32 5.
asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan tugas dan wewenang OJK, dengan tetap berlandaskan pada kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan; 6.
asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan OJK; dan
7. asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari
setiap kegiatan
penyelenggaraan OJK
harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik. Sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola dan asas-asas di atas, OJK harus
memiliki struktur dengan prinsip “checks and balances”. Hal ini diwujudkan dengan melakukan pemisahan yang jelas antara fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan serta pengawasan.
58
C. Hubungan Otoritas Jasa Keuangan dengan Lembaga Keuangan
1. Hubungan otoritas jasa keuangan dengan Bank Indonesia
Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of service.
59
Berkaitan dengan fungsi tersebut terintegrasi peraturan
penting dalam
kaitannya terpisahnya
antara pengawasan
microprundentia dengan pengawasan macroprudential sebagaimana diatur Pasal 7 UU OJK yang menetapkan bahwa pengawasan microprudential difokuskan
pada kesehatan individu bank dengan melakukan analisis kesehatan neraca bank khususnya terkait dengan kecukupan modal dalam menghadapi siklus usaha.
58
Ibid
59
Totok Budisantoso dan Nuritomo, Bank dan Lembaga keuangan Lain Jakarta: Salemba Empat, 2014, hlm. 9.
Universitas Sumatera Utara
33 Tujuan pemgawasan microprudential adalah melindungi nasabah dan menurunkan
ancaman efek menular kebangkrutan bank terhadap perekonomian. Sedangkan pengawasan perilaku bisnis terkait dengan perilaku bank terhadap nasabahnya
lebih difokuskan pada perlindungan konsumen melalui keterbukaan informasi, kejujuran, intergritas dan praktik bisnis yang adil.
60
Pengaturan dan pengawasan macroprudential merupakan tugas dan wewenang Bank Indonesia, peran OJK adalah membantu BI untuk melakukan
himbauan moral kepada industri perbankan.
61
Keterikatan antara kebijakan macroprudential dengan kebijakan microprudential, disadari oleh pembuat
undang-undang. Hal ini dapat dilihat dari pengaturan yang terdapat pada Pasal 39 UU OJK yang menetapkan bahwa dalam pelaksanaan tugasnya, OJK berkordinasi
dengan BI dalam membuat peraturan pengawasan di bidang perbankan antara lain :
62
a. Kewajiban pemenuhan modal minimum bank;
b. Sistem informasi perbankan yang terpadu;
c. Kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta
asing, dan pinjaman komersial luar negeri; d.
Produk perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank lainnya, antara lain kartu kredit, kartu debet dan internet banking;
e. Penentuan institusi bank yang masuk kategori systemicallyimportant bank;
dan f.
Data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang kerahasiaan informasi
60
Zulkarnain Sitompul,Op.Cit.,hlm 8.
61
Ibid.
62
Ibid, hlm.9 - 10.
Universitas Sumatera Utara
34 Pasal 40 dan Pasal 41 UU OJK disebutkan bahwa Bank Indonesia dapat
melakukan pemeriksaan langsung terhadap bank dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis terlebih dahulu kepada OJK, tetapi dalam
pemeriksaan tersebut Bank Indonesia tidak dapat memberikan penilaian terhdap tingkat kesehatan bank. Laporan hasil pemeriksaan bank yang dilakukan oleh
Bank Indonesia tersebut disampaikan kepada OJK, kemudian Otoritas Jasa Keuangan Menginformasikan, kepada Lembaga Penjamin Simpanan LPS
mengenai bank bermasalah yang sedang dalam upaya penyehatan oleh OJK. Apabila bank tersebut mengalami kesulitan likuidasi danatau kondisi kesehatan
semangkin memburuk, OJK segera menginformasikan ke Bank Indonesia untuk melakukan langkah-langkah sesuai dengan kewenangan Bank Indonesia.
63
Sebagai lembaga yang ditetapkan bertugas sebagai dan berwenang di bidang pengaturan dan pengawasan macroprudential berarti BI adalah sistemik
regulator yang bertanggungjawab meningkatkan stabilitas sistem keuangan. Meskipun disadari bahwa stabilitas sistem keuangan bukan hanya tanggung jawab
bank sentral. Oleh karena itu, dalam menjaga stabilitas sistem keuangan, BI bersama-sama dengan Kementrian Keuangan, OJK dan LPS tergabung dalam
Forum Stabilitas Sistem Keuangan FSSK.
64
2. Hubungan OJK dengan Badan Pemeriksa Keuangan BPK
Badan Pemeriksa Keuangan akan mengoptimalkan perannya dalam melaksanakan pemeriksaan yang relevan dengan kebutuhan. Badan Pemeriksa
Keuangan juga akan melakukan komunikasi yang konstruktif dengan pengawas
63
Andrian Sutedi, Op.Cit.,hlm.278.
64
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
35 internal BPJS dewan pengawas dan SPI, pengawas eksternal Dewan Jaminan
Sosial Nasional dan Otoritas Jasa Keuangan, serta instansi terkait lainnya dalam hal ini membangun tata kelola keuangan yang baik, tentunya dengan
memperhatikan posisi strategis Badan Pemeriksa Keuangan.
65
Akuntabilitas perencanaan dan penggunaan anggaran wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari DPRD. Dalam hal akuntabilitas pelaksanaan tugas,
OJK wajib menyusun laporan yang terdiri atas laporan kegiatan secara berkala kepada Presiden dan DPR. Selain laporan kegiatan, OJK juga diwajibkan
menyusun laporan keuangan tahunan yang diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK atau Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk oleh BPK.
66
3. Hubungan OJK dan Lembaga Penjamin Simpanan LPS
Lembaga Penjamin Simpanan LPS didirikan dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. LPS memiliki dua
fungsi yaitu menjamin dana nasabah penyimpanan pada industri perbankan dan turut menjaga stabilitas sistem perbankan. Untuk mengefektifkan peran dan fungsi
LPS, UU OJK menetapkan pengaturan hubungan antara OJK dengan LPS dengan memberikan kewenangan lebih luas kepada LPS yaitu dengan menetapkan Ketua
Dewan Komisioner LPS sebagai anggota FKSSK Forum Kordinasi Stabilitas Sistem Keuangan.
67
Monitoring dan evaluasi terhadap stabilitas sistem keuangan akan menjadi bidang kerja dari Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan FKSSK. Forum
ini akan memformulasikan serta mengimplementasikan kebijakan-kebijakan untuk
65
Ibid, hlm. 279.
66
Ibid, hlm.279.
67
Zulkarnail Sitompul, Op.Cit.,hlm. 16.
Universitas Sumatera Utara
36 mencegah serta menyelesaikan krisismasalah sistem keuangan. Dalam
melaksanakan tugasnya tersebut, forum ini mengkomunikasikan temuannya kepada institusi lainnya. Terkait dengan Pasal 63 ayat 3, Forum Koordinasi
Stabilitas Sistem Keuangan FKSSK akan mengambil alih kewenangan, tugas dan fungsi Komite Koordinasi sebagaimana termuat di dalam UU LPS.
68
Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan juga menetapkan bahwa LPS dapat melakukan pemeriksaan terhadap bank terkait dengan fungsi, tugas dan
wewenang LPS sebagai lembaga yang menjamin simpanan masyarakat dan turut menjaga stabilitas sistem perbankan.Lingkup pemeriksaan yang dapat dilakukan
LPS meliputi pemeriksaan premi, posisi simpanan bank tingkat bunga, kredit macet dan tercatat, bank bermasalah, kualitas asset serta kejahatan di sektor
perbankan.
69
Otoritas Jasa Keuangan wajib memberikan informasi berkala kepada Lembaga Penjamin Simpanan mengenai laporan keuangan bank yang telah
diaudit, hasil pemeriksaan bank dan kondisi kesehatan keuangan bank yang diatur dalam Pasal 38 ayat 2 UU OJK. Berdasarkan uraian diatas, maka hubungan
Koordinasi dan kerja sama OJK, Bank Indonesia dan LPS serta lembaga lainnya dapat di simpulkan sebagai berikut :
70
a. Otoritas Jasa keuangan, Bank Indonesia, dan LPS membangun dan
memelihara sarana pertukaran informasi secara terintegrasi.
68
Nova Asmirawati, Catatan Singkat Terhadap Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Jurnal Legislasi Indonesia , Volume 9, Nomor3,
Oktober 2012, hlm. 454.
69
Zulkarnail Sitompul,Op.Cit.,hlm. 16.
70
Abdul Hanan, “Tugas, Wewenang dan Kedudukan OJK” Medan : disampaikan pada seminar Hukum dalam rangka meningkatkan pemahaman atas peran dan tujuan Otoritas Jasa
Keuangan , 14 November 2013, hlm.3.
Universitas Sumatera Utara
37 b.
Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, dan LPS berbagi seluruh informasi tentang perbankan tirnely basis dengan menjaga kerahasian.
c. Otoritas Jasa keuangan, Bank Indonesia, dan LPS bekerja samadalam
kegiatan pemeriksaan bank. d.
Otoritas Jasa Keuangan segera menginformasikan ke Bank Indonesia terhadap bank yang mengalami kesulitan keuangan likuidasi atau kondisi
memburuk untuk dilakukan langkah-langkah sesuai dengan kewenangan Bank Indonesia lender of last resort.
e. Otoritas Jasa Keuangan, Kementrian Keuangan, Bank Indonesia dan LPS
bekerja sama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan dalam pencegahan serta penanganan krisis.
f. Otoritas Jasa Keuangan bekerja sama dan berkoordinasi dengan instansi
lain, termasuk penegakan hukum dalam rangka penyidikan dan perlindungan konsumen.
g. Otoritas Jasa Keuangan OJK bekerja dan berkoordinasi dengan instansi
lain nasional maupun internasional berdasarkan asas timbal balik yang seimbang.
4. Posisi OJK dalam ketataNegara an
Undang- undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa keuangan mendefenisikan OJK sebagai lembaga yang independen bebas dari campur tangan
pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. Secara kelembagaan OJK berada di
luar pemerintah, yang dimaknai bahwa OJK tidak menjadi bagian dari kekuasaan
Universitas Sumatera Utara
38 pemerintah, meskipun OJK berada di luar pemerintah, namun tidak menutup
kemungkinan adanya unsur-unsur perwakulan pemerintah karena hahekatnya OJK merupakan Otoritas Jasa keuangan yang mempunyai relasi dan keterkaitan dengan
otoritas lain, dalam hal fiskal dan moneter.
71
Pernyataan Kementerian Sekretariat Negara Melalui Surat Kementrian Sekretariat Negara Kepada Dewan Komisioner OJK Nomor B-
61KemensetnegD-2KN.01.00013013 tanggal
21 Januari
2013 yang
menyatakan bahwa : “Meskipun tidak diatur secara khusus bahwa OJK merupakan lembaga
Negara , akan tetapi karena menjalankan tugas dan fungsi Negara , dapat dimaknai bahwa OJK merupakan Lembaga Negara
”. Otoritas Jasa Keuangan dalam menjalankan tugas dan fungsi Negara
yang terbagi atas, menjalankan fungsi-fungsi pembuatan dan pelaksanaan norma hukum law-creating function and law-applying function, melaksanakan fungsi-
fungsi yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Negara dalam pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan.Sehingga OJK merupakan Lembaga Negara
yang bersifat constitutional importance, dalam hal ini indirect constitusional. Dalam hubungannya koordinasi OJK dengan Lembaga Keuangan Laiannya hal
yang menjadi penting untuk di perhatikan adalah indenpendensi dan transparansi sehingga tujuan pembentuakan OJK dapat tercapai.
72
1. Indenpendensi
71
Ibid.
72
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
39 Otoritas pengawas lembaga jasa keuangan membutuhkan indenpendensi,
baik dari pemerintahan maupun dari industri yang diawasi, sehingga tujuan OJK untuk memastikan keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel dapat tercapai. Pasal 2 UU OJK menetapkan bahwa OJK adalah lembaga yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya serta bebas campur tangan pihak lain. Pentingnya independensi bagi otoritas pengawas jasa keuangan karna dual hal.
Pertama, hampir semua krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1990an diakibatkan oleh pengaruh politik. Lemah dan tidak efektifnya regulasi seringkali
disebabkan campur tangan politik. Kedua, dialihkannya kewenangan pengawasan dari bank sentral. Bank sentral selama ini telah mendapat independensi sehingga
dengan dialihkannya pengawasan dari bank sentral isu independensi muncul kembali. Indenpendensi regulasi dimaksudkan sebagai kemampuan dari lembaga
pengawas memperoleh suatu tingkatan ekonomi dalam menetapkan peraturan teknis yang mengatur industri yang diawasinya sesuai dengan undang-undang
yang berlaku.
73
2. Transparansi
Transparansi adalah fitur utama pemerintahan demokratis. Transparansi dapat mengurangi kekuasaan kelompok penekan dan memberikan kesempatan
luas kepada publik memantau proses pengambilan keputusan, Transparansi meliput pemberian informasi kepada publik oleh pembuat kebijakan tentang
rencana kebijakan yang akan diambil dan implikasi kebijakan tersebut bagi
73
Julkarnain Sitompul, “konsepsi dan Transformasi Otoritas Jasa keuangan,”Jurnal
Legislasi Indonesia , Volume 9, Nomor3, Oktober 2012, hlm. 347-148.
Universitas Sumatera Utara
40 masyarakat, kemampuan masyarakat atau pihak yang akan diatur untuk
mengajukan tanggapan baik lisan maupun secara tertulis tentang usulan kebijakan, informasi yang diberikan oleh pembuat kebijakan tentang proses penetapan
kebijakan dan kebijakan yang diputuskan dapat diakses oleh publik.
74
Esensi dari transparansi adalah pada proses pembuatan kebijakan sehingga transparansi dapat meningkatkan rasionalitas keputusan karena transparansi
memberikan kesempatan kepada beragam pihak untuk memberi masukan kepada pembuatan kebijakan.
75
74
Ibid,hlm. 349.
75
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang