2007].

Fransiska, E.D., 2013. Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Beras dan

Pangan Non Beras (Studi Kasus : Desa Bagan Serdang, Kecamatan

Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang), Medan : Fakultas Pertanian

Universitas SumateraUtara.

Handayani, Irma., 2012. Gambaran Pola Makan Suku Melayu dan Suku Jawa di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hardinsyah dan Riyadi H. 1988. Survei Konsumsi Pangan. Bogor: IPB Press. Herlina, Titin., 2014. Gambaran Pola Konsumsi Pangan Keluarga Peserta

Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kaleka, Norbertus., 2013. Sayuran Hijau Apotik dalam Hidup. Arcita, Surakarta.

Khaeron, Herman., 2012. Politik Ekonomi Pangan Menggapai Kemandirian Mewujudkan Kesejahteraan. Pustaka Cidesindo, Jakarta

Khomsan, A., 2012. Ekologi Masalah Gizi, Pangan dan Kemiskinan. Alfabeta, Bandung.

Kusharto CM., 1992. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Yogjakarta: Kanisius.

Mapandin, Wahida Y., 2005. Hubungan Faktor-Faktor Sosial Budaya dengan Konsumsi Makanan Pokok Rumah Tangga Pada Masyarakat di Kecamatan Wamena Kabupaten Jayawijaya Tahun 2005. Universitas Diponegoro, Semarang


(26)

Meitasari, D., 2008. Analisis Determinan Keragaman Konsumsi Pangan Pada Keluarga Nelayan, Bogor : Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Murti, B., 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan. Penerbit Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. PT Rineka

Cipta, Jakarta.

Nugrayasa, Oktavio., 2013. Pola Pangan Harapan Sebagai Pengganti Ketergantungan Pada Beras. (available. http://www.setkab.go.id/artikel-

7199-pola-pangan-harapan-sebagai-pengganti-ketergantungan-pada-beras.html) (Verified : 2014)

Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi IPB-Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan Badan Bimas Ketahanan pangan., 2002. Analisis Kebutuhan Pangan. Jakarta: Deptan.

Republik Indonesia., 2012. Undang-Undang RI No 18 Tahun 2012 Tentang Pangan. (Available. http://www.hukumonline.com) (Verified : 2014)

Rosliana., 1999. Gambaran Pengetahuan Keluarga Terhadap Gizi Balita Di Kelurahan Baru Ladang Bambu. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sembiring, E.T., 2002. Pengembangan Pola Konsumsi Pangan Penduduk Dengan Pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH) Di Kabupaten Karo Sumatera Utara, Bogor : Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Pertanian Bogor.

Siregar, ER., 2009. Gambaran Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Pada Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 Di Kota Medan Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sihotang, R., 2008. Gambaran Keluarga Sadar Gizi Dan Status Gizi Balita Di Desa Sitinjo Induk Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi Tahun 2008, Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Suhardjo. Harper, Laura Jane. Deaton, BJ & Driskel, JA., 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. UI-Press. Jakarta


(27)

Swindale, Bilinsky., 2006. Household Dietary Diversity Score (HDDS) for Measurement of Household Food Access: Indicator Guide . www.fantaproject.org[12 November 2007].

Widadie, F., 2008. Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumahtangga Perdesaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Desa Putukrejo Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang), Surakarta : Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui perilaku keluarga petani dalam penganekaragaman konsumsi pangan berdasarkan karakteristik keluarga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan, karena di kelurahan tersebut skor PPH nya masih rendah (dibawah skor ideal).

3.2.2 Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2015 s/d Januari 2016. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga petani yang berada di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan yang berjumlah 181 petani.


(29)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi, yang dihitung dengan rumus penentuan besar sampel menurut Murti, B. 2006 :

= .

α

.

( ) α .

= , , ,

, , , ,

= , ,

= 62,9 petani digenapkan menjadi 63 petani Keterangan :

N = Besar populasi

n = Besar sampel yang diteliti

p = Proporsi keluarga petani yang tidak beranekaragam (0,5) Z 1 - α = Tingkat kemaknaan (Z = 1,96 α = 0,05)

q = 1- p (1-0,5 = 0,5) d = Presisi absolute = 0,1

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportional random sampling, yang diutamakan keluarga yang memiliki anggota keluarga yang lengkap (sekurang-kurangnya terdiri dari ayah dan ibu).

Dari 5 lingkungan diambil masing-masing dengan menggunakan rumus:

= xJumlahSampel


(30)

Lingkungan I , x63 = 16petani

Lingkungan II, x63 = 12petani Lingkungan III, x63 = 6petani

Lingkungan IV, x63 = 7petani Lingkungan V, x63 = 22petani 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti untuk mengetahui perilaku keluarga petani dalam penganekaragaman konsumsi pangan yang terdiri dari karakteristik keluarga petani yaitu kepemilikan lahan, pendidikan ibu, pendapatan dan jumlah anggota keluarga tentang penganekaragaman konsumsi pangan dengan menggunakan formulir metode inventaris (Inventory Method).

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data gambaran umum wilayah dan masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu yang diperoleh dari kantor Kelurahan Baru Ladang Bambu.

3.5 Definisi Operasional

1. Keluarga petani adalah suami, istri, anak maupun yang tinggal satu rumah dengan petani di Kelurahan Baru Ladang Bambu.

2. Kepemilikan lahan adalah areal/tempat digunakan untuk pertanian yang dimiliki sendiri ataupun tidak milik sendiri.


(31)

3. Pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan yang dimiliki ibu rumah tangga petani pada pendidikan formal.

4. Pendapatan adalah penghasilan perbulan kepala keluarga ditambah penghasilan ibu bila ibu bekerja.

5. Jumlah anggota keluarga adalah total dari anggota yang terdiri dari suami, istri, anak, orangtua, mertua dan lainnya yang tinggal dalam satu rumah keluarga petani.

6. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui keluarga petani dalam penganekaragaman konsumsi pangan.

7. Sikap keluarga petani adalah respons keluarga petani dalam penganekaragaman konsumsi pangan.

8. Tindakan penganekaragaman konsumsi pangan adalah upaya keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan yang beragam, yang dilihat dari tingkat keragaman konsumsi pangan.

3.6 Metode Pengukuran

Menurut Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori (baik, sedang, kurang) terlebih dahulu menentukan kriteria (tolak ukur) yang akan dijadikan penentuan. Pada penelitian ini, kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan pengetahuan dan 10 pertanyaan sikap.

1. Pengukuran Pengetahuan

Data tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga yang bekerja sebagai petani di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan


(32)

yang telah disesuaikan dengan nilai yang ada. Penilaian dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kategori (baik, sedang, kurang) yang berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden (Arikunto, 2006).

Adapun kategori penilaian dalam penelitian ini antara lain :

- Kurang, apabila nilai yang diperoleh < 33% dari nilai tertinggi. - Sedang, apabila nilai yang diperoleh 33-66% dari nilai tertinggi. - Baik, apabila nilai yang diperoleh > 66% dari nilai tertinggi.

Pengetahuan diukur dengan memberikan pertanyaan sebanyak 10 (sepuluh) pertanyaan menggunakan kuesioner, dengan ketentuan :

- Jawaban benar diberi nilai 2 - Jawaban salah diberi nilai 0

Dimana nilai tertinggi adalah 20. Berdasarkan jumlah nilai yang telah diperoleh responden maka ukuran tingkat pengetahuan keluarga petani terbagi dalam 3 bagian :

- Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 6 - Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 8-12 - Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh > 12 2. Pengukuran Sikap

Aspek pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 3 kategori yaitu sangat setuju, setuju dan tidak setuju (Arikunto, 2006) Sikap keluarga petani diukur dengan memberikan 10 (sepuluh) buah pertanyaan menggunakan kuesioner, dengan ketentuan :


(33)

- Jawaban sangat setuju diberi nilai 3 - Jawaban setuju diberi nilai 2 - Jawaban tidak setuju diberi nilai 1

Dimana nilai tertinggi adalah 30 berdasarkan jumlah nilai yang telah diperoleh responden maka ukuran tingkat sikap keluarga petani terbagi dalam 3 bagian :

- Sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh < 17

- Sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh antara 17-23 - Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh > 23

3. Pengukuran Tindakan Konsumsi Pangan Beragam

Tindakan konsumsi pangan diukur dengan metode inventaris dengan indikator sebagai berikut :

- Keragaman konsumsi pangan rendah : ≤ 3 Kelompok pangan - Keragaman konsumsi pangan sedang : 4 – 5 kelompok pangan - Keragaman konsumsi pangan tinggi : ≥ 6 kelompok pangan

Rata-rata skor keragaman konsumsi pangan dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Total NSKBM dalam rumah tangga Total jumlah anggota dalam rumah tangga

Keragaman konsumsi pangan rumah tangga dihitung berdasarkan catatan kelompok makanan yang dikonsumsi selama jangka waktu tertentu, dengan 12 kelompok makanan sebagai berikut :

1. Sereal


(34)

3. Sayur-sayuran 4. Buah-buahan

5. Daging, unggas, jeroan 6. Telur

7. Ikan dan hasil (makanan) laut 8. Kacang-kacangan dan biji-bijian 9. Susu dan produk yang terbuat dari susu 10. Minyak dan lemak

11. Gula dan madu 12. dan lain-lain

Dari 12 kelompok makanan untuk rumah tangga diberi skor antara 0 – 12 (Arnawa, dkk, 2013).

3.7 Tehnik Pengolahan Data

Proses pengolahan data dilakukan melalui tahap sebagai berikut : 1. Pengeditan Data (editing)

Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang telah diisi, berkaitan dengan kelengkapan pengisian, kejelasan, relevansi, dan konsistensi jawaban dan koreksi terhadap kesalahan pengisian.

2. Pengodean Data (Coding)

Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data, yaitu dengan memberikan kode pada pertanyan penelitian dalam kuesioner.


(35)

3. Pemasukan Data (Entry)

Tahap ini dilakukan dengan cara memasukan data kedalam komputer untuk diolah dan dianalisis.

3.8 Tehnik Analisis Data

Data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis untuk menggambarkan (mendiskripsikan) masing-masing variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan SPSS, hasil data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

Kelurahan Baru Ladang Bambu merupakan salah satu dari 9 Kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan, dengan luas wilayah ± 135 Ha. Kelurahan Baru Ladang Bambu memiliki batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Namo Gajah - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Baru Pancur Batu - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Baru Pancur Batu

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Durin Jangak Kec. Pancur Batu Kelurahan Baru Ladang Bambu terdiri dari 1107 KK, dengan jumlah penduduk sebanyak 4167 jiwa yang terdiri dari 2065 jiwa penduduk laki-laki dan 2102 jiwa penduduk perempuan.

Tabel 4.1 Data Penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

No Lingkungan Jenis Kelamin n %

Laki-laki Perempuan 1. 2. 3. 4. 5. Lingkungan I Lingkungan II Lingkungan III Lingkungan IV Lingkungan V 150 178 598 476 663 168 196 578 479 681 318 374 1176 955 1344 7,4 8,9 28,3 23 32,4

Jumlah 2065 2102 4167 100,0

Sumber : Profil Kelurahan Baru Ladang Bambu Tahun 2015 4.2 Karakteristik Keluarga Petani

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada keluarga yang berjumlah 63 keluarga petani. Adapun karakteristik keluarga meliputi karakteristik umur ibu,


(37)

kepemilikan lahan, pendidikan ibu, pendapatan petani, jumlah anggota keluarga dan suku ibu.

Tabel 4.2 Distribusi Keluarga Petani menurut Karakteristik umur, kepemilikan lahan, pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan suku di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

No. Karakteristik Keluarga Petani n % 1. Umur ibu rumah tangga

15-24 tahun 2 3,2

25-35 tahun 24 38,1

36-46 tahun 37 58,7

Jumlah 63 100,0

2. Kepemilikan lahan

Ya 5 7,9

Tidak 58 92,1

Jumlah 63 100,0

3. Pendidikan ibu rumah tangga

SD 16 25,4

SMP 30 47,6

SMA 17 27,0

Jumlah 63 100,0

4 Pendapatan

<Rp.2.037.000 33 52,4

≥Rp.2.037.000 30 47,6

Jumlah 63 100,0

5 Jumlah anggota keluarga

≤4 orang 32 50,8

5-6 orang 27 42,9

≥7 orang 4 6,3

Jumlah 63 100,0

6 Suku ibu rumah tangga

Jawa 57 90,5

Batak 5 7,9

Melayu 1 1,6

Jumlah 63 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa menurut umur ibu rumah tangga keluarga petani lebih banyak ada pada kategori 36-46 tahun yaitu sebanyak 58,7%, kepemilikan lahan lebih banyak ada pada kategori tidak memiliki lahan


(38)

yaitu sebanyak 92,1%, pendidikan lebih banyak ada pada kategori SMP yaitu sebanyak 47,6%, pendapatan lebih banyak ada pada kategori < Rp 2.037.000 yaitu sebanyak 52,4%, jumlah anggota keluarga lebih banyak ada pada kategori ≤4 keluarga yaitu sebanyak 50,8%, dan suku lebih banyak ada pada kelompok suku Jawa yaitu sebanyak 90,5%.

Tabel 4.3 Distribusi karakteristik keluarga petani menurut pengetahuan dan sikap di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

No. Karakteristik keluarga petani n % 1. Pengetahuan ibu

Kurang 0 0,0

Sedang 3 4,8

Baik 60 95,2

Jumlah 63 100,0

2. Sikap ibu

Kurang 0 0,0

Sedang 1 1,6

Baik 62 98,4

Jumlah 63 100,0

Berdasarklan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu mayoritas ada pada kelompok baik sebanyak 95,2% dan sikap ibu mayoritas ada pada kelompok baik sebanyak 98,4%.

4.3 Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Dari hasil penelitian dapat dilihat penganekaragaman konsumsi pangan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan.

Tabel 4.4 Distribusi Keluarga Petani Berdasarkan Keragaman Konsumsi Pangan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

No. Keragaman Konsumsi Pangan n %

1. Rendah 0 0,0

2. Sedang 11 17,5

3. Tinggi 52 82,5


(39)

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa keragaman konsumsi pangan keluarga dimana kelompok keragaman konsumsi pangan tinggi (≥6 kelompok pangan) sebanyak 82,5% (nasi, sayur-sayuran, ikan, telur, daging, kerupuk, buah-buahan dan susu). Sedangkan kelompok keragaman konsumsi pangan sedang (4-5 kelompok pangan) yaitu sebanyak 17,5% (rata-rata yang dikonsumsi nasi, sayur-sayuran (bayam), telur, kerupuk dan ikan).

Tabel 4.5 Distribusi Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani Berdasarkan Kepemilikan lahan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

No. Kepemilikan lahan

Keragaman Konsumsi Pangan Jumlah Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

1 Ya 0 0,0 2 40,0 3 60,0 5 100,0

2 Tidak 0 0,0 9 15,5 49 84,5 58 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa keluarga petani dengan tidak memiliki lahan, keragaman konsumsi pangan tinggi sebanyak 84,5%. Serta keluarga petani dengan memiliki lahan, keragaman konsumsi pangan tinggi sebanyak 60,0%.

Tabel 4.6 Distribusi Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

No. Pendidikan Keragaman Konsumsi Pangan Jumlah Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

1 SD 0 0,0 1 6,2 15 93,8 16 100,0

2 SMP 0 0,0 2 6,7 28 93,3 30 100,0

3 SMA 0 0,0 8 48,1 9 52,9 17 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan SD, keragaman konsumsi pangan tinggi sebanyak 93,8%. Serta tingkat pendidikan


(40)

SMP, keragaman konsumsi pangan tinggi sebanyak 93,3%. Sedangkan tingkat pendidikan SMA, keragaman konsumsi pangan tinggi sebanyak 52,9%.

Tabel 4.7 Distribusi Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani Berdasarkan Pendapatan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

No. Pendapatan Keragaman Konsumsi Pangan Jumlah Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

1 <Rp.2.037.000 0 0,0 4 12,1 29 87,9 33 100,0 2 Rp.2.037.000 0 0,0 7 23,3 23 76,7 30 100,0 Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa pendapatan <Rp.2.037.000, keragaman konsumsi pangan tinggi sebesar 87,9%. Sedangkan pendapatan ≥Rp.2.037.000, keragaman konsumsi pangan tinggi sebesar 76,7%. Tabel 4.8 Distribusi Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani

Berdasarkan Jumlah anggota keluarga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015 No. Jumlah

anggota keluarga

Keragaman Konsumsi Pangan Jumlah Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

1 ≤4 orang 0 0,0 8 25,0 24 75,0 32 100,0 2

3

5-6 orang ≥7 orang

0 0 0,0 0,0 2 1 7,4 25,0 25 3 92,6 75,0 27 4 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa jumlah anggota keluarga 5-6 orang, keragaman konsumsi pangan tinggi sebesar 92,6%. Serta jumlah anggota keluarga ≥7 orang, keragaman konsumsi pangan tinggi sebesar 75,0%. Sedangkan jumlah anggota keluarga ≤4 orang, keragaman konsumsi pangan tinggi sebesar 75,0%.


(41)

Tabel 4.9 Distribusi Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani Berdasarkan Pengetahuan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

No. Pengetahuan Keragaman Konsumsi Pangan Jumlah Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

1 Kurang 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0

2 Sedang 0 0,0 0 0,0 3 100,0 3 100,0

3 Baik 0 0,0 11 18,3 49 81,7 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan sedang, keragaman konsumsi pangan tinggi sebesar 100%. Sedangkan pengetahuan baik, keragaman konsumsi pangan tinggi sebesar 81,7%.

Tabel 4.10 Distribusi Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani Berdasarkan Sikap di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

No. Sikap Keragaman Konsumsi Pangan Jumlah

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

1 Kurang 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0

2 Sedang 0 0,0 0 0,0 1 100,0 1 100,0

3 Baik 0 0,0 11 17,5 51 82,5 62 100,0

Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa sikap sedang, keragaman konsumsi pangan tinggi sebesar 100%. Sedangkan sikap baik, keragaman konsumsi pangan tinggi sebesar 82,5%.


(42)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani

Dari hasil penelitian yang disajikan dalam tabel 4.4 diketahui bahwa Keluarga Petani di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015 memiliki tingkat keragaman konsumsi pangan tinggi (≥ 6 kelompok pangan) yaitu sebesar 82,5%, walaupun ada sebagian keluarga keragaman konsumsi pangan sedang (4-5 kelompok pangan) yaitu sebesar 17,5%. Selama penelitian berlangsung keluarga petani di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan untuk keragaman tinggi (≥ 6 kelompok pangan) rata-rata mengkonsumsi nasi, sayur-sayuran, ikan, telur, daging, kerupuk, buah-buahan dan susu.

Menurut Arnawa dkk (2013), makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beranekaragam yaitu makanan yang mengandung uunsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini dikenal dengan tri guna makanan yakni makanan yang mengandung sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu setiap orang diharapkan agar mengkonsumsi makanan yang beranekaragam. Dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang.


(43)

Menurut Siregar (2009), pada hakekatnya memerlukan makanan yang seimbang sepanjang hidupnya untuk kelangsungan serta pemeliharaan kesehatannya. Keluarga mendapatkan zat-zat gizi dalam bentuk bahan makanan berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Satu macam bahan makanan saja tidak dapat memenuhi semua kebutuhan tubuh akan berbagai macam zat gizi yang berlainan jenis dan jumlahnya. Untuk mencapai gizi yang prima perlu dipenuhi dua hal yaitu pertama memakan makanan yang beraneka ragam menggunakan semua macam bahan makanan dari semua golongan, kedua bahan makanan dalam jumlah dan kualitas yang benar dan tepat.

5.2 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani Berdasarkan Kepemilikan Lahan

Dari hasil penelitian yang disajikan dalam tabel 4.5 diketahui bahwa Keluarga Petani di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015 tidak memiliki lahan, keragaman konsumsi pangan tinggi sebanyak 84,5%. Serta keluarga petani dengan memiliki lahan, keragaman konsumsi pangan tinggi sebanyak 60,0%. Sistem lahan pertanian di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan lahan yang digunakan yang bukan milik sendiri menggunakan sistem bagi hasil yaitu 50:50 ketika panen. Semua biaya modal pertanian saat penanaman/ pembibitan ditanggung oleh pengguna/ pemakai.

Ketidak merataan lahan pertanian juga merupakan hambatan yang harus diperhitungkan dalam upaya perbaikan gizi penduduk. Tingginya sewa lahan tidak seimbangnya sistem bagi hasil antara penggarap dan pemilik akan mempertajam kesenjangan pendapatan yang berdampak meningkatkan besar dan sifat masalah gizi yang dihadapi (Suhardjo dkk, 1986). Pola penguasaan lahan dalam suatu


(44)

masyarakat merupakan penentu penting dalam pola pertanaman dan kemampuan untuk mengusahakan tanaman yang dapat memberikan keuntungan besar pada tingkat setempat. Petani yang memiliki lahan sendiri dapat lebih leluasa dalam menentukan apa yang mereka tanam dan kapan serta bagaimana menjual hasilnya. Penyewa atau buruh tani haknya terbatas untuk menentukan apa yang ditanam dan bagaimana sebaiknya melakukan penjualan.

Berdasarkan hasil penelitian Nugrayasa (2013) menunjukkan tidak ada hubungan antara kepemilikan lahan dengan skor PPH pada keluarga petani sawah tadah hujan di desa Jatihadi, Sumber, Kabupaten Rembang. Dari hasil penelitian 67 keluarga memiliki lahan pertanian sendiri. Petani dengan lahan sendiri memiliki skor PPH ideal dan tinggi lebih besar 45 keluarga dari petani penggarap yang hanya 14 keluarga. Petani penggarap menggunakan sistem bagi hasil dengan pemilik yaitu setengah setengah. Hal ini tidak sesuai dengan sistem bagi hasil menurut Suhardjo dkk (1986:20-21) yaitu petani penyewa dan buruh tani tanpa lahan menempati lahan-lahan kecil tanpa biaya dimana mereka boleh menanaminya dengan tanaman pangan untuk konsumsi rumah tangganya.

5.3 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani Berdasarkan Pendidikan Ibu Rumah Tangga

Dari hasil penelitian yang disajikan dalam tabel 4.6 diketahui bahwa tingkat pendidikan SD, keragaman konsumsi pangan tinggi sebanyak 93,8%. Meskipun pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang berpendidikan tinggi maka orang tersebut semakin luas pengetahuannya, namun perlu diketahui bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti pengetahuannya rendah pula.


(45)

Peningkatan pengetahuan tidak harus diperoleh dari pendidikan formal akan tetapi juga diperoleh dari pendidikan non formal seperti penyuluhan tentang gizi yang dilakukan oleh kader. Berdasarkan penjelasan dari penyuluh pertanian Kelurahan Baru Ladang Bambu, ibu-ibu di Kelurahan ini aktif dalam mengikuti kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh tenaga pertanian. Dengan kegiatan tersebut mereka dapat memberikan makanan yang beranekaragam kepada keluarganya.

Menurut Ampera dkk (2005) perilaku penganeakaragaman konsumsi pangan seseorang atau keluarga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan atau pengetahuan tentang pangan itu sendiri, dalam satu keluarga biasanya ibu yang bertanggung jawab terhadap makanan keluarga. Karena pengetahuan gizi bertujuan untuk mengubah perilaku konsumsi masyarakat kearah penganeakaragaman konsumsi pangan yang sehat dan bergizi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mapandin (2005) dalam tesisnya yang berjudul hubungan faktor-faktor sosial budaya dengan konsumsi makanan pokok rumah tangga pada masyarakat di Kecamatan Wamena, Kabupaten Jayawijaya didapatkan bahwa kontribusi energi makanan pokok dengan kategori pada rumah tangga dengan ibu rumah tangga berpendidikan dasar jauh lebih besar dibandingkan pada rumah tangga dengan ibu rumah tangga berpendidikan lanjut. 5.4 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani Berdasarkan

Pendapatan

Dari hasil penelitian yang disajikan dalam tabel 4.7 diketahui bahwa pendapatan ≥Rp.2.037.000, keragaman konsumsi pangan tinggi sebesar 76,7%. Hal ini berkaitan dengan pendapatan keluarga relatif mudah diukur dan


(46)

berpengaruh besar pada penganeakaragaman konsumsi pangan, terutama pada golongan rumah tangga petani. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas lebih baik. Sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas yang dibeli.

Penelitian Widadie (2008), bahwa besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi dan status gizi individu, maka apabila suatu keluarga berpenghasilan tinggi maka mereka mampu membeli pangan bergizi.

Berdasarkan hasil penelitian Herlina (2014), konsumsi jenis pangan hewani menunjukkan bahwa banyak keluarga yang mengkonsumsi telur dengan frekuensi 6-10x/5 hari sebanyak 70%, sedangkan daging tidak pernah dikonsumsi sama sekali sebesar 93,33%, karena berkemungkinan harga telur yang lebih terjangkau dibandingkan dengan harga daging yang relatif mahal. Namun, sebaiknya keluarga diberikan makanan yang beranekaragam begitu juga dengan sumber protein karena protein sangat dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel tubuh manusia, bahkan antibodi tubuh untuk melawan semua penyakit juga berasal dari protein. Begitu juga dengan semua enzim pencernaan dan berbagai hormon juga berasal dari protein (Mapandin, 2005).

Dari hasil pengamatan peneliti ditemukan sawah untuk bertanam padi tetapi sawah digunakan hanya pada waktu musim bertanam padi saja yaitu sekali dalam setahun dan apabila musim bertanam telah selesai lahan dibiarkan kosong sampai musim bertanam selanjutnya. Warga setempat tidak memanfaatkan lahan kosong tersebut untuk menanam bahan makanan lainnya sehingga mereka tidak


(47)

dapat untuk meningkatkan pendapatan ketahanan pangan keluarganya. Hal ini sejalan dengan pendapat Suhardjo dkk (1986) yang menyatakan bahwa kemiskinan merupakan salah satu penyebab terjadinya kurang gizi yang berkaitan erat dengan pendapatan keluarga karena pendapatan keluarga akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lainnya yang dapat mempengaruhi status gizi.

5.5 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani Berdasarkan Jumlah anggota keluarga

Dari hasil penelitian yang disajikan dalam tabel 4.8 diketahui bahwa jumlah anggota keluarga ≤4 orang, keragaman konsumsi pangan tinggi sebesar 75,0%. Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi sangat nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang sangat miskin akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup mencegah gangguan gizi pada keluarga besar tersebut (Suhardjo, 1986 : 28 ).

Dalam penelitian Cahyani (2008), tingkat kecukupan protein berdasarkan karakteristik keluarga didapatkan bahwa umumnya keluarga dengan tingkat kecukupan protein baik adalah keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga kategori kecil dan sedang yaitu masing-masing sebesar 50%.

Dalam penelitian Widadie (2008), menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap diversifikasi konsumsi pangan adalah jumlah anggota rumah tangga, pendapatan perkapita. Semakin tinggi jumlah anggota rumah


(48)

tangga dan pendapatan perkapita, akan semakin tinggi diversifikasi konsumsi pangannya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bangun (2013) tentang analisis pola konsumsi pangan dan tingkat konsumsi beras, yang menjumpai bahwa jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap konsumsi pangan rumah tangga.

5.6 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani Berdasarkan Pengetahuan

Dari hasil penelitian yang disajikan dalam tabel 4.9 diketahui bahwa pengetahuan baik, keragaman konsumsi pangan tinggi sebesar 81,7%. Dapat dikatakan bahwa pengetahuan ibu dapat mempengaruhi terbentuknya suatu tindakan ibu, apabila pengetahuan berada pada kategori baik maka tindakan juga dalam kategori baik.

Hal ini juga sejalan dengan pendapat Walker dan Hill dalam Barokah (1993) yang menyatakan peningktan pengetahuan ibu dalam memilih makanan akan meningkatkan kemampuan ibu dalam merencanakan dan mengolah makanan dengan ragam dan kombinasi yang tepat sesuai dengan syarat-syarat gizi.

5.7 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani Berdasarkan Sikap

Dari hasil penelitian yang disajikan dalam tabel 4.10 diketahui bahwa sikap baik, keragaman konsumsi pangan tinggi sebesar 82,5%. sebagian besar ibu yang memiliki sikap kurang baik pada umumnya juga memiliki tindakan yang kurang baik. Disini dapat dilihat bahwa sikap ibu turut mempengaruhi


(49)

terbentuknya suatu tindakan dalam hal ini mengenai penganekaragaman konsumsi pangan keluarga. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang menyatakan walau sikap seseorang belum terwujud dalam tindakan tetapi suatu tindakan dibentuk oleh pengalaman interaksi individu dan lingkungan khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikapnya terhadap suatu objek. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Sumarwan (2003) yang Menyatakan bahwa komponen kognitif dari sikap menggambarkan persepsi terhadap suatu objek.


(50)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Keragaman konsumsi pangan sebagian besar berada pada kategori tinggi (≥6 kelompok pangan).

2. Keragaman konsumsi pangan berdasarkan karakteristik keluarga sebagian besar pada kategori tidak memiliki lahan, pendidikan SD, pendapatan <Rp.2.037.000, jumlah anggota keluarga 5-6 orang, pengetahuan baik dan sikap baik, keragaman konsumsi pangan tinggi

6.2 Saran

Diharapkan kepada pihak Kelurahan agar bekerjasama dengan Dinas Pertanian maupun Ketahanan Pangan untuk lebih meningkatkan pembinaan terhadap keluarga petani dengan memfokuskan upaya penyuluhan penganekaragaman konsumsi pangan.


(51)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Household Dietary Diversity (keragaman konsumsi pangan rumah tangga) merupakan jumlah jenis makanan yang berbeda yang dikonsumsi selama periode tertentu yang ditetapkan. Keragaman konsumsi pangan adalah indikator yang baik untuk alasan sebagai berikut (Swindale & Bilinsky 2006):

- Konsumsi pangan yang lebih beragam berhubungan dengan peningkatan hasil pada berat kelahiran, status anthropometrik anak, dan peningkatan konsentrasi hemoglobin.

- Konsumsi pangan yang lebih beragam berkaitan erat dengan faktor seperti: kecukupan energi dan protein, persentase protein hewani (protein kualitas tinggi), dan pendapatan rumah tangga. Bahkan pada rumah tangga yang sangat miskin, peningkatan pengeluaran untuk makanan yang dihasilkan dari penghasilan tambahan berhubungan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas konsumsi pangan.

Menurut FAO (2007) keragaman konsumsi pangan adalah jumlah pangan atau kelompok pangan yang berbeda yang dikonsumsi selama periode tertentu yang ditetapkan yaitu dapat bertindak sebagai indikator alternatif dari keamanan makanan pada berbagai keadaan, termasuk negara dengan pendapatan sedang atau menengah, daerah pedesaan dan urban, serta untuk berbagai musim.

Penganekaragaman konsumsi pangan adalah proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi


(52)

terhadap bermacam-macam bahan pangan. Penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya untuk memantapkan atau membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif (Baliwati, dkk, 2010).

Penganekaragaman pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal (UU RI No 18 Tahun 2012 Tentang Pangan).

Sedangkan pada sisi lain, kesadaran akan pentingnya konsumsi pangan beranekaragam menyebabkan ketergantungan terhadap satu jenis pangan dapat dicegah sehingga akan memantapkan ketahanan pangan rumah tangga (Khomsan, 2012). Semakin banyak jenis pangan yang dikonsumsi, semakin kuat ketahanan pangan (Khaeron, 2012).

Penganekaragaman pangan atau diversifikasi pangan terbagi menjadi 3 (tiga) golongan yaitu (Cahyani, 2008) :

1. Diversifikasi horizontal merupakan upaya penganekaragaman produk yang dihasilkan (dari sisi penawaran) dan produk yang dikonsumsi (dari sisi permintaan) pada tingkat individu, rumah tangga maupun perusahaan. Secara prinsip diversifikasi horizontal adalah pengekaragaman antar komoditas.

2. Diversifikasi vertikal merupakan upaya pengembangan produk pangan pokok menjadi produk baru untuk keverluan pada tingkat konsumsi. Secara prinsip diversifikasi pangan vertikal adalah upaya pengembangan


(53)

produk setelah panen didalamnya termasuk kegiatan pengolahan hasil dan limbah pertanian. Diversifikasi vertikal ini dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas pangan agar lebih berdaya guna bagi kebutuhan manusia.

3. Diversifikasi regional merupakan diversifikasi antara wilayah dan sosial budaya. Yaitu upaya penganekaragaman pangan yang dikonsumsi berdasarkan potensi pangan lokal.

2.2 Upaya Pencapaian Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Upaya pencapaian percepatan penganekaragaman konsumsi pangan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Tahap I (2008-2011)

a. Kampanye, sosialisasi, advokasi dan promosi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal baik untuk aparat pemerintah dan pemerintah daerah, individu, kelompok masyarakat maupun industri.

b. Pendidikan penganekaragaman konsumsi pangan secara sistematis melalui pendidikan formal dan non formal kepada anak usia dini.

c. Penyuluhan kepada ibu rumah tangga dan remaja, terutama ibu hamil, ibu menyusui, dan wanita usia subur tentang manfaat mengkonsumsi pangan yang beragam bergizi seimbang dan aman.


(54)

d. Pembinaan kepada pengusaha kecil bidang pangan guna meningkatkan kesadaran untuk memproduksi, menyediakan dan memperdagangkan keanekaragam pangan yang aman.

e. Fasilitasi pengembangan bisnis pangan baik segar, olahan maupun siap saji yang berbasis sumberdaya lokal, fasilitasi akses permodalan serta fasilitasi produksi dan pemasaran.

f. Pengembangan dan diseminasi serta aplikasi paket teknologi terapan terhadap aneka pengolahan pangan.

g. Pemanfaatan pekarangan dan potensi pangan di sekitar rumah tangga/tempat tinggal.

h. Pemberian penghargaan kepada kelompok masyarakat yang dinilai telah berperan sebagai pelopor dalam menjalankan dan memajukan upaya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbahan baku lokal. i. Evaluasi pencapaian penganekaragaman konsumsi pangan Tahap I. 2. Tahap II (2012 – 2015)

Untuk kurun waktu tahun 2012 – 2015, upaya-upaya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan adalah melanjutkan kegiatan Tahap I dengan penambahan kegiatan dan penekanan pada pembinaan pengembangan bisnis dan industri pangan, sebagai berikut :

a. Fasilitasi pengembangan bisnis pangan baik segar, olahan maupun siap saji berbasis sumberdaya lokal dalam hal dukungan infrastruktur sumberdaya air dan jalan.


(55)

b. Penerapan standar mutu dan keamanan pangan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pangan berbasis sumberdaya lokal.

c. Pemberian penghargaan kepada UMKM pangan lokal.

d. Evaluasi pencapaian penganekaragaman konsumsi pangan Tahap II.

2.3 Faktor–faktor yang Mempengaruhi Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi penganekaragaman konsumsi pangan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kepemilikan lahan

Kepemilikan lahan sangat berpengaruh terhadap penghasilan petani karena umumnya petani dengan lahan milik sendiri mempunyai pendapatan yang lebih baik daripada petani dengan lahan sewa/ milik orang lain. Pengaruh ini secara langsung/ tidak langsung akan berdampak terhadap pola pemenuhan gizi keluarga. Pola penguasaan lahan dalam suatu masyarakat merupakan penentu penting dalam pola pertanaman dan kemampuan untuk mengusahakan tanaman yang dapat memberikan keuntungan besar pda tingkat setempat. Petani yang memiliki lahan sendiri dapat lebih leluasa dalam menentukan apa yang mereka tanam dan kapan serta bagaimana menjual hasilnya. Penyewa atau buruh tani haknya terbatas untuk menentukan apa yang ditanam dan bagaimana sebaiknya melakukan penjualan (Suhardjo, dkk, 1986).


(56)

2. Pendidikan

Perilaku penganeakaragaman konsumsi pangan seseorang atau keluarga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan atau pengetahuan tentang pangan itu sendiri, dalam satu keluarga biasanya ibu yang bertanggung jawab terhadap makanan keluarga. Karena pengetahuan gizi bertujuan untuk mengubah perilaku konsumsi masyarakat kearah penganeakaragaman konsumsi pangan yang sehat dan bergizi (Ampera, dkk, 2005).

Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat berdasarkan lamanya atau jenis pendidikan yang dialami baik formal maupun informal. Menurut Suhardjo (1986), tingkat pendidikan seseorang umumnya dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Syarief (1988) diacu dalam Hardinsyah (2007) menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal umumnya mencerminkan kemampuan seseorang untuk memahami berbagai aspek pengetahuan, termasuk pengetahuan gizi. 3. Pendapatan

Kenaikan tingkat pendapatan perorang, akan menyebabkan perubahan dalam susunan pangan yang dikonsumsi. Akan tetapi, pengeluaran untuk pangan yang lebih banyak tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan. Kadang-kadang, perubahan utama yang terjadi dalam kebiasaan makanan adalah pangan yang dimakan itu lebih mahal (Suhardjo,dkk, 1986).


(57)

Terdapat kecenderungan dengan semakin tingginya pendapatan terjadi perubahan dalam pola konsumsi pangan, yaitu pangan yang dikonsumsi akan lebih beragam. Namun kadang-kadang peningkatan pendapatan tidak menyebabkan jenis pangan yang dikonsumsi menjadi beragam, tetapi justru yang sering terjadi adalah pangan yang dibeli harganya lebih mahal (PSKPG, 2002).

Tingkat pendapatan juga menentukan pola konsumsi pangan atau jenis pangan yang akan dibeli. Orang miskin biasanya akan membelanjakan sebagian pendapatan tambahannya untuk pangan, sedangkan pada orang kaya porsi pendapatan untuk pembelian pangan lebih rendah. Porsi pendapatan yang dibeli untuk jenis pangan padi-padian akan menurun tetapi untuk pangan yang berasal dari susu akan bertambah jika pendapatan keluarga meningkat. Semakin tinggi pendapatan, semakin besar pula persentase pertambahan pembelanjaannya termasuk untuk buah-buahan, sayur, dan jenis pangan lainnya (Berg, 1986).

4. Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga dapat mempengaruhi jumlah dan pembagian ragam pangan yang dikonsumsi dalam keluarga. Semakin banyak anggota keluarga,maka makanan untuk setiap orang akan berkurang terutama pada keluarga dengan ekonomi lemah (Suhardjo, dkk,1986).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fransiska (2013) tentang analisis diversifikasi konsumsi pangan beras dan pangan non beras, dijumpai


(58)

bahwa jumlah anggota rumah tangga berpengaruh nyata dan positif terhadap konsumsi pangan rumah tangga.

Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bangun (2013) menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata dengan tingkat konsumsi beras dimana semakin banyak anggota keluarga semakin banyak beras yang dikonsumsi.

2.4 Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Pelaksanaan kegiatan P2KP merupakan implementasi dari Rencana Strategis Kementerian Pertanian yaitu Empat Sukses Pertanian. Salah satu dari Empat Sukses tersebut adalah Peningkatan Diversifikasi Pangan, yang merupakan salah satu kontrak kerja antara Menteri Pertanian dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun 2009- 2014. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keanekaragaman pangan sesuai dengan karakteristik wilayah. Kontrak kerja ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, yang ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Peraturan tersebut kini menjadi acuan untuk mendorong upaya penganekaragaman konsumsi pangan dengan cepat melalui basis kearifan lokal serta kerja sama terintegerasi antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Di tingkat provinsi, kebijakan tersebut telah ditindaklanjuti melalui surat edaran atau Peraturan Gubernur (Pergub), dan di


(59)

tingkat kabupaten/kota ditindaklanjuti dengan surat edaran atau Peraturan Bupati/Walikota (Perbup/Perwalikota) (Badan Ketahanan Pangan, 2014).

2.5 Tujuan Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Secara umum tujuan program P2KP adalah untuk memfasilitasi dan mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan masyarakat yang B2SA yang diindikasikan dengan meningkatnya skor PPH (Badan Ketahanan Pangan, 2014). Adapun tujuan khusus program P2KP adalah untuk (Badan Ketahanan Pangan, 2014):

a. Meningkatkan kesadaran, peran, dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan pokok beras;

b. Meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral untuk konsumsi keluarga; dan

c. Mendorong pengembangan usaha pengolahan pangan skala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sumber karbohidrat selain beras dan terigu yang berbasis sumber daya dan kearifan lokal.

2.6 Pedoman Umum Gizi Seimbang

Menurut Arnawa, dkk, (2013), negara kita yang telah memasuki era globalisasi, ternyata masih menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang dan gizi lebih dengan berbagai resiko penyakit yang ditimbulkan. Untuk


(60)

itu diperlukan suatu acuan edukasi atau pendidikan tentang perilaku gizi yang baik dan benar, yakni Pedoman Umum Gizi Seimbang.

Pedoman Umum Gizi Seimbang terdiri dari 13 pesan dasar gizi seimbang yaitu : 1. Makanlah aneka ragam makanan

Makan makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya. 2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kebutuhan energi dipenuhi dengan mengkonsumsi makana sumber karbohidrat, protein dan lemak.

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi Makanan sumber karbohidrat terdiri dari 2 yakni karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Untuk sumber karbohidrat jumlah yang diperlukan untuk tubuh kita adalah 50-60% dari kebutuhan energi kita. 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan

energi

Bagi kebanyakan penduduk pedesaan konsumsi lemak atau minyak sangat rendah sehingga masih perlu ditingkatkan, sedangkan konsumsi lemak pada penduduk perkotaan sudah harus diwaspadai karena cenderung berlebihan. Komposisi lemak yang dianjurkan adalah 2 bagian makanan


(61)

yang mengadung sumber lemak nabati dan 1 bagian lagi sumber lemak hewani.

5. Gunakan garam beryodium

Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan kalium lodat sebanyak 30-80 ppm. Gangguan kekurangan yodium dapat menyebabkan penyakit gondok dan juga kerdil.

6. Makanlah makanan sumber zat besi

Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan. Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia yang dikenal kurang darah. Kesulitan utama untuk memenuhi kebutuhan Fe adalah rendahnya tingkat penyerapan zat besi didalam tubuh, terutama zat besi nabati hanya diserap 1-2%. Sedangkan tingkat penyerapan zat besi makanan hewani dapat mencapai 10-20%.

7. Pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya Manfaat ASI begitu besar baik itu manfaat pemberian ASI bagi ibu maupun pemberian ASI bagi bayi itu sendiri. Pada umur 6-12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).


(62)

Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi kesehatan setiap orang. Adanya citra makan pagi sebagai suatu kegiatan yang dirasakan menjengkelkan perlu diubah menjadi salah satu kebiasaan yang disukai. Kebiasaan makan pagi dapat membantu seseorang memenuhi kebutuhan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makanan pagi dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan, lebih baik lagi jika terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. 9. Minumlah air yang bersih, aman dan cukup jumlahnya

Air minum harus bersih dan aman, aman berarti bersih dan bebas kuman. Untuk mendapatkannya, air minum harus didihkan terlebih dahulu. Air berfungsi untuk melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh, mengatur suhu tubuh dan melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil. Untuk memenuhi fungsi tersebut cairan yang dikonsumsi sekurang-kurangnya 2 liter atau setara 8 gelas perhari.

10. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur

Aktivitas fisik dan olah raga sangat bermanfaat bagi kesehatan karena dapat mengendalikan berat badan, mengurangi kolesterol dan lain sebagainya.

11. Hindari minuman beralkohol

Minuman beralkohol meningkatkan resiko penyakit yang dapat merusak mental, sehingga membuat seseorang tidak produktif.


(63)

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

Makanan yang dikonsumsi harus cukup gizi dan aman bagi kesehatan atau terbebas dari pengawet, penyedap rasa dan lain sebagainya.

13. Bacalah label pada makanan yang dikemas

Makanan kemasan yang baik mencantumkan label nutrisi yang berisi bahan-bahan dan kandungan nutrisi. Makanan yang baik juga menetapkan batas kadaluarsa pada kemasan. Memperhatikan label nutrisi pada kemasan membantu konsumen secara seksama memilih makanan yang sehat dan aman.

2.7 Piramida Makanan

1. Pada baris pertama terdiri dari air putih dimana kita mengetahui tentang kebutuhan air minum kita sehari, yakni +8 gelas.

2. Pada baris kedua, itu merupakan 'Sumber Karbohidrat' yang biasanya juga disebut sebagai makanan pokok. Dari gambar piramida diatas itu, selain kita bisa mengetahui kalau kebutuhannya paling besar diantara makanan yang lain, kita juga bisa melihat makanan pokok itu tidak selalu nasi. Bisa diganti dengan roti, sereal, biskuit, bahkan pasta.

3. Pada tingkat ketiga, kebutuhan terbesar kedua adalah sayuran dan buah-buahan. Kedua bahan makanan ini sangat penting sebagai sumber vitamin dan mineral, juga serat. Karena keduanya berada dalam satu baris, memang lebih baik keduanya memiliki porsi yang lebih besar. Lebih baik mengkonsumsi keduanya secara bersamaan, karena semakin beranekaragam yang kita makan semakin bervariasi pula zat gizi yang kita


(64)

dapatkan. Karena pada kenyataannya, tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi secara sempurna kecuali ASI.

4. Tingkat keempat terdiri dari makanan yang mengandung protein, yakni protein hewani seperti daging, ayam dan telur. Protein nabati seperti kacang kedelai, kacang hijau, dan olahannya dan dairy product seperti susu, keju dan yoghurt.

5. Tingkat kelima, posisi puncak yang menandakan kebutuhan yang sangat sedikit atau bahkan lebih baik dihindari, yang dihuni oleh minyak, garam, gula , suplemen dan vitamin tambahan. Beberapa jenis makanan disini, biasanya memang tidak berdiri sendiri, melainkan bercampur dengan bahan makanan lainnya (Arnawa, dkk, 2013).

2.8 Pola Pangan Harapan (PPH)

Untuk menilai keberhasilan upaya percepatan penganekaragaman pola konsumsi pangan diperlukan suatu parameter. Parameter yang digunakan adalah Pola Pangan Harapan. Pola Pangan Harapan adalah susunan beragam pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara absolut maupun relatif terhadap total energi baik dalam hal ketersediaan maupun konsumsi pangan. Sehingga mampu mencukupi kebutuhan konsumsi pangan penduduk sekaligus mempertimbangkan keseimbangan gizi yang didukung dengan citarasa, daya cerna, daya terima masyarakat, kuantitas dan kemampuan daya beli masyarakat (Baliwati, dkk, 2010).

PPH mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Dengan pendekatan PPH dapat dinilai mutu pangan


(65)

berdasarkan skor pangan dari 9 bahan pangan. Ketersediaan pangan sepanjang waktu, dalam jumlah yang cukup dan hanya terjangkau sangat menentukan tingkat konsumsi pangan di tingkat rumah tangga (Depkes RI, 2014).

Tiap Negara mempunyai potensi dan sosial budaya yang berbeda-beda. Bagi Indonesia menurut hasil Workshop on Food and Agriculture Planning for Nutritional Adequacy di Jakarta tanggal 11-13 Oktober 1989 direkomendasikan sebagai berikut: Kelompok padi-padian sekitar 50%, makanan berpati sekitar 5%, pangan hewani sekitar 15-20%, minyak dan lemak lebih dari 10%, kacang-kacangan sekitar 5% , gula 6-7%, buah dan sayur 5% (FAO-MOA, 1989). Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VII tahun 2004, susunan PPH Nasional yang telah disepakati terdapat pada table 2.1 dengan target pencapaian energi sebesar 2000 Kkal/kapita/hari.

Tabel 2.1. Pola Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang Nasional No Kelompok

Pangan

Pola Pangan Harapan Nasional Gram Konsumsi

Energi (Kkal)

% AKE Bobot Skor Mutu (PPH)

1 Padi-padian 275 1,000 50,0 0,5 25,0

2 Umbi-umbian 100 120 6,0 0,5 3, 0

3 Pangan hewani 150 240 12,0 2,0 24,0

4 Minyak dan lemak

20 200 10,0 0,5 5,0

5 Biji berminyak 10 60 3,0 0,5 1,5

6 Kacang-kacang 35 100 5,0 2,0 10,0

7 Gula 30 100 5,0 0,5 2,5

8 Sayur dan buah 250 120 6,0 5,0 30,0

9 lain-lain 60 3,0 0,0 0,0

Jumlah 2,000 100,0 100,0

Sumber: Pusat Penganekaragaman Konsumsi Dan Keamanan Pangan, 2013 Dalam konsep PPH, setiap kelompok pangan dalam bentuk energi mempunyai pembobot yang berbeda tergantung dari peranan pangan dari


(66)

masing-masing kelompok terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia. Sebagai contoh, pembobot pada kelompok padi-padian, umbi-umbian dan gula hanya 0,5 karena pangan tersebut hanya sebagai sumber energi untuk pertumbuhan manusia. Sebaliknya pangan hewani dan kacang-kacangan sebagai sumber protein yang berfungsi sebagai pertumbuhan dan perkembangan manusia mempunyai pembobot 2 dan sayur/buah sebagai sumber vitamin dan mineral, serat, dan lain-lain mempunyai pembobot 5. Dengan mengkalikan proporsi energi dengan masing-masing pembobotnya, maka dalam konsep PPH akan diperoleh skor sebesar 100. Dalam arti penganekaragaman konsumsi pangan sesuai konsep PPH harus mempunyai skor 100 (Ariani, 2005).

Penilaian untuk keberhasilan penganekaragaman konsumsi pangan berdasarkan skor mutu PPH yang dicapai dibagi dalam 3 (tiga) kategori sebagai berikut (Suhardjo dalam Sembiring (2002)) :

a. Segitiga perunggu

Skor mutu pangan kurang dari 78, dengan ciri-ciri antara lain :

- Energi dari padi-padian dan umbi-umbian masih tinggi diatas norma PPH - Energi dari pangan hewani, sayur dan buah serta kacang-kacangan masih

rendah dibawah norma PPH

- Energi dari minyak dan gula relatif sudah memenuhi norma PPH b. Segitiga Perak

Skor mutu pangan 78-87, dengan ciri-ciri antara lain :

- Energi dari padi-padian dan umbi-umbian makin menurun, namun masih diatas norma PPH


(67)

- Energi dari pangan hewani, sayur dan buah serta kacang-kacangan masih rendah masing- masing antara 8-12 % dan 4-5%

- Energi dari minyak, kacang-kacangan dan gula relatif sudah memenuhi norma PPH

c. Segitiga Emas

Skor mutu pangan 88 keatas dengan ciri-ciri antara lain :

- Energi dari padi-padian sedikit diatas norma PPH atau relatif sama

- Energi dari pangan hewani diatas 12 % atau relatif sama dengan norma PPH

- Energi dari kelompok pangan lain sudah relatif memenuhi norma PPH Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rosida tentang pola konsumsi pangan keluarga dan pola pangan harapan (PPH) di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie ditemukan bahwa rata-rata konsumsi energi penduduk Desa Kampong Jeumpa sebesar 2045 kalori lebih tinggi dari kecukupan energi yaitu 2000 kalori. Komposisi pangan yang dikonsumsi belum berimbang antar kelompok pangan dan gizi, dimana konsumsi padi-padian dan pangan hewani cukup tinggi sebesar 67,2% dan 15,5%. Sedangkan kelompok pangan lain sangat rendah dibanding PPH Nasional yang telah ditetapkan. Sehingga komposisi pangan yang tidak seimbang tersebut menyebabkan skor mutu PPH menjadi rendah yaitu 68,2. Hal ini mengindikasikan bahwa sekalipun kecukupan energi terpenuhi tidak menjamin skor mutu PPH menjadi lebih baik.


(1)

Novi Karlina yang selalu memberikan dukungan yang tiada henti. Terima kasih atas doa, kasih sayang dan semangat yang selalu ada untuk penulis. 2. Sahabatku Titin Herlina, Kak Pida, Kak Halimah terimakasih atas dukungan,

motivasi dan doanya selama ini.

3. Teman-teman dari peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Ana, Ratna, Vella, Siti, Lili, Cici dan teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu terima kasih atas dukungan, bantuan, dan kebersamaannya selama ini

4. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2016 Penulis


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN………i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ……….ii

ABSTRAK ...iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI………ix

DAFTAR TABEL………x

DAFTAR GAMBAR……….xii

DAFTAR LAMPIRAN……….xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………1

1.2. Perumusan Masalah ………..8

1.3. Tujuan Penelitian ………8

1.3.1 Tujuan Umum……… 8

1.3.2 Tujuan Khusus………... ...8

1.4. Manfaat Penelitian ………8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penganekaragaman Konsumsi Pangan ………..9

2.2 Upaya Pencapaian Percepatan Konsumsi Pangan ...11

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan ………...13

2.4 Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan ………17

2.5 Tujuan Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan 17 2.6 Pedoman Umum Gizi Seimbang ………...18

2.7 Piramida Makanan ………22

2.8 Pola Pangan Harapan ………...23

2.9 Perilaku ……….27

2.9.1 Pengetahuan………. 28

2.9.2 Sikap……….... 29

2.9.3 Tindakan atau Praktik……… …..30

2.9.4 Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Kesehatan ……..31

2.10 Perilaku Keluarga Petani………... 32

2.10.1 Pengetahuan Keluarga Petani ………32

2.10.2 Sikap Keluarga Petani ………33

2.11 Keluarga Petani ……….35


(3)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ………37

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...37

3.2.1 Lokasi Penelitian ...37

3.2.2 Waktu Penelitian ………37

3.3 Populasi Dan Sampel ………37

3.3.1 Populasi ………...37

3.3.2 Sampel ……….38

3.4 Metode Pengumpulan Data ………...39

3.4.1. Data Primer ……….39

3.4.2. Data Sekunder ……….39

3.5 Defenisi Operasional ………39

3.6 Metode Pengukuran ……….40

3.7 Tehnik Pengolahan Data ………..43

3.8 Tehnik Analisis Data ………44

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Baru Ladang Bambu ………..45

4.2 Karakteristik Keluarga Petani ...45

4.3 Penganekaragaman Konsumsi Pangan ……….47

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani………… 51

5.2 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Kepemilikan Lahan ………...52

5.3 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Pendidikan Ibu Rumah Tangga ……….53

5.4 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Pendapatan ………54

5.5 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ……….55

5.6 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Pengetahuan …………..………...57

5.7 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Sikap……… …………..………...57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ………..………...59

6.2 Saran ………...59

DAFTAR PUSTAKA ………...60


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pola Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang Nasional……….24 Tabel 4.1 Data Penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan

Medan Tuntungan……….45 Tabel 4.2 Distribusi Keluarga Petani menurut Karakteristik umur, kepemilikan

lahan, pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan suku di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015………. ……….46 Tabel 4.3 Distribusi karakteristik keluarga petani menurut pengetahuan dan

sikap di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015.………47 Tabel 4.4 Distribusi Keluarga Petani Berdasarkan Keragaman Konsumsi

Pangan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015.………47 Tabel 4.5 Distribusi Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani

Berdasarkan Kepemilikan Lahan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015………. ………...48 Tabel 4.6 Distribusi Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani

Berdasarkan Pendidikan Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015………. ………...48 Tabel 4.7 Distribusi Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani

Berdasarkan Pendapatan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015………. ………...49 Tabel 4.8 Distribusi Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani

Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 201………. ………...49 Tabel 4.9 Distribusi Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani

Berdasarkan Pengetahuan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015………. ………...50 Tabel 4.10 Distribusi Keragaman Konsumsi Pangan Keluarga Petani


(5)

DAFTAR GAMBAR


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian Penelitian Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 4 Out put Lampiran 5 Master Data Lampiran 6 Gambar Penelitian


Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Konsumsi Pangan Keluarga Peserta Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

2 46 100

Jenis – Jenis Larva Nyamuk di Kelurahan Baru–Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan

10 60 50

Perilaku Keluarga Petani Dalam Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berdasarkan Karakteristik keluarga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

0 0 15

Perilaku Keluarga Petani Dalam Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berdasarkan Karakteristik keluarga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

0 0 2

Perilaku Keluarga Petani Dalam Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berdasarkan Karakteristik keluarga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

0 0 8

Perilaku Keluarga Petani Dalam Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berdasarkan Karakteristik keluarga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

0 0 28

Perilaku Keluarga Petani Dalam Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berdasarkan Karakteristik keluarga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

0 0 4

Perilaku Keluarga Petani Dalam Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berdasarkan Karakteristik keluarga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Pangan - Gambaran Pola Konsumsi Pangan Keluarga Peserta Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

0 0 19

GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN KELUARGA PESERTA PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DI KELURAHAN MABAR HILIR KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2014 SKRIPSI

0 0 15