88
BAB VI PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat di simpulkan hal-hal sebagai berikut : 1.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh pembangunan sektor pesisir dan laut dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Desa
Sorake memiliki hubungan positif yang kuat dengan nilai koefisien korelasi product moment sebesar 0,906 dan memiliki nilai regresi linier
yang meningkat secara stabil, yaitu
yˆ
= 1,39 + 1,38x, hal tersebut juga dapat dilihat dari tabel beserta diagramnya, dapat dilihat bahwa adanya
hubungan regresi linier yang meningkat secara stabil dari setiap nilai variabel X terhadap nilai Y. Maka dapat disimpulkan bahwa perubahan
dari pengaruh Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sorake bergerak
meningkat secara stabil. 2.
Dari hasil penelitian menunjukan mengenai nilai koefisisen determinasi, dimana 82,1 peningkatan Kesejahteraan masyarakat di Desa Sorake
Kecamatan Manamolo dipengaruhi oleh pembangunan sektor pesisir dan laut yang dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Nias Selatan.
3. Dari penelitian ini dapat juga diketahui bahwa Program Pemerintah yang
apabila sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka akan memberikan
89
dampak sesuai harapan masyakat itu sendiri. Hal tersebut dapat dailihat dari realita yang ada di Desa Sorake, dimana pembangunan yang sesuai
dengan harapan dan kebutuhan masyarakat jelas akan memberikan pengaruh yang susaidengan harapan dan kebutuhan masyarakat tersbut
juga.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dapat memberikan saran yang ditujukan kepada semua pihak yang berkepentingan.
Disini peneliti mencoba memberikan saran antara lain: 1.
Terhadap para mahasiswa Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial untuk dapat mengembangkan lagi kajian atas masyarakat secara luas yang
diantaranya juga kajian pembangunan masyarakat untuk dapat mempraktikkan ilmu tersebut hingga berguna terhadap masyarakat secara
luas. 2.
Kepadamasyarakat pesisir diseluruh tanah air agar memiliki kesadaran kritis terhadap realitas dan ikut berpartisipasi pada progam pemerintah
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ikut andil terus dalam proses memperkuat negara dalam segala bidang.
3. Terhadap Pemerintah Nias Selatan agar lebih giat menjalankan program
yang memang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan disertai dengan sosialisasi yang memadai agar masyarakat benar-benar ikut berpartisipasi
dalam progagram tersebut tanpa diawali dengan sikap pesimis.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan
2.1.1 Pengertian Pembangunan
Secara etimologis, istilah pembangunan berasal dari kata bangun, diberi awalan
pem- dan akhiran –an
guna menunjukkan perihal membangun.Pembangunan juga berarti menilai kembali keadaan setiap kelompok
masyarakat dan mengadakan perbaikan kualitatif, baik dalam kelompok maupun individu. Pembangunan bukanlah tujuan melainkan alat untuk memanusiakan
manusia Ndraha, 1987 : 1 – 2. Selain itu, pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses perubahan
sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan material termasuk bertambah besarnya kebebasan,
keadilan dan kualitas lainnya yang dihargai untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka
Nasution, 2007. Lebih luas lagi, pembangunan biasanya didefinisikan sebagai rangkaian
usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa nation building Siagian, 2000 : 4.
14
Apabila definisi diatas disimak secara cermat, akan muncul 7 tujuh ide pokok. Yaitu :
1. Pembangunan merupakan suatu proses. Berarti pembangunan merupakan
rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap – tahap yang di satu pihak bersifat independen akan tetapi di pihak
lain merupakan “bagian” dari sesuatu yang bersifat tanpa akhir. 2.
Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sebagai sesuatu untuk dilaksanakan. Dengan kata lain, jika dalam rangka
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terdapat kegiatan yang kelihatannya seperti pembangunan, akan tetapi sebenarnya tidak
ditetapkan secara sadar dan hanya terjadi secara sporadis atau insidental, kegiatan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pembangunan.
3. Pembangunan dilakukan secara terencana, baik dalam arti jangka panjang,
jangka sedang, dan jangka pendek. Dan seperti dimaklumi, merencanakan berarti mengambil keputusan sekarang tentang hal – hal yang akan
dilakukan pada jangka waktu tertentu di masa depan. 4.
Rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan perubahan. Pertumbuhan dimaksudkan sebagai peningkatan kemampuan suatu negara
untuk berkembang dan tidak sekedar mampu mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan, dan eksistensinya. Sedangkan perubahan
mengandung makna bahwa suatu negara harus bersikap antisipatif dan proaktif dalam menghadapi tuntutan situasi yang berbeda dari satu jangka
15
waktu ke jangka waktu yang lain, terlepas apakah situasi yang berbeda itu dapat diprediksikan sebelumnya atau tidak.
5. Pembangunan mengarah kepada modernitas. Modernitas diartikan sebagai
cara hidup yang baru dan lebih baik daripada sebelumnya, cara berpikir yang rasional dan sistem budaya yang kuat tetapi fleksibel.
6. Modernitas yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan pembangunan
per definisi bersifat multidimensional. Artinya, modernitas tersebut mencakup seluruh segi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang dapat
mengejawantah dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.
7. Semua hal yang telah disinggung di atas ditujukan kepada usaha
pembinaan bangsa sehingga suatu bangsa yang bersangkutan semakin kokoh fondasinya dan semakin mantap keberadaannya sehingga menjadi
negara yang sejajar dengan negara lain di dunia karena mampu menciptakan situasi yang membuatnya berdiri sama tinggi dan duduk
sama rendah dengan negara lain tersebut Siagian, 2000 : 5.
2.1.2 Pembangunan Masyarakat
Pembangunan masyarakat pada dasarnya adalah proses perubahan menuju kondisi yang lebih baik, dan kondisi yang lebih baik tersebut pada umumnya
dinyatakan dalam bentuk peningkatan taraf hidup atau kesejahteraan Soetomo, 2010 : 25. Walaupun terdapat banyak rumusan tentang kesejahteraan, pada
dasarnya dapat dikatakan bahwa taraf hidup atau kesejahteraan akan meningkat apabila semakin banyak kebutuhan dapat terpenuhi.
16
Oleh sebab itu, perubahan dalam proses pembangunan masyarakat juga dapat berarti sebagai perubahan yang mengarah pada kondisi yang
memungkinkan semakin banyak kebutuhan dapat dipenuhi. Di lain pihak, dalam setiap masyarakat tersedia sumber daya yang memiliki potensi dalam rangka
pemenuhan kebutuhan tersebut. Sudah barang tentu agar sumber daya tersebut dapat secara efektif berdampak pada pemenuhan semakin banyak kebutuhan dan
dengan demikian berarti meningkatkan kesejahteraan, diperlukan pendayagunaan atau mobilisasi untuk mengubah sumber daya potensial menjadi aktual. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa pendayagunaan sumber daya untuk lebih memungkinan peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan unsusr pokok
dari pembangunan masyarakat. Pembangunan masyarakat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat, dimana mereka mampu mengidentifikasikan kebutuhan dan masalah secara bersama. Ada juga yang mengartikan bahwa pembangunan masyarakat
adalah kegiatan yang terencana untuk menciptakan kondisi – kondisi bagi kemajuan sosial ekonomi masyarakat dengan meningkatkan partisipasi
masyarakat. Pakar lain memberikan batasan bahwa pembangunan masyarakat adalah
perpaduan antara pembangunan sosial ekonomi dan pengorganisasian masyarakat. Pembangunan sektor sosial ekonomi masyarakat perlu diwujudkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang didukung oleh organisasi dan partisipasi masyarakat yang memiliki kapasitas, kapabilitas, dan kinerja yang
17
secara terus menerus tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Adisasmita, 2006 : 115.
Dalam setiap proses pembangunan masyarakat, terdapat tiga unsur esensial yaitu, adanya proses perubahan, mobilisasi atau pemanfaatan sumber
daya dan pengembangan kapasitas masyarakat. Ketiga unsur tersebut dapat disebut sebagai konsep dasar pembangunan masyarakat yang dapat digunakan
sebagai basis pemahaman dan penjelasan mengenai pembangunan masyarakat Soetomo : 2010 : 31.
Berbagai sumber mengemukakan pemikiran bahwa pembangunan masyarakat diarahan pada perbaikan kondisi hidup masyarakat. Ruopp 1953
memberi tekanan pada pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mengubah keadaan dari yang kurang dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik.Milburn
1954 melaporkan bahwa pembangunan masyarakat di daerah – daerah bekas jajahan Inggris dititikberatkan pada perbaikan kondisi sosial masyarakat. Dan
sedangkan menurut PBB 1956, tujuan pembangunan masyarakat adalah perbaikan kondisi ekonomi, sosial dan kebudayaan masyarakat, mengintegrasikan
kehidupan masyarakat – masyarakat itu ke dalam kehidupan bangsa, dan memampukan mereka untuk memberi sumbangan sepenuhnya bagi kemajuan
nasional. Batten 1960 juga menyetujui pendapat bahwa pembangunan masyarakat adalah suatu proses di mana masyarakat membahas dan merumuskan
kebutuhan mereka, merencanakan usaha pemenuhannya, dan melaksanakan rencana itu sebaik – baiknya. Pembangunan masyarakat jelas ditujukan pada
18
upaya untuk mengurangi kemiskinan, kemelaratan, dan kebobrokan lingkungan hidup masyarakat.
Dalam usaha praktik pembangunan masyarakat, terdapat masalah – masalah yang dihadapi oleh pembangunan masyarakat Ndraha, 1987 : 96 yaitu :
1. Terdapat kecenderungan hanya kaum elit komunitas saja yang mampu dan
berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan.
2. Sampai sejauh ini, pembangunan masyarakat belum berhasil sepenuhnya
dalam usahanya mendorong perubahan sosial. Memang terdapat perubahan, tetapi jarang sekali terjadi perubahan yang mendasar.
3. Dewasa ini pembangunan masyarakat lebih berbau politik, artinya
pembangunan masyarakat dijadikan sebagai alat komunikasi politik dan simbol politik.
4. Semakin besar komunitas, semakin bervariasi kepentingannya, sehingga
terdapat kepentingan yang saling bersaingan atau kompetitif. 5.
Oleh karena itu pembangunan masyarakat cenderung bekerja menurut “model konsensus”, artinya hanya kepentingan yang sangat umum sifatnya
yang diperhatikan sementara kepentingan lapisan dan kelompok masyarakat di dalam komunitas, terabaikan atau tersisihkan.
19
2.2 Sektor Pesisir dan Laut 2.2.1 Batasan Wilayah Pesisir
Persepsi dalam menentukan batasan wilayah pesisir sangat sulit ditentukan karena definisi yang umum dijumpai bersifat imajiner. Pada suatu ekstrim, suatu
batas wilayah pesisir dapat meliputi suatu kawasan yang sangat luas mulai dari batas lautan terluar ZEE Zona Ekonomi Eksklusif sampai daratan yang masih
dipengaruhi oleh iklim laut. Pada ekstrim lainnya, suatu wilayah pesisir hanya meliputi kawasan peralihan antara ekosistem laut dan daratan yang sangat sempit,
yaitu dari garis rata – rata pasang tertinggi sampai 200 meter ke arah darat dan ke arah laut meliputi garis pantai pada saat rata – rata pasang terendah. Batasan
wilayah pesisir yang sangat sempit ini dianut oleh Costa Rica. Sementara itu, negara – negara lainnya mengambil batasan wilayah pesisir di antara kedua
ekstrim tersebut Dahuri, 2013. Soegiarto dalam Dahuri, 2013 : 8 menyatakan bahwa definsi wilayah
pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun
terendam air, yang masih dipengaruhi sifat – sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup
bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses – proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh
kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
20
Dalam Rapat Kerja Nasional Proyek MREP Marine Resorce Evaluation and Planning atau Perencanaan dan Evaluasi Sumber Daya Kelautan di Manado,
1 – 3 Agustus 1994, telah ditetapkan bahwa batas ke arah laut suatu wilayah pesisir adalah sesuai dengan batas laut yang terdapat dalam Peta Lingkungan
Pantai Indonesia PLPI dengan skala 1 : 50.000 yang telah diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional BAKOSURTANAL.
Sedangkan batas ke arah laut adalah mencakup batas administratif seluruh desa pantai sesua dengan ketentuan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum dan
Otonomi Daerah, Departemen Dalam Negeri yang termasuk ke dalam wilayah Pesisir MREP.
Definisi wilayah pesisir seperti di atas memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai
kekayaan habitat yang beragam, di darat maupun di laut, serta saling berinteraksi antara habitat tersebut. Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga
merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan, secara langsung maupun tidak langsung
berdampak merugikan terhadap ekosistem pesisir.
2.2.2 Lingkungan dan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Laut
Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan ekosistem dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami
ataupun buatan man – made. Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain adalah : terumbu karang coral reefs, hutan mangroves. Padang lamun
sea grass, pantai berpasir sandy beach, formasi pes – caprea, formasi
21
baringtonia, estuaria, laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa : tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri,
kawasan agroindustri dan kawasan pemukiman. Sumber daya di wilayah pesisir terdiri dari sumber daya alam yang dapat
pulih dan sumber daya alam yang tak dapat pulih, sumber daya yang dapat pulih antara lain, meliputi : sumber daya perikanan plankton, benthos, ikan, moluska,
krustasea, mamalia laut, rumput laut seaweed, padang lamun ; hutan mangrove ; dan terumbu karang. Sedangkan sumber daya tak dapat pulih, antara lain,
mencakup : minyak dan gas, biji besi, pasir, timah, bauksit dan mineral serta bahan tambang lainnya.
2.2.3 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu
Pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih
ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan pembangunan secara terpadu integrated guna mencapai pembangunan wilayah pesisir dan laut secara
berkelanjutan Dahuri, 2013 : 12. Dalam konteks ini, keterpaduan integration mengandung tiga dimensi : sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis.
Keterpaduan secara sektoral berarti bahwa perlu ada koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau instansi pemerintah pada tingkat
pemerintah tertentu horizontal integration ; dan antartingkat pemerintahan mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsim sampai tingkat pusat vertical
integration.
22
Keterpaduan dari sudut pandang keilmuan mensyaratkan bahwa di dalam pengelolaan wilayah pesisir hendaknya dilaksanakan atas dasar pendekatan
interdisiplin ilmu interdisciplinary approaches, yang melibatkan bidang ilmu : ekonomi, ekologi, teknik, sosiologi, hukum, dan lainnya yang relevan. Ini wajar
karena wilayah pesisir pada dasarnya terdidir dari sistem sosial yang terjalin secara kompleks dan dinamis.
Wilayah pesisir dan laut tersusun dari berbagai macam ekosistem mangroves, terumbu karang, pantai berpasir, dan lainnya yang satu sama lain
saling terkait. Perubahan atau kerusakan yang menimpa satu ekosistem akan menimpa pula ekosistem lainnya. Selain itu, wilayah pesisir juga dipengaruhi oleh
berbagai macam kegiatan manusia maupun proses – proses alamiah yang terdapat di lahan atas upland areas maupun laut lepas oceans. Kondisi empiris
semacam ini mensyaratkan bahwa Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu PWPLT harus memperhatikan segenap keterkaitan ekologis ecological
linkages tersebut, yang dapat mempengaruhi suatu wilayah pesisir. Berdasarkan karakteristik dan dinamika the nature dari kawasan pesisir
dan laut, potensi dan permasalahan pembangunan, dan kebijakan pemerintah untuk sektor kelautan, maka pencapaian pembangunan kawasan pesisir dan lautan
secara optimal dan berkelanjutan tampaknya hanya dapat dilakukan melalui pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PWPLT Dahuri dkk,
2013 : 149. Hal tersebut paling tidak berdasarkan pada empat alasan pokok, yaitu :
23
1. Secara empiris, terdapat keterkaitan ekologis hubungan fungsional, baik
antarekosistem di dalam kawasan pesisir maupun antara kawasan pesisir dengan lahan atas dan laut lepas. Dengan demikian, perubahan yang
terjadi pada suatu ekosistem pesisir mangrove, misalnya, cepat atau lambat akan mempengaruhi ekosistem lainnya. Begitu pula halnya jika
pengelolaan kegiatan pembangunan industri, pertanian, pemukiman, dan lain – lain di lahan atas suatu DAS tidak dilakukan secara arif
berwawasan lingkungan, maka dampak negatifnya akan merusak tatanan dan fungsi ekologis kawasan pesisir dan lautan. Fenomena inilah yang
kemungkinan besar merupakan faktor penyebab utama bagi kegagalan panen tambak udang yang khir – akhir ini menimpa kawasan Pantai Utara
Jawa. Karena, untuk kehidupan dan pertumbuhan udang secara optimal diperlukan kualitas perairan yang bnaik, tidak tercemar seperti Pantai
Utara Jawa. 2.
Dalam suatu kawasan pesisir Kalianda – Bandar Lampung, misalnya, biasanya terdapat lebih dari dua macam sumber daya alam dan jasa – jasa
lingkungan yang dapat dikembangkan untuk kepentingan pembangunan. 3.
Dalam suatu kawasan pesisir, pada umumnya terdapat lebih dari satu kelompok masyarakat orang yang memiliki keterampilankeahlian dan
kesenangan preference bekerja yang berbeda, sebagai petani, nelayan, petani tambak, petani rumput laut, pendamping pariwisata, industri dan
kerajinan rumah tangga, dan sebagainya. Padahal sangat sukar atau hampir
24
tidak mungkin untuk mengubah kesenangan bekerja profesi sekelompok orang yang sudah secara mentradisi menekuni suatu bidang pekerjaan.
4. Baik secara ekologis maupun ekonomis, pemanfaatan suatu kawsan pesisir
secara monokultur single use adalah sangat rentan terhadap perubahan internal maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha.
Contohnya, lagi – lagi pembangunan tambak udang di Pantai Utara Jawa, yang sejak tahun 1982 mengkonversi hampir semuapesisir termasuk
mangrove sebagai kawasan lindung menjadi tambak udang. Sehingga, pada saat akhir 1980 – an sampai sekarang terjadi peledakan wabah virus,
sebagian besar tambak udang di kawasan ini terserang penyakit yang merugikan. Kemudian, pada tahun 1988 ketika Jepang memberhentikan
impor udang Indonesia selama 3 bulan, mengakibatkan harga udang turun secara drastis dari rata – rata Rp. 14.000,00 per kg menjadi Rp. 7.000,00
per kg, sehingga banyak petani tambak yang merugi.
2.2.4 Maksud dan Tujuan Program Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut
Pengelolaan wilayah pesisir dan laut dimaksudkan untuk menjamin pemanfaatan optimum sumber daya pesisir secara kelestarian, pemeliharaan terus
menerus biodiversity tinggi, dan konservasi nyata habitat – habitat kritis. Tujuan nyata pengelolaan wilayah pesisir misalnya, mendukung perikanan, perlindungan
masyarakat dari badai, daya tarik wisatawan, promosi kesehatan publik, menjaga hasil dari hutan mangrove, dan melindungi coral reef. Semua hal tersebut
membutuhkan aksi – aksi komunitas terkoordinasi agar tujuan tercapai.
25
Tujuan utama pengelolaan wilayah pesisir dan laut adalah mengkoordinasi inisiatif berbagai sektor ekonomi pesisir seperti perkapalan, pertanian, perikanan
menuju outcomes sosial ekonomi jangka panjang, termasuk penyelesaian konflik antara sektor – sektor yang terlibat. Keterpaduan pendekatan multi sektor secara
bersama mengarahkan aktivitas – aktivitas sektor ekonomi kunci di bawah sebuah perencanaan pesisir efekftif dan sistem pengelolaan yang tepat. Misalnya,
pengembangan sektor pariwisata dan perikanan tergantung pada terjaminnya kualitas lingkunganm termasuk kualitas air pesisir. Kedua sektor tersebut dapat
dipengaruhi oleh efek pencemaran, hilangnya habitat hewan liar dan hilangnya keindahan karena pembangunan kilang minyak dan gas yang tidak tekendali.
Untuk mewujudkan tujuannya, pengelolaan wilayah pesisir terpadu membutuhkan beberapa aksi – aksi nasional, termasuk sebagai berikut :
1. Komitmen kebijakan untuk mendukung manajemen sumber daya pesisir
dan konservasi lingkungan. 2.
Stakeholder wilayah pesisir mencapai pemahaman jelas atas tujuan – tujuan pengelolaan sumber daya dan lingkungan.
3. Menetapkan kantor pemerintahan untuk koordinasi urusan pesisir.
4. Inisiasi sebuah sistem untuk review proyek pembangunan, termasuk
asesmen lingkungan. 5.
Akumulasi informasi teknis. 6.
Merancang dan pembangunan perencanaan efektif dan program pengelolaan Sara, 2014 : 23 – 25.
26
2.2.5 Manfaat Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut
La Sara 2014 menyatakan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu dapat menguntungkan suatu bangsa atau daerah melalui sebagian
atau seluruh hal berikut : 1.
Memfasilitasi keberlanjutan pertumbuhan ekonomi berdasarkan sumber daya alam.
2. Melinfungi habitat alamiah dan species.
3. Mengontrol pencemaran dan perubahan garis pantai dan beachfronts.
4. Mengontrol aktivitas DAS yang memberi efek negatif wilayah pesisir.
5. Mengontrol penggalian, penambangan dan perubahan lain coral reefs,
dasar air, dan dasar laut sea floors. 6.
Merehabilitasi kerusakan sumber daya. 7.
Menyediakan sebuah mekanisme dan alat untuk alokasi sumber daya rasional.
Wilayah pesisir, terutama bagian daratan dan daerah pasang surut, juga dapat dipengaruhi oleh dampak kegiatan yang terjadi di laut, misalnya tumpahan
minyak dari kapal tanker dan air limbah hasil pencucian kapal yang dibuang ke laut yang pada gilirannya hanyut sampai ke daerah pasang surut atau daratan.
Menjaga dan memelihara sumber daya yang mampu mempertahankan garis pantai, seperti pantai beachs, mangrove, dan coral reef, merupakan sumber daya
penting yang melindungi garis pantai dan pemukiman masyarakat di darat terhadap gelombang dan erosi.
27
Oleh karena wilayah pesisir dan sumber dayanya memberi manfaat besar dari aspek sosial, ekonomi, biologi, dan ekologi kepada kehidupan manusia dalam
skala luas dan saat ini berbagai negara menggantungkan sebagian kebutuhan pembangunan ekonominya pada wilayah pesisir dan sumber dayanya, maka
kesadaran dan partisipasi semua stakeholder memanfaatkan atau mengeksploitasinya harus lebih bijaksana dan selalu mempertimbangkan
keberlanjutan sumber daya tersebut Sara, 2014. Meskipun memiliki potensi yang besar dan tidak terbatas dalam sumber
daya, tetap saja pemerintah dan segenap stakeholder harus waspada terhadap pemanfaatan yang berlebih. Eksploitasi atau pemanfaatan yang berkelanjutan
menjelaskan pemanfaatan bijaksana dan pengelolaan hati – hati konservasi individu spesies dan komunitas, bersama habitat dan ekosistemnya sehingga
potensi kemanfaatannya saat ini kepada masyarakat tidak rusak. Dengan demikian, sumber daya harus selalu dijaga sehingga kemampuan sumber daya
untuk selalu memperbaharui dirinya tidak rusak. Kriteria pemanfaatan berkelanjutan adalah bahwa sumber daya tidak
dipanen, diekstraksi atau digunakan dalam jumlah berlebih. Dengan kata lain, sumber daya yang tidak dipanen mempunyai kemampuan lebih cepat atau
minimal sama melakukan regenerasi sehingga jumlah populasi dalam lingkungan yang terjaga tetap stabil atau bahkan terus bertambah sesuai dengan daya dukung
lingkungan carrying capacity.
28
2.3 Masyarakat Pesisir 2.3.1 Pengertian Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir sering didefinisikan sebagai suatu masyarakat yang tinggal di pinggir pantai dan menggantungkan hidupnya pada hasil sumber daya
laut, tetapi memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat petani. Selain itu, konsentrasi pola hidup masyarakat pesisir yang berhubungan langsung dengan
sumber daya alam yang ada di sekitar mereka, menyebabkan kondisi mereka terisolasi dalam satu daerah saja.
Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang bertempat tinggal di lingkungan pesisir pantai. Karena masyarakat ini hidup di lingkungan pesisir
pantai maka masyarakat ini menggantungkan hidupnya pada kekayaan alam yang ada di laut. Pekerjaan masyarakat pesisisr ini secara umum adalah sebagai
nelayan. Para nelayan ini ada yang menggunakan tek nologi sederhana atau disebut dengan nelayan tradisonal. Namun, ada juga nelayan yang menggunakan
teknologi yang berbeda yang disebut dengan nelayan modern, hanya saja jumlahnya tidak terlalu banyak Chozin dkk, 2010 : 222 – 223.
2.3.2 Struktur Sosial Masyarakat Pesisir
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di lungkangan pesisir pantai,
sehingga pada umumnya mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan dan menggantungkan hidup dari kekayaan alam pesisir maupun lautan.
29
Pekerjaan lain yang ada di kawasan pesisir adalah sewa – menyewa kapal. Ada juga kalangan masyarakat yang membuat garam. Pada umumnya
ketergantungan masyarakat pesisir pada sektor kelautan menjadi kendala bagi masyarakat untuk berhasil keluar dari garis kemiskinan. Hal ini karena terdapat
banyak faktor yang mempengaruhi penghasilan masyarakat pesisir, sehingga pekerjaan ini tidak menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan para keluarga yang
tergolong masyarakat pesisir. Hal tersebutlah alasan mengapa dikatakan bahwa masyarakat pesisir memiliki variasi hidup yang kompleks.
Selain menangkap ikan, masyarakat pesisir juga mengolah kebun kelapa. Terutama karena di dekat pantai biasanya pohon kelapa mudah tumbuh. Namun,
jika memiliki tanah maka tanah tersebut dikelola secara optimal. Pada saat musim padi maka tanah akan berfungsi menjadi sawah dan pada saat yang lain akan
dikelola menjadi kebun. Selain itu, kolektifitas masyarakat maritim masih banyak sebagai pelayar dan pedagang antar pulau Chozin dkk, 2010 : 223.
2.3.3 Karakteristik Masyarakat Pesisir
Adapun karakteristik atau ciri – ciri yang dipantulkan oleh komunitas atau masyarakat pesisir di Indonesia adalah :
1. Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tergantung pada alam laut.
Ketergantungan masyarakat pesisir terhadap alam laut itu dalam bentuk fisik maupun emosional sesuai dengan kondisi alam yang
mempengaruhinya. Masyarakat pesisir dengan demikiain menggantungkan
30
hidupnya dengan cuaca, iklim, dan pergantian musim terutama masyarakat pesisir yang bekerja sebagai nelayan.
2. Masyarakat pesisir sangat tergantung pada sumber daya energi yang
murah dan konvensional untuk dapat menggali kekayaan alam laut yang merupakan tempat pencarian kebutuhan hidup.
3. Masyarakat pesisir sangat tergantung pada modal tunai untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari terutama untuk modal kegiatan pelayanan dan konsumsi.
4. Masyarakat pesisir sangat bergantung kepada pihak lain baik secara
individual maupun berkelompok dalam sistem jaringan kerja, baik penangkapan ikan, jasa pelelangan ikan maupun terhadap para pemilik
modal. 5.
Masyarakat pesisir sangat membutuhkan program – program
pemberdayaan yang dapat mengeluarkan masyarakat pesisir dari jerat kehidupan yang sangat tajam dan tidak mengenal kompromi Chozin dkk,
2010.
2.3.4 Upaya Memajukan Masyarakat Pesisir
Salah satu upaya memajukan masyarakat pesisir adalah melalui pembangunan infrastruktur. Adapun infrastruktur yang utama adalah jalan. Jalan
yang dimaksudkan di sini adalah fasilitas untuk sarana transportasi. Sarana transportasi yang baik akan memberi kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan
pengurangan kemiskinan. Alasannya, karena keberadaan sarana transportasi meningkatkan efisiensi, alokasi sumber daya, meningkatkan kinerja pasar dan
31
memacu perumbuhan ekonomi. Meningkatkan akses pelayanan dasar baik itu kesehatan, pendidikan, dan meningkatkan peluang ekonomi karena berhasil
menurunkan biaya. Dengan adanya jalan, maka mobilitas masyarakat menjadi tidak terbatas.
Masyarakat pesisir dapat membuka akses ke wilayah lain yang menjadi sentra – sentra ekonomi. Dapat membina hubungan dengan masyarakat lain yang ada di
luar wilayah pesisir. Mobilitas manusia, barang, jasa, dan modal akan bertambah juga dengan adanya transportasi yang baik. Mobilitas dan hubungan dengan
masyarakat luar pada akhirnya akan menambah wawasan masyarakat pesisir Chozin dkk, 2010.
Infrastruktur lain adalah fasilitas air, listrik, dan telekomunikasi. Fasilitas – fasilitas ini diperlukan dalam menunjang produktivitas masyarkat pesisir. Di
malam hari masyarkat dapat menggunakan listrik untuk penerangan. Keberadaan listrik ini akan mengurangi pengeluaran masyarakat untuk penerangan. Apalagi
jika masih menggunakan minyak lampu yang harganya sudah sangat mahal, demikian pula dengan fasilitas air.
Kemudahan akan fasilitas air dan listrik akan memudahkan masyarakat pesisir untuk dapat lebih fokus dalam bekerja dan memnuhi kebutuhan hidup
sehari – hari. Untuk air bersih, masyarakat pesisir sudah tidak perlu mengangkut air dari tempat sumber air kempat penampungan air keluarga. Ataupun jika
fasilitas air bersih tersebut masih berupa sumber air umum, maka pengangkutan air bersih dari sumber air ketempat penampungan air keluarga tidak terlalu jauh.
32
Akses yang baik ke wilayah pesisir merupakan pintu bagi terbukanya orang luar untuk masuk ke wilayah pesisir. Keberadaan orang luar di wilayah
pesisir akan membuka peluang munculnya investasi, dan yang paling penting adalah masyarakat pesisir dapat memikirkan peluang untuk membenahi
wilayahnya. Apakah itu dengan menyediakan tempat untuk masyarakat luar yang datang untuk menikmati keindahan alam wisatawan berupa sarana dan pra –
sarana umum seperti penginapan, rumah makan, toilet umum dan lain – lain. Kendala mengenai sikap masyarkat yang menganggap pendatang baru
sebagai ancaman bagi persatuan dan kesatuan masyarakat dapat diatasi dengan memberikan pemahaman tentang keuntungan dan kerugian yang diperoleh
masyarakat pesisir jika terdapat masyarakat pendatangluar. Segala upaya tersebut tentu akan membawa perubahan masyarakat pesisir
menjadi lebih baik lagi dalam berbagai aspek. Kondisi yang semakin baik tersebut dapat mendorong kreativitas masyarakat untuk meningkatkan pendapatan
keluarga. Kewirausahaan masyarkat dalam bentuk pembuatan kerajinan tangan yang dapat dijual kepada pendatangwisatawan adalh potensi yang besar. Selain
itu, kendala yang didapat dari ketergantungan nelayan pada hasil tangkapan ikan di laut tentu dapat diatasi melalui peningkatan keterampilan dan kreativitas
masyarakat, serta kejelian dalam membuka usaha baru.
33
2.4 Konsep Kesejahteraan 2.4.1 Pengertian Kesejahteraan
Kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting untuk menjaga dan membina terjadinya stabilitas sosial dan ekonomi. Kondisi tersebut juga
diperlukan untuk meminimalkan terjadinya kecemburuan sosial dalam masyarakat. Selanjutnya percepatan ekonomi masyarakat memerlukan kebijakan
ekonomi atau peranan pemerintah dalam mengatur perekonomian sebagai upaya menjaga stabilitas perekonomian.
2.4.2 Kesejahteraan Masyarakat
Pembangunan merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarkat yang dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang
ekonomi dan sosial. Dalam UU No. 9 Tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spirituil, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai suatu keadaan dan gerakan yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup, memecahkan masalah sosial, memperkuat struktur sosial masyarakat, memenuhi kebutuhan dasar dan menjaga
ketentraman masyarakat, serta memungkinkan setiap warganegara mengadakan
34
usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial secara sebaik – baiknya bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat. Dan pada umumnya, usaha – usaha yang
dilakukan oleh masyarakat dalam proses pemenuhan kebutuhannya tersebut akan merujuk pada kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
2.4.3 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat
Dalam menilai kesejahteraan suatu masyarakat, maka tentu dibutuhkan berbagai standar sebagai pedoman, agar terdapat kejelasan dan batasan dalam
mengukur kesejahteraan dalam masyarakat, yaitu indikator kesejahteraan masyarakat. Badan Pusat Statistik menetapkan indikator tersebut meliputi :
1. Kesehatan
Dimana pelayanan kesehatan masyarakat ini merupakanbentuk pelayanan kesejahteraan yang dilaksanakan melalui berbagai lembaga seperti
puskesmas, posyandu, poliklinik, dan lain – lain yang disertai penempatan tenaga medis dan paramedis. Dengan adanya peningkatan pelayanan
kesehatan maka diharapkan derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat. Hal ini dapat dilihat dari angka harapan hidup masyarakat.
Dengan asumsi bahwa semakin tinggi umur seseorang maka tingkat kesejahteraan dan kesehatan orang tersebut semakin baik pula.Dapat dilhat
juga dari jumlah lembaga – lembaga kesehatan di daerah tersebut. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan dalam indikator ini adalah angka
kematian ibu, karena angka kematian ibu akan menunjukkan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan di daerah terkait.
35
2. Pendidikan
Menjadikan masyarakat yang sehat dan sejahtera harus memiliki kecerdasan dan keterampilan. Maka, indikator pendidikan sangat penting
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari angka melek huruf yang menggambarkan jumlah masyarakat sudah dapat
membaca dan menulis huruf latin, hal ini juga disertai dengan pembangunan sarana dan prasaran seperti gedung sekolah dan program –
program pendidikan oleh instansi terkait dengan kerjasama dengan masyarakat setempat.
3. Pekerjaan.
Yaitu kategori profesi yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencari penghasilan untuk mendapatkan pendapatan rumah tangga, dengan
indikator : jenis pekerjaan dan jenis usaha yang dilakukandikembangkan. 4.
PendapatanPenghasilan. Yaitu jumlah penghasilan riil yang disumbangkan untuk memenuhi
kebutuhan bersama di dalam keluarga, dengan indikator : pendapatan dari hasil usaha, tanggungan dalam keluarga, tabungan, serta pemenuhan
kebutuhan pokok sehari – hari berupa pemenuhan kebutuhan sandang pangan, dan papan.
2.5 Kerangka Pemikiran
Sehubungan dengan keanekaragaman dan produktivitas sumber daya alam dan jasa – jasa lingkungan yang pada umumnya terdapat di kawasan pesisir dan
36
laut, kawasan ini menjadi tempat berlangsungnya berbagai macam kegiatan pembangunan yang paling intensif.
Oleh karena itu, selain karena kawasan pesisir dan lautan memiliki potensi pembangunan yang sangat tinggi, kawasan ini juga rentan terhadap berbagai rupa
dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan – kegiatan pembangunan yang berlangsung di dalam wilayah pesisir maupun di lahan atas dan laut lepas. Selain
itu, kawasan pesisir, terutama yang tidak memiliki sistem pelindung alamiah seperti hutan mangrove, terumbu karang, dan gundukan pasir juga rentan terhadap
bencana alam berupa tsunami, angin taufan dan lain sebagainya. Dengan demikian, tantangan mendasar dalam pembangunan wilayah
pesisir dan lautan adalah bagaimana memfasilitasi pembangunan ekonomi masyarakat pesisir, dan pada saat yang sama meminimalkan dampak negatif dari
segenap kegiatan pembangunan, sehingga proses pembangunan wilayah pesisir dan lautan dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Di provinsi Sumatera Utara, khususnya kabupaten Nias Selatan, merupakan salah satu daerah yang memiliki daerah pesisir dan laut yang
melakukan pembangunan kawasan pesisir dan laut secara berkala dan berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan di salah satu wilayah pesisir di Kabupaten
Nias Selatan, yakni berlokasi di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan. Yang menjadi sasaran penelitian adalah untuk melihat bagaimana
peran pemerintah lokal dalam membangun wilayah pesisir dan laut di daerah tersebut, dan apakah pembangunan tersebut berdampak positif atau negatif
37
terhadap kelangsungan hidup berbagai ekosistem yang terdapat di kawasan pesisir dan laut lokasi penelitian, dan tentunya untuk menilai pengaruh pembangunan
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan.
Untuk menjelaskan alur penelitian ini, maka penulis menuangkan kerangka pemikiran dalam bagan berikut :
38
Bagan Alur Pemikiran
Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut
Masyarakat Desa Sorake Kec. Maniamolo Kab. Nias
Selatan
Kesehatan Pendidikan
Ketenagakerja an
Perumahan dan
Kesejahteraan Masyarakat
1. Pengaruh Positif
2. Pengaruh Negatif
39
2.6 Definisi Konsep dan Definisi Operasional 2.6.1 Definisi Konsep