63
BAB IV PENGURANGAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN
SEBAGAI AKIBAT DARI KEPAILITAN
A. Kepailitan Lembaga Keuangan
Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitur Pailit yang Pengurusan dan Pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan
Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalamPasal 1 ayat 1 Undang- UndangNomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang selanjutnya disebut Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. 1.
Syarat-syarat kepailitan Syarat-syarat kepailitansangat penting karena bila permohonan kepailitan
tidak memenuhi syarat, maka permohonan tersebut tidak akan dikabulkan oleh pengadilan niaga. Syarat-syarat tersebut ialah sebagai berikut :
120
a. Pailit ditetapkan apabila debitur yang mempunyai dua kreditur atau lebih
tidak mampu membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang t Kepailitan dan PKPU.
b. Paling sedikit harus ada 2 dua kreditur concurus creditorum.
c. Harus ada utang.
Undang-Undang Kepailitan dan PKPU tidak menentukan apa yang dimaksud dengan utang. Dengan demikian para pihak yang terkait dengan
120
adrian sutedi, Op.Cit., hlm. 31-32.
Universitas Sumatera Utara
64 suatu permohonan peryataan pailit dapat berselisih pendapat mengenai ada
atau tidaknya utang. d.
Syarat utang harus telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU tidak membedakan, tetapi
menyatukan syarat utang yang telah jatuh tempo dan utang yang telah dapat di tagih.
e. Syarat cukup satu utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Bunyi Pasal 2
ayat 1 di dalam Undang-Undang Kepailitan dan PKPU merupakan perubahan dari bunyi Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1998 tentang Kepailitan dan Faillissementsverordening Stb. 1905 Nomor 2017 jo.S.1906 Nomor 348. Bunyi Pasal 1 ayat 1 Fv adalah :
“setiap debitur yang tidak mampu membayar utangnya yang berada dalam keadaan berhenti membayar kembali utang tersebut, baik atas
permintaannya sendiri maupun atas permintaan seseorangkreditor atau beberapa orang kreditornya, dapat diadakan putusan oleh hakim yang
menyatakan bahwa debitur yang bersangkutan dalam keadaan pailit”. f. Debitur harus dalam keadaan insoven, yaitu tidak membayar lebih dari
50 utang-utangnya. Debitur harus telah berada dalam keadaan berhenti membayar kepada para krediturnya, bukan sekedar tidak membayar
kepada satu atau dua orang kreditur saja.
121
Sedangkan syarat selanjutnya terdapat suatu utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik secara langsung
121
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
65 maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena
perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitur, dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditur untuk mendapat pemenuhan dari
harta kekayaan debitur.
122
Berdasarkan definisi atau rumusan di atas, unsur-unsur untuk dapat dikatakan utang adalah :
123
a. Adanya kewajiban Kewajiban yang dimaksud tidak saja yang timbul akibat suatu perikatan,
baik yang timbul karena persetujuan juga timbul dari undang-undang, maupun yang timbul akibat suatu perintah hakim demi kepentingan
kreditur. b. Yang dapat dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah utang
Kalimat atau dapat dinyatakan dalam jumlah utang menunjukan Undang- Undang Kepailitan dan PKPU telah memberikan utang dalam pengertian
yang luas, yaitu utang yang timbul akibat suatu perjanjian, juga termasuk utang yang timbul akibat suatu undang-undang yang dapat meliputi suatu
akibat perbuatan melawan hukum; 1
baik secara langsung maupun yang timbul di kemudian hari; 2
ditimbulkan akibat suatu perjanjian atau karena undang-undang; 3
wajib dipenuhi oleh debitur; dan 4
menimbulkan hak dari kreditur untuk menuntut debitur.
122
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bab I, pasal 1 ayat 6.
123
Bagus Irawan, Aspek-Aspek Hukum Kepailitan; Perusahaan; dsn Asuransi Bandung : PT. Alumni, 2007, hlm. 53-54.
Universitas Sumatera Utara
66 Timbulmya utang menimbulkan hak untuk memperoleh pembayaran
sejumlah uang atau Right to payment.
2.Pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit sesuai dengan Pasal 2 Undang- Undang Kepailitan dan PKPU adalah sebagai berikut :
a. Debitur sendiri
Undang-undang memungkinkan seorang debitur untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit atas dirinya sendiri. Jika debitur masih terikat
dalam pernikahan yang sah, permohonan hanya dapat diajukan atas persetujuan suami atau istri yang menjadi pasangannya diatur dalam Pasal 4
ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. b. Seorang kreditur atau lebih
Kreditur yang dapat mengajukan permohonan pailit terhadap debiturnya adalah kreditur konkuren, kreditur preferen, ataupun kreditur sparatis diatur
dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. c. Kejaksaan
Permohonan pailit terhadap debitur juga dapat diajukan oleh kejaksaan demi kepentingan umum
124
Pengertian kepentingan umum adalah kepentingan bangsa dan negara dan atau kepentingan masyarakat luas, misalnya:
125
1 debitur melarikan diri;
2 debitur menggelapkan bagian dari harta kekayaannya;
124
Republik Indonesia, Undang-Undang nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bab II, Pasal 2 ayat 2.
125
Jono, Hukum Kepailitan Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 12-13.
Universitas Sumatera Utara
67 3
debitur mempunyai utang kepada BUMN atau badan usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat;
4 debitur mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana dari
masyarakat luas; 5
debitur tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelesaikan masalah utang piutang yang telah jatuh waktu; atau
6 dalam hal lainnya yang menurut kejaksaan merupakan kepentingan
umum. d. Otoritas Jasa Keuangan
Permohonan pernyataan pailit terhadap perbankan, perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan,
dan penyelesaian dengan adanya OJK, otomatis telah mengubah prosedur permohonan pailit terbatas pada perusahaan perusahaan efek, bursa efek,
lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian yang dahulu menjadi kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal
Bapepam-LK dan tersebut beralih ke OJK.
126
Terhadap perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan
perusahaan reasuransi syariah juga hanya dapat diajukan oleh OJKsesuai dengan Pasal 50 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian yang menyatakan: “Permohonan pernyataan pailit terhadap perusahaan asuransi,
perusahaan asuransi
syariah, perusahaan
reasuransi, dan
126
Alfin Sulaiman, “Hubungan OJK Terhadap Prosedur Kepailitan Perbankan dan Industri
Keuangan”,http:www.hukumonline.comklinikdetaillt52dfe654d9902hubungan-ojk-terhadap- prosedur-kepailitan-perbankan-dan-industri-keuangan diakses Tanggal 15 Juni 2015
Universitas Sumatera Utara
68 perusahaan reasuransi syariah berdasarkan Undang-Undang ini
hanya dapat diajukan oleh Otoritas Jasa Keuangan”. Sejalan dengan ruang lingkup tugas Otoritas Jasa keuangan yang
berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan,
maka kewenangan pengajuan pailit terhadap perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan
reasuransi syariah dan dana pensiun yang semula dilakukan oleh Menteri Keuangan berdasarkan Undang-Undang Kepailitan dan PKPU beralih
menjadi kewenangan OJK berdasarkan Undanag-Undang ini.
127
Transaksi efek di pasar modal, mengandalkan analisis pasar yang dilakukan oleh profesional di bidang pasar modal. Jika perusahaan yang
bergerak di pasar modal sewaktu-waktu di pailitkan, otoritas jasa keuangan yang mengetahui seluk-beluk badan usaha yang bergerak di
bidang pasar modal tersebut.
128
f. Menteri keuangan Perusahaan arusansi, perusahaan reasuransi, dana pensiun dan badan
usaha milik negara yang bergerak dibidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri
Keuangan, sesuai denganPasal 2 ayat 5 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, Namun dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun
127
Republik indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, bab X, Pasal 50 ayat 1.
128
Sentosa sembiring, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-Undangan yang Terkait dengan Kepailitan Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2006, hlm. 27.
Universitas Sumatera Utara
69 2014 tentang Perasuransian maka kewenangan permohonan pernyataan
pailit terhadap perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah hanya dapat
diajukan oleh Otoritas Jasa Keuangan, yang diatur dalam Pasal 50 ayat 1. Sedangkan Permohonan pernyataan pailit terhadap BUMN yang bergerak
di bidang kepentingan publik hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan, dengan maksud untuk membangun tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap usaha-usaha tersebut.
129
Kepailitan perusahaan merupakan cara untuk perampingan perusahaan yang dilakukan dengan cara mempergunakan pranata hukum tentang kepailitan
yang kemudian diikuti oleh likuidasi perusahaan. Walaupun likuidasi perusahaan ini dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu menggunakan prosedur pailit. Namun
prosedur likuidasi dengan atau tanpa prosedur pailit baru dilakukan jika cara-cara ;ain sudah tidak feasible lagi untuk dilakukan.
130
Suatu hukum kepailitan dapat memenuhi tujuan-tujuan di bawah ini :
131
a. Meningkatkan upaya pengembalian kekayaan
Semua kekayaan debitur harus ditampung dalam suatu kumpulan dana yang sama disebut harta kepailitan yang disediakan untuk pembayaran
tuntutan kreditur. Kepailitan menyediakan suatu forum untuk likuidasi secara kolektif atas asset debitur.
129
Jono, Op. Cit., hlm. 20.
130
Bagus Irawan, Op.Cit.,hlm. 98-99. Likuidasi adalah tindakan penyelesaian seluruh hak dan kewajiban sebagai akibat
pencabutan izin usaha dan pembubaran perusahaan dengan menetapkan aktiva dan membagi- bagikan aktiva untuk menutupi utang-utang atau kewajiban-kewajiban.
131
Jono, Op.Cit.,hlm.4.
Universitas Sumatera Utara
70 b.
Memberikan perlakuan baik yang seimbang dan yang dapat diperkirakan sebelumnya kepada para kreditur
Pada dasarnya, para kreditor dibayar secara pari passu; mereka menerima suatu pembagian secara pro rata parte dari kumpulan dana tersebut sesuai
dengan besarnya tuntutan masing-masing. Prosedur dan peraturan dasar dalam hubungan ini harus dapat memberikan suatu kepastian dan
keterbukaan. Kreditur harus mengetahui sebelumnya mengenai kedudukan hukumnya.
c. Memberikan kesempatan yang praktis untuk reorganisasi perusahaan yang
sakit, tetapi masih potensial bila kepentingan para kreditur dan kebutuhan sosial dilayani dengan lebih baik dengan mempertahankan debitur dalam
kegiatan usahanya. 3. Peroses permohonan pernyataan pailit diatur dalam Pasal 6 sampai Pasal 11
Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, yang memuat tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap pendaftaran permohonan pailit
Pemohon mengajukan permohonan pailit kepada Ketua Pengadilan Niaga. Panitera Pengadilan Niaga wajib mendaftarkan permohonan
tersebut pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan dan kepada pemohon diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh pejabat
yang berwenang dengan tanggal sama dengan tanggal pendaftaran.
132
132
Ibid, hlm.87.
Universitas Sumatera Utara
71 Pasal 6 ayat 3 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU
mewajibkan panitera untuk menolak pendaftaran permohonan pernyataan pailit bagi institusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3, ayat 4,
dan ayat 5 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, jika dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam ayat-ayat tersebut.
133
Pasal 6 ayat 3 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU ini pernah diajukan Judicial
Review di Mahkamah Konstitusi dan Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 071PUU-II2004 dengan Perkara Nomor 001-
002PPU.III2005 telah menyatakan bahwa Pasal 6 ayat 3 beserta penjelasannya tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Berdasar putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, panitera Pengadilan Niaga menjadi tidak berwenang untuk menolak setiap perkara
yang masuk. Setelah mendaftarkan permohonan pernyataan pailit, panitera menyampaikan permohonan tersebut kepada Ketua Pengadilan Niaga
paling lambat 2 dua hari setelah permohonan didaftarkan.
134
b. Tahap pemanggilan para pihak
Sebelum persidangan dimulai, pengadilan melalui juru sita melakukan pemanggilan para pihak baik debitur dan kreditur, dengan ketentuan
sebagai berikut :
135
1 Wajib memanggil debitur, dalam hal permohonan pernyataan pailit
diajukan oleh kreditor, kejaksaan, OJK, atau Menteri Keuangan.
133
Ibid.
134
Ibid.
135
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
72 2
Dapat memanggil kreditur, dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan oleh debitur dan terdapat keraguan bahwa persyaratan untuk
dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU telah terpenuhi, pemanggilan
dilakukan juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7 hari sebelum siding pemeriksaan pertama diselenggarakan.
c. Tahap Persidangan atas permohonan pernyataan pailit
Jangka waktu paling lambat 3 hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan, pengadilan mempelajari permohonan dan
menetapkansidang pemeriksaan atas permohonan tersebut. Sidang diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 20 hari setelah tanggal
permohonan didaftarkan.
136
Selama putusan atas permohonan pernyataan pailit belum diucapkan, setiap kreditor, kejaksaan, bank Indonesia, OJK, atau Menteri
Keuangan dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan berupa:
137
1 meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan
debitur; 2
menunjuk kurator sementara untuk mengawasi ; a
pengelolaan usaha debitur; b
pembayaran kepada kreditor, pengalihan, atau pengagunan kekayaan debitur yang dalam kepailitan merupakan wewenang
kurator.
136
Ibid.
137
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bab II, Pasal 10 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
73 d.
Tahap putusan atas permohonan pernyataan pailit Putusan Pengadilan Niaga atas permohonan pernyataan pailit harus
diucapkan paling lambat 60 hari setelah tanggal permohonan pernyataan didaftarkan, sebagai perwujudan asas perdilan yang bersifat cepat, murah,
dan sederhana. Putusan atas permohonan pernyataan pailit wajib diucapkan dlam siding terbuka untuk umum dan wajib memuat secara
lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut serta memuat pula;
138
1 Pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan
danatau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili;
2 pertimbangan hukum dan pendapat yang berbeda dari hakim anggota
atau ketua majelis. Salinan putusan pengadilan atas permohonan pernyataan pailit wajib
disampaikan oleh juru sita dengan surat kilat tercatat kepada debitur, pihak yang mengajukan permohonan pailit, kurator, dan hakim pengawas paling lambat 3
tiga hari setelah tanggal putusan atas permohonan pernyataan pailit diucapkan.
139
Putusan kepailitan adalah bersifat serta merta dan konstitutif yaitu meniadakan keadaan dan menciptakan keadaan hukum baru.
140
138
Jono, Op. Cit., hlm.91.
139
Ibid.
140
Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan Malang: Universitas Muhammadyah, 2007, hlm.103.
Universitas Sumatera Utara
74
B. Akibat Hukum Kepailitan Terhadap Lembaga Keuangan