24
tidak mungkin untuk mengubah kesenangan bekerja profesi sekelompok orang yang sudah secara mentradisi menekuni suatu bidang pekerjaan.
4. Baik secara ekologis maupun ekonomis, pemanfaatan suatu kawsan pesisir
secara monokultur single use adalah sangat rentan terhadap perubahan internal maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha.
Contohnya, lagi – lagi pembangunan tambak udang di Pantai Utara Jawa, yang sejak tahun 1982 mengkonversi hampir semuapesisir termasuk
mangrove sebagai kawasan lindung menjadi tambak udang. Sehingga, pada saat akhir 1980 – an sampai sekarang terjadi peledakan wabah virus,
sebagian besar tambak udang di kawasan ini terserang penyakit yang merugikan. Kemudian, pada tahun 1988 ketika Jepang memberhentikan
impor udang Indonesia selama 3 bulan, mengakibatkan harga udang turun secara drastis dari rata – rata Rp. 14.000,00 per kg menjadi Rp. 7.000,00
per kg, sehingga banyak petani tambak yang merugi.
2.2.4 Maksud dan Tujuan Program Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut
Pengelolaan wilayah pesisir dan laut dimaksudkan untuk menjamin pemanfaatan optimum sumber daya pesisir secara kelestarian, pemeliharaan terus
menerus biodiversity tinggi, dan konservasi nyata habitat – habitat kritis. Tujuan nyata pengelolaan wilayah pesisir misalnya, mendukung perikanan, perlindungan
masyarakat dari badai, daya tarik wisatawan, promosi kesehatan publik, menjaga hasil dari hutan mangrove, dan melindungi coral reef. Semua hal tersebut
membutuhkan aksi – aksi komunitas terkoordinasi agar tujuan tercapai.
25
Tujuan utama pengelolaan wilayah pesisir dan laut adalah mengkoordinasi inisiatif berbagai sektor ekonomi pesisir seperti perkapalan, pertanian, perikanan
menuju outcomes sosial ekonomi jangka panjang, termasuk penyelesaian konflik antara sektor – sektor yang terlibat. Keterpaduan pendekatan multi sektor secara
bersama mengarahkan aktivitas – aktivitas sektor ekonomi kunci di bawah sebuah perencanaan pesisir efekftif dan sistem pengelolaan yang tepat. Misalnya,
pengembangan sektor pariwisata dan perikanan tergantung pada terjaminnya kualitas lingkunganm termasuk kualitas air pesisir. Kedua sektor tersebut dapat
dipengaruhi oleh efek pencemaran, hilangnya habitat hewan liar dan hilangnya keindahan karena pembangunan kilang minyak dan gas yang tidak tekendali.
Untuk mewujudkan tujuannya, pengelolaan wilayah pesisir terpadu membutuhkan beberapa aksi – aksi nasional, termasuk sebagai berikut :
1. Komitmen kebijakan untuk mendukung manajemen sumber daya pesisir
dan konservasi lingkungan. 2.
Stakeholder wilayah pesisir mencapai pemahaman jelas atas tujuan – tujuan pengelolaan sumber daya dan lingkungan.
3. Menetapkan kantor pemerintahan untuk koordinasi urusan pesisir.
4. Inisiasi sebuah sistem untuk review proyek pembangunan, termasuk
asesmen lingkungan. 5.
Akumulasi informasi teknis. 6.
Merancang dan pembangunan perencanaan efektif dan program pengelolaan Sara, 2014 : 23 – 25.
26
2.2.5 Manfaat Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut