102
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan terkait dengan penulisan skripsi ini adalah:
1. Regulasi atau pengaturan OJK harus melindungi investor untuk membangun
kepercayaan terhadap pasar, memastikan bahwa pasar yang terbentuk adalah pasar yang fair, efisien, dan transparan, mengurangi risiko sistemik, dan
melindungi lembaga keuangan dari penyalahgunaan atau malpraktek dari konsumen seperti money laundering, guna mencapai sasaran tersebut
perlunya dilakukan amandemen terhadap Peraturan-perundangan di sektor jasa keuangan.
2. Sebagai lembaga otoritas yang memperoleh dana dari APBN dan pungutan
terhadap Lembaga Keuangan yang diawasinya, OJK dapat mengurangi intervensi dari pemerintah maupun indutri, sebab terdapat kombinasi pungutan
dan APBN sebagai sumber penerimaan, dihawatirkan bila sumber dana hanya berasal dari pungatan atau APBN saja dapat mempengaruhi OJK dalam
membuat kebijakan, akibat intervensi yang dilakukan pemerintah maupun industry.
3. Terhadap wajib bayar yang sedang mengalami kesulitan keuangan atau
Kepailitan, hendaknya OJK dengan kewenangannya dapat langsung melakukan analisa tanpa harus menunggu pengajuan permohonan, sebab telah
ada putusan permohonan pernyataan pailit sebagai indikasi awal wajib bayar sedang mengalami kesulitan keuangan. Sehingga pengurangan pungutan
Universitas Sumatera Utara
103 sampai dengan 0 dapat langsung diterapkan agar tidak semangkin
mempersulit keuangan wajib bayar tersebut.
Universitas Sumatera Utara
19
BAB II PENGATURAN DAN PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN
TERHADAP SEKTOR JASA KEUANGAN
A. Latar Belakang Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan
Sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan umum UU OJK, dalam rangka mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh dengan stabil dan
berkelanjutan, program pembangunan ekonomi harus dilaksanakan secara komprehensif serta tata kelola pemerintahan yang baik dan mampu menggerakkan
kegiatan perekonomian nasional yang memiliki jangkauan yang luas dan menyentuh keseluruh sektor riil dari perekonomian masyarakat indonesia. Salah
satu komponen penting dalam sistem perekonomian nasinal dimaksud adalah sistem keuangan dan seluruh kegiatan jasa keuanngan yang menjalankan fungsi
intermediasi bagi berbagai kegiatan produktif di dalam perekonomian nasional.Negara secara serius memberikan perhatian yang serius terhadap
perkembangan kegiatan sektor jasa keuangan, dengan mengupayakan terbentuknya kerangka peraturan dan pengawaasan sektor jasa keuangan yang
terintegrasi dan komprehensif.
37
Secara yuridis, OJK sebagai lembaga pengawas jasa keuangan lahir dari amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana diubah terakir kali
dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Bank Indonesia, yang dalam Pasal 34 diamanatkan bahwa wewenang pengawasan terhadap bank dari
37
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Penjelasan Umum.
Universitas Sumatera Utara
20 Bank Indonesia sebagai pengawas sektor perbankan dialihkan kepada lembaga
pengawas sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang- undang. Disebutkan pula selain pengawasan terhadap sektor perbankan, lembaga
pengawas ini akan pula mengawasi sektor jasa keuangan lainnya seperti asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan, serta badan-
badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. OJK didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-LK dalam pengaturan dan pengawasan pasar
modal dan lembaga keuangan, dan menggantikan peran Bank Indonesia dalam pengaturan dan pengawasan bank, serta untuk melindungi konsumen industri jasa
keuangan.
38
Pengawasan sektor jasa keuangan selain bank yang semula dilakukan antara lain oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Bapepam
LK juga beralih kepada Otoritas Jasa Keuangan. Pembentukan OJK sendiri kemudian dikukuhkan dengan disahkannya Undanng-Undang Nomor 21 Tahun
2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
39
Undang-ndang ini sebagai dasar hukum pembentukan Lembaga Otoritas Jasa Keuangan pada dasarnya memuat ketentuan
tentang organisasi dan tata kelola governance dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasaan terhadap sektor jasa keuangan. Sedangkan
ketentuan mengenai jenis-jenis produk jasa keuangan, cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan, kualifikasi dan kriteria lembaga jasa keuangan,
tingkat kesehatan dan pengaturan prudensial serta ketentuan tentang jasa
38
Otoritas Jasa Keuangan,https:id.wikipedia.orgwikiOtoritas_Jasa_Keuangan Diakses tanggal 25 Mei 2015.
39
Khopiatuziadah, “hubungan kelembagaan antar pengawas sektor perbankan: perspektif undang-
undang tentang otoritas jasa keuangan,” Jurnal Legislasi Indonesia,Vol.9, Nomor3, Oktober 2012, hlm. 426.
Universitas Sumatera Utara
21 penunjang sektor jasa keuangan dan lain sebagainya yang menyangkut tentang
jasa penunjang sektor jasa keungan diatur dalam undang-undang sektor tersendiri.
40
Adapun hal-hal yang melatarbelakangi lahirnya UU OJK, yaitu
41
: 1.
Sistem keuangan dan seluruh kegiatan jasa keuangan yang menjalankan fungsi intermediasi bagi berbagai kegiatan produktif di dalam perekonomian nasional
merupakan salah satu komponen penting dalam sistem perekonomian nasional.
2. Terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan
di bidang teknologi informasi serta inovasi finansial telah menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait antar-subsektor
keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan. 3.
Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di berbagai subsektor keuangan konglomerasi telah menambah kompleksitas
transaksi dan interaksi antarlembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan. 4.
Banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yang meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen
jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem keuangan. Alasan lain yang memicu dilakukannya perubahan terhadap struktur
kelembagaan pengawasan sektor jasa keuangan antara lain. Munculnya konglomerasi keuangan dan mulai diterapkan universal banking di banyak Negara
. Kondisi ini menyebabkan regulasi yang didasarkan atas sektor menjadi tidak
40
Rudy Hendra Pakpahan, “Akibat Hukum Dibentuknya Lembaga Otoritas Jasa
Keuangan Terhadap Pengawasan Lembaga Keuangan di Indonesia, ” Jurnal Legislasi Indonesia,
Vol.9 Nomor3, Oktober 2012, hlm. 416.
41
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
22 efisien dalam regulasi dan supervisi. Stabilitas sistem keuangan telah menjadi isu
utama bagi lembaga pengawas dan lembaga pengawas yang awalnya belum memperhatikan masalah stabilitas sistem keuangan, mulai mencari struktur
kelembagaan yang tepat untuk meningkatkan stabilitas sistem keuangan. Kepercayaan dan keyakinan pasar terhadap lembaga pengawas menjadi
komponen utama good governance. Untuk meningkatkan good governance pada lembaga pengawas jasa keuangan, banyak Negara melakukan revisi struktur
lembaga pengawas jasa keuangan.
42
Terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi serta inovasi finansial yang menciptakan
suatu sistem keuangan yang kompleks, dinamis, dan saling terkait, serta hubungan kepemilikan di berbagai sub-sektor keuangan konglomerasi semangkin
menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antar lembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan.
43
Dalam pembentukannya UU OJK mengalami pro dan kontra yang diuraikan sebagai berikut :
1. Pengalihan fungsi pengawasan bank dari bank sentral di Negara yang
industri kuangannya didominasi oleh industri perbankan. Ide pembentukan otoritas pengawas sektor jasa keuangan yang terpisah
dari otoroitas moneter sejak awal telah menui perdebatan dan kontroversi. Bismar Nasution menyebutkan bahwa amanat pembentukan OJK harus dikritisi secara
mendalam, apakah amanat demikian dapat membuat pengawasan bank menjadi
42
Bismar Nasution, “Struktur Regulasi Indenpendensi Otoritas Jasa Keuangan” Medan : Makalah disampaikan pada seminar Hukum dalam rangka meningkatkan pemahaman atas peran
dan tujuan Otoritas Jasa Keuangan, 13 November, 2013, hlm. 2.
43
Zulkarnain Sitompul, Op.Cit.,hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
23 lebih baik dan dapat membawa perubahan lebih baik pada sistem ekonomi,
terutama dalam pengaturan dan pengawasan pengelolaan kegiatan sektor keuangan yang diselenggarakan oleh lembaga jasa keuangan.
44
2. Penundaan pembentukan OJK dari tanggal 31 Desember 2002 sampai 31
Desember 2010 atau sekitar 8 tahun. Menjadi pertanyaan sendiri, benarkah faktor kesiapan infrastruktur dan
sumber daya manusia yang menjadi alsan mendasar perubahan ini sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan umum? Pembentukan lembaga pengawasan sektor
jasa keuangan ini sebenarnya masuk dalam satu poin letter of intend LOI antara pemerintah dan IMF sebagaimana salah satu persyaratan bagi pemerintah
mendapatkan pinjaman pada saat krisis ekonomi pertengahan tahun 1997-1998. Walaupun banyak keberatan dari berbagai pihak baik DPR, Pemerintah dan Bank
Indonesia hampir tidak mempunyai kekuatan untuk menolak ketentuan IMF, termasuk pembentukan lembaga pengawasan jasa keuangan ini.
45
Pembentukan lembaga ini kemudian diundur samapai dengan tahun 2010 dengan alasan kesiapatan infrastruktur, pendanaan, dan sumber daya manusia.
Bank ndonesia menganggap pemerintah belum siap membentuk dan mengoprasionalkan sebuah lembaga super di bidang pengawasan sektor keuangan
di Indonesia. Tarik ulur pembentukan badan pengawas menjadi lebih kencang pada tahun yang samaletter of intend LOI antara pemerintah dan IMF akan
segera berakhir.
46
44
Khopiatuziadah, Op.Cit.,hlm. 429.
45
Ibid, hlm. 431.
46
Ibid, hlm. 432.
Universitas Sumatera Utara
24 3.
Dari sisi pendanaan sendiri, kerugian Negara dari beban tanggungan bantuan likuidasi.
Bank Indonesia yang jumlahnya mencapai ratusan triliun rupiah akibat lemahnya pengawasan Bank Indonesia, secara tidak langsung menjawab keraguan
pentingnya lembaga pengawas sektor jasa keuangan, guna mencegah kejadian dan kerugian yang sama. Munculnya kasus perbankan yang baru seperti kasus bank
century dan beberapa perusahaan sekuritas, mangkin mendorong kebutuhan percepatan pembentukan lembaga pengawasan sektor keuangan, termasuk
perbankan.
47
4. Pembentukan otoritas pengawas sektor keuangan yang terpisah dari otoritas
moneter. Struktur OJK di Indonesia menggunakan pendekatan intergrated
approach, di mana OJK mengawasi seluruh lembaga keuangan seperti halnya FSA di Inggris, di Australia dan di Korea Selatan, sejarah menunjukan gagalnya
kordinasi dengan Bank of England BoE dalam penanganan Northern Rock. Di korsel, FSA mengalami tekanan politik yang hebat agar pengawasan
dikembalikan ke bank sentral akibat maraknya kasus korupsi. Tantangan kedepan OJK adalah bahwa masalah yang terjadi di Inggris dan Korea Selatan agar tidak
berulang di Indonesia.
48
Namun demikian, terdapat argumen yang mendukung pengawasan bank tetap di tangan bank sentral adalah fungsi pengawasan bank dapat membantu bank
sentral menjalankan fungsi dengan baik, karna dapat memperoleh informasi yang
47
Ibid
48
Ibid, hlm. 433.
Universitas Sumatera Utara
25 dibutukan sevara cepat dan menyeluruh.pengetahuan tentang keadaan dan
kesehatan sistem perbankan dapat meningkatkan kualitas analisis dan prediksi kondisi keuangan yang dibuat bank sentral. Alasan lain yakni untuk
mengantisipasi konflik kepentingan antar lembaga dan juga lebih ekonomis.
49
Naskah Akademik Pembentukan OJK dinyatakan bahwa salah satu dasar pertimbangan pembentukan OJK adalah bestpractices di beberapa Negara dan
memperhatikan model pengawasan industri jasa keuangan di berbagai Negara di dunia. Meskipun sangat beragam, namun model pengawasannya dapat
diklasifikasikan dalam 3 tiga kelompok yaitu :
50
1. Multi Supervisory Model, yaitu pengaturan dan pengawasan sektor jasa
keuangan yang dilakukan oleh lebih dari dua otoritas. Masing-masing industri jasa keuangan seperti perbankan, pasar modal, asuransi, dan lembaga jasa
keuangan lainnya diatur dan diawasi oleh masing-masing regulator yang berbeda. Model ini ditetapkan oleh beberapa Negara seperti Amerika
Serikat dan Republik Rakyat China. 2.
Twin Peak Supervisory Model, yaitu pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan yang dilakukan oleh dua otoritas utama yang pembagiannya
didasarkan pada aspek prudential dan aspek market conduct. Dalam model ini lembaga keuangan prudensial seperti bank dan peruahaan asuransi berada
dalam satu jurisdiksi pengaturan dan pengawasan tersediri, sedangkan perusahaan efek dan lembaga keuangan lainnya serta seluruh produk-produk
jasa keuangan berada dalam satu jurusdiksi pengaturan dan pengawasan
49
Ibid
50
Ibid, hlm. 434-435.
Universitas Sumatera Utara
26 tersendiri pula. Model ini diterapkan oleh Negara -Negara seperti Autralia
dan Canada. 3.
Unified Supervisory Model, yaitu pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan oleh otoritas yang terintegrasi di bawah satu lembaga atau bandan
yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap seluruh sektor jasa keuangan mencakup perbankan, pasar modal, asuransi, dan lembaga
keuangan lainnya. Yang pertama menerapkan model ini adalah Norwegia Tahun 1986. Sampai saat ini sudah di terapkan lebih dari 30 Negara seperti,
Inggris, Jepang, Korea Selatan dan Jerman. Pengalaman krisis perbankan yang pernah terjadi di Indonesia serta
struktur dan sistem keuangan yang saat ini berlaku, maka model pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan yang sangat sesuai dengan Indonesia adalah
Unified Supervisory Model, yaitu suatu sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi di dalam suatu lembaga tunggal yang disebut OJK.
51
Mempertimbangkan berbagai latar belakang tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan penataan kembali struktur pengorganisasian dari lembaga-
lembaga yang melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di Sektor Jasa Keuangan. Diharapkan nantinya kegiatan di dalam sektor jasa keuangan dapat
terselengara secara lebih teratur, adil, transparan, dan akuntabel, mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan
mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
52
51
Ibid
52
Andrian Sutedi, Op.Cit., hlm.136.
Universitas Sumatera Utara
27
B. Pengaturan dan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Sektor Jasa Keuangan