20
menyebabkan istri harus bekerja guna memenuhi ekonomi keluarga. Kedua, pekerjaan tersebut relatif mudah dan dapat dilakukan siapa saja. Pekerjaan sebagai buruh tidak
membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan tinggi, atau dapat dikatakan hanya membutuhkan tenagaJurnal Harmoni Sosial, September 2007.
Posisi perempuan dalam perkebunan kelapa sawit skala besar adalah menjadi BHL Buruh Harian Lepas. Dimana setiap pekerja tidak mempunyai jaminan hidup dan fasilitas
yang layak dalam melakukan tugasnya. Perusahaan perkebunan tidak pernah menjadikan perempuan sebagai karyawan tetap dengan alasan perempuan itu lemah dan tidak bisa
melakukan pekerjaan sekuat laki-laki. Perempuan juga memiliki reproduksi seperti haid, hamil dan melahirkan, maka dari itu, perkebunan tidak mempekerjakan perempuan sebab
perusahaan akan merugi dengan memberikan cuti haid, hamil dan melahirkan. Jenis pekerjaan yang dikerjakan oleh buruh perempuan adalah penyemprotan, miping,
tebas, memberondol, pemupukan, klerat dan pembibitan. Dalam melakukan pekerjaannya tersebut para buruh tidak pernah dibekali pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang
dampak negatif penggunaan pestisida bagi kesehatan manusia. Sehingga para buruh selalu mengesampingkan keselamatan kerja dan kesehatan demi mendapatkan upah yang tidak
seimbang dengan resiko kerja yang harus mereka terima.
2.2 Status Buruh Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Ketenagakerjaan
Menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 butir 3 mendefinisikan pekerjaburuh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain. Pada dasarnya seorang pengusaha memiliki tanggung jawab untuk memenuhi hak pekerjaburuh, seperti keselamatan dan kesehatan kerja, hal ini
tercantum di dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang keselamatan dan kesehatan kerja pasal 86 ayat 1, 2, dan 3:
Universitas Sumatera Utara
21
1 Setiap pekerjaburuh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas: a.
Keselamatan dan kesehatan kerja; b.
Moral dan kesusilaan; dan c.
Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
2 Untuk melindungi keselamatan kerjaburuh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja.
S
elain keselamatan dan kesehatan kerja, pekerja buruh juga berhak mendapatkan upah yang layak untuk kebutuhan hidup, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesianomor 13 tahun 2003 tentang pengupahan pasal 88 ayat 1 dan 2: 1
Setiap pekerjaburuh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2 Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang
melindungi pekerjaburuh.
Status buruh menurut ketenagakerjaan yaitu buruh berhak mendapat perlindungan, hak dan kewajiban serta mendapatkan perlakuan yang baik.Lain halnya dengan buruh nyerep
di perkebunan kelapa sawit, buruh nyereptidak memiliki hubungan kerja, buruh nyerepbekerja atas dasar perintah dari karyawan tersebut untuk menggantikan pekerjaannya
sehingga buruh nyerep tidak memiliki hak apapun kecuali upah yang telah ditentukan karyawan tersebut.
2.3 Tenaga Kerja Illegal di Perkebunan
Tenaga kerja illegal adalah tenaga kerja yang bekerja tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, yang di lakukan secara rahasia dan tidak resmi. Pada umumnya, tenaga kerja
illegal sering dikaitkan dengan TKI Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja diluar negeri tanpa menggunakan cara yang sesuai dengan peraturan dan tidak memiliki dokumen
sah.Tenaga kerja illegal tidak hanyak terdapat diluar negeri tetapi juga terdapat di dalam negeri
.
Universitas Sumatera Utara
22
Salah satunya dalam penelitian yang akan dilakukan ini terdapat buruh illegal di perkebunan kelapa sawit banyak yang mempekerjakan buruh, akan tetapi terdapat buruh
illegal. Tenaga kerja illegal ini disebut buruh nyerepyaitu buruh yang bekerja menggantikan pekerjaan karyawan sesuai dengan kesepakatan bersama antara sesama karyawan dan
buruh.Hal ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan pimpinan.Buruh nyereptermasuk dalam kategori pekerja illegal karena tidak memiliki perjanjian yang sah
terhadap perusahan perkebunan, sehingga buruh nyerep tidak dapat menuntut pihak perkebunan jika terjadinya kecelakaan kerja serta jaminan sosial dan tunjangan.Buruh hanya
mendapatkan upah yang rendah sesuai dengan kesepakatan karyawan dengan buruh. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Penempatan Tenaga Kerja Pasal 31, 32, dan 33: Pasal 31: setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang
sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di
luar negeri.
Pasal 32: 1 Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asa terbuka, bebas obyektif, serta adil, dan setara tanpa
diskriminasi. 2
Penempatan tenaga kerja diarahkan diarahkan untuk menempatkan tenega kerja pada jabatan yang tepat
sesuai dengan keahlihan, keterampilan, bakat, minat dan kemampuan dengan memperhatikan harkat,
martabat, hak asasi, dan perlindungan hukum.
3 Penempatan tenaga kerja dilaksanakan dengan
memperhatikan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan
program nasional dan daerah.
Pasal 33: Penempatan kerja terdiri dari: a.
Penempatan tenaga kerja di dalam negeri; dan b.
Penempatan tenaga kerja di luar negeri. Berdasarkan undang-undang diatas bahwa buruh nyerep termasuk dalam kategori
pekerjai illegal. Pekerja ilegal dapat sangat merugikan buruh itu sendiri karena tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
23
menuntut apa yang menjadi haknya atau apa yang terjadi pada dirinya pada saat bekerja. Pekerja illegal tidak dapat menuntut kenaikan upah sesuai dengan UMR. Buruh ilegal hanya
menuruti yang diperintahkan oleh majikannya karyawan.
2.4 Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi