Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat Dari Kepailitan

82 Pemegang hak tanggungan dapat melaksanakan haknya sebagaimana ditetapkan pada Pasal 1178 KUHPerdata, yaitu menjual benda jaminan. 160

C. Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat Dari Kepailitan

Sebagaimna telah disebutkan sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan merupakan otoritas tunggal di sektor jasa keuangan di Indonesia, yang dibentuk melalui undang-undang OJK. Mempunyai tujuan agar keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. 161 Untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diamanatkan oleh undang- undang, OJK memerlukan adanya jaminan sumber pembiayaan yang mampu mendukung efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai salah satu unsur menjadikan OJK sebagai lembaga yang independen dalam pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan. 162 Angaran OJK bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara danatau Pungutan dari pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan. Pihak sebagaimana dimaksud tersebut wajib membayar Pungutan yang dikenakan OJK. Pungutan OJK digunakan untuk membiayai kegiatan operasional, 160 Ibid, hlm. 113. 161 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pungutan oleh Otoritas Jasa Keuangan , Penjelasan Umum. 162 Zulkarnain Sitompul,Op.Cit., hlm, 16. Universitas Sumatera Utara 83 administratif, pengadaan aset, serta kegiatan pendukung lainnya sesuai dengan Pasal 2 dan Pasal 3 ayat 1 PP 11 Tahun 2014 tentang Pungutan oleh OJK. 163 Pihak yang tidak melakukan atau terlambat melakukan pembayaran Pungutan sebagaimana dimaksud dikenakan sanksi administratif berupa denda oleh OJK sebesar 2 duapersen per bulan dari jumlah Pungutan yang wajib dibayar dan paling banyak 48 empat puluh delapan persen dari jumlah Pungutan yang wajib dibayar dengan ketentuan bagian dari bulan dihitung 1 satu bulan. 164 Pasal 20 ayat 2 menyebutkan Selain sanksi administratif OJK dapat menetapkan sanksi administratif tambahan atau tindakan tertentu. jenis sanksi administratif sebagaimana diatur dalam ketentuan Peraturan Perundang-undangan di Sektor Jasa Keuangan antara lain berupa: 1. peringatan tertulis; 2. penurunan tingkat kesehatan; 3. pembatalan hasil uji kemampuan dan kepatutan; 4. pembatasan kegiatan usaha; 5. perintah penggantian manajemen; 6. pencantuman manajemen dalam daftar orang tercela; 7. pembatalan persetujuan, pendaftaran, dan pengesahan; 8. pembekuan kegiatan usaha; danatau 9. pencabutan izin usaha. 163 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Bab VIII, pasal 34 ayat2. 164 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2014, Bab VII, Pasal 20 ayat 1. Universitas Sumatera Utara 84 Hal ini berarti bahwa pihak tersebut wajib membayar pungutan yang dikenakan OJK. Apabila Pihak sebagai wajib bayar mengalami Kepailitan dan dinyatakan pailit melalui putusan pengadilan, kehilangan kewenanganya onbevoegd dan dianggap tidak cakap onbekwaam untuk mengurus dan menguasai hartanya tersebut. Pengurusan dan penguasaan atas harta debitur beralih kepada kurator. 165 Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU yang menyebutkan sebagai berikut : “Debitur demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaanya yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.” Sebagaimana telah di uraikan sebelumnya Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitur Pailit yang Pengurusan dan Pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalamPasal 1 ayat 1Undang-Undang Kepailitan dan PKPUyang dilakukan terhadap debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu hutang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, akan dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih krediturnya. 166 Sebagai akibat wajib bayar tersebut tidak mampu membayar utang-utangya kepada sebagian besar krediturnya insolvent, dalam hal ini tidak mampu secara financial. 167 Yang dimaksud dengan “kesulitan keuangan” meliputi : 165 Bagus Irawan, Op.Cit,, hlm. 28. 166 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bab II, Pasal 2. 167 Sunarmi, Op.Cit., hlm.33. Universitas Sumatera Utara 85 1. Kesulitan likuidasi yang tidak masuk dalam kategori sebagaimana ditetapkan Bank Indonesia dalam rangka menjalankan fungsi sebagai lender of the last resort yang tidak didukung oleh jaminan memadai yang berpotensi menggangu tingkat solvensi pada bank. 2. Kecendrungan insolvensi yang membahayakan kelangsungan usaha bank; 3. Kesulitan keuangan akibat meningkatnya risiko kredit, risiko operasional, risiko pasar, dan risiko suku bunga. 4. Kesulitan keuangan untuk dapat memenuhi rasio kecukupan modal. Mengenai kriteria kesulitan keuangan dapat kita liat dalam table.I Tabel. I Kriteria Kesulitan Keuangan 168 Nomor Pihak Kriteria 1. Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah a. Bank Dalam Pengawasan Khusus; b. Bank Dalam Likuidasi; atau c. Bank yang apabila dikenakan Pungutan akan mengakibatkan Capital Adequacy Ratio CAR dibawah ketentuan. 2. Emiten dan Perusahaan Publik non sektor jasa keuangan Emiten dan Perusahaan Publik yang selama 3 tahun terakhir berturut-turut mempunyai modal kerja bersih negatif dan mempunyai kewajiban melebihi 80 dari aset perusahaan tersebut. 3. Penjamin Emisi Efek, dan Perantara Pedagang Efek a. Modal Kerja Bersih Disesuaikan MKBD kurang dari yang dipersyaratkan oleh peraturan yang berlaku selama 3 bulan terakhir 168 “Pungutan Terhadap Industri Jasa Keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan” Medan: disampaikan pada seminar Pungutan Oleh OJK dalam mendukung Fungsi dan Tugas OJK secara Independen dan Profesional, April 2014, hlm.13. Universitas Sumatera Utara 86 berturut-turut; b. Rugi bersih 3 tahun terakhir berturut-turut; atau c. Ekuitas negatif 3 tahun terakhir berturut-turut. 4. Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Penyelenggara Perdagangan Surat Utang Negara , Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian, Wali Amanat, Penasihat Investasi berbentuk perusahaan, Perusahaan Pemeringkat Efek, Lembaga Penilai Harga Efek, Agen Penjua Efek Reksa Dana a. Rugi bersih 3 tahun terakhir berturut-turut; atau b. Ekuitas negatif 3 tahun terakhir berturut-turut. 5. Asuransi Jiwa, Asuransi Umum, Reasuransi a. Risk Based Capital RBC kurang dari 100 pada tahun terakhir; atau b. Rasio Kecukupan Investasi kurang dari 100 pada tahun terakhir. 6. Dana Pensiun Lembaga Keuangan dan Dana Pensiun Pemberi Kerja Program Pensiun Manfaat Pasti : a. Kualitas Pendanaan berada di tingkat 3 pada tahun valuasi yang sama dengan laporan keuangan; dan b. Pendiri Dana Pensiun mengalami Kerugian selama 3 tahun terakhir berturut-turut. Program Pensiun Iuran Pasti : Dana Pensiun mengalami penurunan aset sebesar 5 dari aset Dana Pensiun tahun sebelumnya dikarenakan kondisi pasar yang tidak kondusif krisis yang berakibat pada penurunan nilai pasar dari investasi Dana Pensiun. Penurunan tersebut tidak berlaku apabila disebabkan oleh adanya penurunan jumlah peserta yang masuk ke Dana Pensiun atau karena kesalahan pengelolaan aset atau fraud. 7. Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura a. Rugi 3 tahun terakhir berturut-turut; dan b. Sedang dalam pengenaan sanksi Pembatasan Kegiatan Usaha. Universitas Sumatera Utara 87 8. Perusahaan Penjaminan a. Rasio Likuiditas dibawah 50; b. Ekuitas negatif pada tahun berjalan; dan c. Sedang dalam pengenaan sanksi Pembatasan Kegiatan Usaha. 9. Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi a. Rugi 3 tahun terakhir berturut-turut; dan b. Sedang dalam pengenaan sanki Pembatasan Kegiatan Usaha. 10. Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, Perusahaan Konsultan Aktuaria, dan Perusahaan Agen Asuransi Sedang dalam pengenaan sanski Pembatasan Kegiatan Usaha. 11. Penasihat Investasi Orang Perseorangan Dinyatakan pailit oleh pengadilan. 12. Profesi Orang Perseorangan Dinyatakan pailit oleh pengadilan. Pihak yang sedang mengalami kesulitan keuangan dan dalam upaya penyehatan danatau dalampemberesan yang dalam hal ini adalah kepailitan, OJK dapat mengenakan Pungutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1 sampai dengan 0 nol persen. 169 Yang dimaksud dengan “pemberesan”menurut penjelasan Pasal 17 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pungutan oleh Otoritas Jasa Keuangan tentang Pungutan oleh OJK adalah pemberesan yang dilakukan oleh likuidator atau kurator. Pengurangan Pungutan dilakukan dalam bentuk pengajuan permohonan penyesuaian kewajiban pembayaran Pungutan secara tertulis kepada OJK.Sesuai ketentuan Pasal 16 ayat 2 POJK Nomor 3 tahun 2014 tentang tata cara pelaksanaan Pungutan Oleh Otoritas jasa keuangan. Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, paling kurang memuat informasi sebagai berikut: 169 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan, Bab VI, Pasal 17 ayat 1. Universitas Sumatera Utara 88 1. terpenuhinya kriteria kesulitan keuangan sebagaimana terdapat pada Pasal 15 ayat 2; 2. kemampuan keuangan Wajib Bayar yang mengajukan permohonan; 3. program kerja dalam rangka perbaikan kondisi perusahaan jika OJK menetapkan Pungutan lebih kecil dari besaran Pungutan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah tentang Pungutan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pengurangan Pungutan dalam bentuk Permohonan penyesuaian kewajiban pembayaran Pungutan diterima OJK paling lambat 60 enam puluh hari sebelum batas akhir pembayaran Pungutan. Pengurangan Pungutan berupa Penyesuaian besaran Pungutan yang ditetapkan kepada Wajib Bayar berdasarkan hasil analisis yang dilakukan OJK, untuk menentukan wajib bayar dalam keadaaan kesulitan keuangan atau pemberesan yang dalam hal ini adalah Kepailitan dapat dilakukan tanpa pengajuan permohonan terlebih dahulu. 170 Analisis yang dilakukan oleh OJK, antara lain dapat didasarkan pada kondisi yang terjadi pada Wajib Bayar yang wajib membayar pungutan sebagaimana diatur dalam ayat 16, sehingga OJK dapat menetapkan Wajib Bayar tersebut sedang mengalami kesulitan keuangan dan sedang dalam upaya penyehatan, misalnya: 1. OJK tidak dapat melakukan korespondensi terhadap Wajib Bayar tersebut selama 3 tiga tahun terakhir, termasuk tidak dilaksanakannya sanksi administratife yang ditetapkan OJK; 170 Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan, Bab V, Pasal 16 ayat 3 ayat 5 dan ayat 6. Universitas Sumatera Utara 89 2. tidak terdapat Direksi, Dewan Komisaris dan pemegang saham utama yang dapat dihubungi selama 3 tiga tahun terakhir; danatau 3. tidak menyampaikan laporan berkala kepada OJK selama 3 tiga tahun berturut-turut. Analisis oleh OJK dimaksud dapat didukung dengan informasi dari pihak eksternal, misalnya dari instansi yang berwenang menangani penagihan atas pungutan yang telah dikategorikan macet yang diatur dalam Penjelasan Pasal 16 ayat 5 POJK Nomor 3 Tahun 2014 tentang Tata Cara pelaksanaan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Pasal 16 mengaturPengurangan Pungutan melalui Penetapan Penyesuaian kewajiban pembayaran Pungutan dilakukan OJK setelah berkoordinasi dengan Menteri Keuangan.Otoritas Jasa Keuangan secara berkala menyampaikan laporan secara tertulis kepada Menteri Keuangan mengenai hal yang berkaitan dengan efisiensi, keamanan dan stabilitas sistem keuangan, dan kewajaran di bidang jasa keuangan, atau kejahatan keuangan. 171 Otoritas Jasa Keuangan segera menyampaikan pemberitahuan kepada Menteri Keuangan mengenai indikasi terjadinya kesulitan keuangan pada bank yang berpotensi menimbulkan risiko meluas terhadap perekonomian nasional. Selain itu, menyertakan penjelasan mengenai dampak keseriusan risiko yang dimiliki bank terhadap perekonomian nasional apabila bank tersebut ditutup atau dibubarkan. Sekaligus, meminta Menteri Keuangan untuk segera mengadakan dan memimpin rapat koordinasi dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan.Suatu bank dikatakan memiliki risiko meluas 171 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Bab X, Pasal 39 ayat 1. Universitas Sumatera Utara 90 systemic risk adalah apabila bank tersebut mengalami kegagalan, efek domino yang cukup signifikan dapat terjadi terhadap Lembaga Jasa Keuangan lainnya atau sektor lain yang dapat membahayakan perekonomian nasional. 172 Kebijakan penyesuain tarif pungutan dapat dilihat pada table.II. Tabel.II Kebijakan Penyesuaian Tarif Pungutan 173 Nomor Kondisi Kriteria Tarif Khusus Evaluasi oleh OJK Persetujuan 1. Industri mengalami kesulitan keuangan dan dalam upaya penyehatan dan atau sedang dalam pemberesan s.d. 0 1. Kriteria diatur dalam POJK 2. Analisis OJK Ditetapkan OJK 2. Sebagian besar atau seluruh industri : a. tidak mampu mempertahankan tingkat kesehatannya sesuai Peraturan Perundang- undangan ; dan atau b. mengalami kesulitan keuangan sehingga berpotensi terjadinya kegagalan untuk memenuhi kewajiban kepada konsumennya atau dapat membahayakan kelangsungan s.d. 0 Hasil analisis OJK terhadap sebagian besar atau seluruh industri Ditetapkan OJK setelah berkoordinasi dengan Menteri Keuangan 172 Adrian Sutedi, Op Cit.,hlm.70-71. 173 Ibid, hlm. 14. Universitas Sumatera Utara 91 usahanya; 3. OJK memprioritaskan pengembangan industri, jenis layanan, atau produk keuangan tertentu, baik secara nasional ataupun di daerah tertentu. s.d. 25 Prioritas pengembangan industri, jenis layanan, atau produk keuangan yang ditetapkan OJK 4. Penerimaan OJK yang berasal dari Pungutan RKA OJK tahun berikutnya yang telah disetujui DPR s.d. 0 Penerimaan Pungutan pada tahun berjalan Ditetapkan OJK Tidak semua kreditur memiliki kedudukan yang sama dalam kepailitan. Perbedaan kedudukan kreditur ini semata-mata ditentukan oleh jenis piutang masing-masing. Adapun golongan kreditur dalam kepailitan adalah sebagai berikut: 174 1. kreditur separatis kreditur separatis adalah kreditur yang dapat menjual sendiri benda jaminan seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Dapat dikatakan sebagai kreditur yang tidak terkena akibat dari kepailitan. Artinya, para kreditur separatis ini tetap dapat melaksanakan hak-hak eksekusinya meskipun debiturnya telah dinyatakan pailit. Tergolong sebagai kreditur separatis adalah kreditur pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, atau hak agnunan atas kebendaan lainnya. 2. Kreditur preferenistimewa 174 Sunarmi, Op.Cit., hlm. 172. Universitas Sumatera Utara 92 Kreditur preferen adalah golongan kreditur yang piutangnya mempunyai kedudukan istimewa, artinya kreditur ini mempunyai hak untuk mendapat pelunasan terlebih dahulu dari hasil penjualan boedel pailit. Kreditur preferen ini oleh Undang-Undang diberi tingkatan yang lebih tinggi dari kreditur lainnya semata-mata berdasarkan tingkatan sifat piutanghya seperti yang diatur dalam Pasal 1133,1134,1139 dan 1149 KUHPerdata. 3. Kreditur konkuren Kreditur konkuren adalah kreditur yang tidak termasuk golongan kreditur separatis atau golongan preferen. Pelunasan piutang-piutang mereka dicukupkan dari sisa hasil penjualanpelelangan harta pailit sesudah diambil bagian golongan separatis dan golongan preferen. Sisa hasil penjualan harta pailit itu dibagi menurut imbangan besar kecilnya iutang para kreditur konkuren Pasal 1132 KUHPerdata. Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara , yang dimaksud keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa uang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pendekatan yang dipergunakan untuk merumuskan defenisi stipulatif keuangan Negara adalah dari sisi objek, subjek, proses dan tujuan. 1. Dari sisi objek, keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiscal, moneter dan pengelolaan keuangan Negara yang dipisahkan, serta Universitas Sumatera Utara 93 segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. 2. Dari sisi subyek, keuangan negara meliputi seluruh objek sebagaimna tersebut di atas yang dimiliki negara, danatau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan negaraDaerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. 3. Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. 4. Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukumyang berkaitan dengan pemilikan Selanjutnya pasal 2 g Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa keuangan negara sebagaimna dimaksud pada Pasal 1 ayat 9 1 meliputi kekayaan negara kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan negara yang dipisahkan pada perusahaan Negara perusahaan daerah. 175 Pasal 37 ayat 3 UU OJK menyebutkan bahwa pungutan kepada pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan adalah penerimaan OJK.. Berdasarkan uraian diatas maka pungutan OJK yang berasal dari pungutan sebagaimana diatur dalam pasal 37 ayat 3 UU OJK adalah merupakan kekayaan 175 Zulkarnain Sitompul, Op.Cit., hlm.18 Universitas Sumatera Utara 94 negara yang dikelola sendiri oleh OJK dan merupakan lingkup dari keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf g Undang-Undag Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dengan demikian, penerimaan OJK yang berdasar dari pungutan kepada pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan merupakan lingkup dari Keuangan Negara. Hal ini sejalan dengan Pasal 23A UUD 1945 yang menyatakan bahwa pajak dari pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang. 176 Mempertimbangkan bahwa penerimaan OJK melalui pungutan kepada pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan yang telah diatur dengan UU OJK merupakan lingkup keuangan Negara , maka penerimaan OJK melalui pungutan tersebut memiliki kekuatan yang sama dengan kewajiban pembayaran pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP yang telah diatur dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dan PNBP. 177 Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontijen, yang timbul karena perjanjian atau Undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor. Kreditor menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang tentang Kepailitan dan PKPU adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang- 176 Zulkarnai Sitompul, Op. Cit.,hlm. 19. 177 Ibid. Universitas Sumatera Utara 95 undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.Syarat kepailitan Menurut Pasal 2 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU adalah Debitor yang mempunyai atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusann pengadilan, baik atas permohonan satu atau lebih kreditornya. Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa menyatakan bahwa Utang Pajak adalah pajak yang masi harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pasal 19 ayat 6 menyatakan bahwa hak mendahului untuk tagihan pajak mendahului segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap: 1. biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu penghukuman untuk melelang atau melelang suatu barang bergerak dan atau barang tidak bergerak; 2. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud; 3. biaya perkara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian suatu warisan. Mengingat bahwa kedudukan OJK sebagai lembaga nyang menjalankan tugas dan fungsi negara sebagaimana Peryataan Kementrian Sekretariat Negara Melalui Surat Kementrian Sekretariat Negara Kepada Dewan Komisioner OJK Nomor B-61KemensetnegD-2KN.01.00013013 tanggal 21 Januari 2013 yang menyatakan bahwa : Universitas Sumatera Utara 96 “Meskipun tidak diatur secara khusus bahwa OJK merupakan lembaga Negara, akan tetapi karena menjalankan tugas dan fungsi Negara, dapat dimaknai bahwa OJK merupakan Lembaga Negara”. Berdasarkan hal tersebut sesuai dengan penjelasan Pasal 19 ayat 6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penangihan Pajak dengan Surat Paksa menyatakan kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak mendahulu atas barang-barang milik Penanggung Pajak yang akan dijual kecuali terhadap biaya perkara yang semata-mata disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak dan atau barang tidak bergerak, biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud, atau biaya perkara yang semata-mata disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu warisan. Hasil penjualan barang-barang milik Penanggung Pajak terlebih dahulu untuk membayar biaya-biaya tersebut di atas dan sisanya dipergunakan untuk melunasi utang pajak. Sementara itu menurut Pasal 21 Undang-Undang Nomor. 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dinyatakan bahwa: 1. Negara mempunyai hak mendahulu untuk tagihan pajak atas barang-barang milik Penanggung Pajak. 2. Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap : a. biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak dan atau barang tidak bergerak; Universitas Sumatera Utara 97 b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud; c. biaya perkara, yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian suatu warisan. 3. Hak mendahulu itu hilang setelah lampau waktu 2 dua tahun sejak tanggal diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, kecuali apabila dalam jangka waktu 2 dua tahun tersebut, Surat Paksa untuk membayar itu diberitahukan secara resmi, atau diberikan penundaan pembayaran. Pasal 1134 ayat 1 KUH Perdata menyatakan bahwa hak istimewa ialah suatu hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seseorang berpiutang sehingga tingkatannya lebih tinggi dari pada orang berpiutang lainnya. Sementara ayat 2 nya menyatakan bahwa gadai dan hipotik adalah lebih tinggi dari hak istimewa, kecuali dalam hal-hal dimana oleh undang-undang ditentukan sebaliknya. Dalam Pasal 60 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU menyatakan bahwa: 1. Kreditur pemegang hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat 1 yang melaksanakan haknya, wajib memberikan pertanggungjawaban kepada Kuratur tentang hasil penjualan benda yang menjadi agunan dan menyerahkan sisa hasil penjualan setelah dikurangi jumlah utang, bunga, dan biaya kepada Kuratur. Universitas Sumatera Utara 98 2. Atas tuntutan Kuratur atau Kreditur yang diistimewakan yang kedudukannya lebih tinggi dari pada Kreditur pemegang hak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 maka Kreditur pemegang hak tersebut wajib menyerahkan bagian dari hasil penjualan tersebut untuk jumlah yang sama dengan jumlah tagihan yang diistimewakan. 3. Dalam hal hasil penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak cukup untuk melunasi piutang yang bersangkutan, Kreditur pemegang hak tersebut dapat mengajukan tagihan pelunasan atas kekurangan tersebut dari harta pailit sebagai kreditur konkuren, setelah mengajukan permintaan pencocokan piutang. Berdasarkan Pasal 19 ayat 6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Jo. Pasal 21 1 Undang-Undang Nomor. 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Jo. Pasal 1134 ayat 2 KUHPerdata Jo. Pasal 60 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, Maka kedudukan utang Pungutan yang memiliki kekuatan yang sama dengan kewajiban pembayaran pajak dan penerimaan negara bukan pajak, merupakan suatu hak istimewa yang dimiliki negara. sehingga OJK sebagai lembaga negara yang melaksanakan fungsi-fungsi yang berkaitan dengan tugas dan fungsi negara dalam pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan 178 178 Abdul hanan, Op.Cit., hlm.4. Universitas Sumatera Utara 99 merupakan kreditur preferen di atas kreditur separatis dan kreditur konkuren, dalam pelaksanaan pungutan yang sifatnya wajib tersebut. 179 Berdasarkan hal tersebut Pengurangan Pungutan sampai dengan 0 nolpersen melalui Penyesuaian Besaran Pungutan menurapakan hal yang penting untuk dilakukan, dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan semakin memburuknya kondisi keuangan wajib bayar yang sedang mengalami kepailitan dan untuk membantu proses penyehatan keuangan Wajib Bayar, yang di jelaskan dalam Pasal 16 ayat 1 POJK Nomor 3 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pungutan Oleh Otoritas jasa keuangan. Serta memberikan kesempatan yang praktis untuk reorganisasi perusahaan yang sakit, tetapi masih potensial bila kepentingan para kreditor dan kebutuhan sosial dilayani dengan lebih baik dengan mempertahankan debitur dalam kegiatan usahanya. 180 Pertimbangan untuk membebaskan pungutan ini sejatinya tak hanya diterapkan pada kondisi kesulitan keuangan, akan tetapi juga untuk industri keuangan yang saat ini dinilai perlu dikembangkan oleh OJK. 181 179 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pungutan oleh OJK, BabII, Pasal 2 ayat 2. 180 Jono, Op. Cit. , hlm.4. 181 http:malang-post.comcomponentcontentarticle84674-ojk-bisa-bebaskan-pungutan., diakses Tanggal 17 Mei 2015. Universitas Sumatera Utara 100 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan