48
7.Informan Ketujuh Karyawan
Nama : Anna Silitonga
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 54
Agama : Kristen
Asal : Pematang Siantar
Pendidikan terakhir : SMA Ibu Anna Silitonga bekerja sebagai karyawan di Afdeling V Unit Usaha
Padang Matinggi.Beliau sudah lama bekerja selama 27 tahun.Beliau bertempat tinggal di Emplasmen.Jarak antar rumah dan tempat bekerja beliau sangat jauh sehingga
beliau melaju dengan menggunakan sepeda motornya tetapi saat ini beliau menyuruh buruh nyerep untuk bekerja menggantikannya.Ibu Anna Silitonga sudah menikah dan
memiliki 2 orang anak, anak yang pertama sudah menikah dan anak yang kedua sudah bekerja dan belum menikah.
8. Informan Kedelapan Buruh Nyerep
Nama : Salma
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Asal : Desa Adil Makmur
Pendidikan terakhir : SMP Ibu salma bekerja sebagai buruh nyerep selama 3 tahun.Ibu Salma bertempat
tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang matinggi, beliau tinggal bersama ibu dan anak perempuannya yang sulung.Beliau sudah menikah tetati sudah bercerai dan
sekarang statusnya adalah single perent yang bekerja sebagai tulang punggung
Universitas Sumatera Utara
49
keluarga. Ibu Salma memiliki 3 orang anak, anak yang pertama adalah laki-laki dan sudah menikah, anak yang kedua adalah laki-laki dan serang sedang merantau dan
jarang pulang, anak yang ketiga adalah perempuan yang masih berumur 5 tahun dan bersekolah di TK Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.
9. Informan Kesembilan Buruh Nyerep
Nama : Saroh Tampubolon
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Asal : Afdeling V
Pendidikan terakhir : SMP Ibu saroh adalah ibu rumah tangga yang sambil bekerja sebagai buruh nyerep
untuk membantu suaminya mencari nafkah.ibu saroh adalah seorang mualaf setelah menikah dengan suaminya. Suami ibu Saroh bekerja sebagai BHL Buruh Harian
Lepas di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi. Beliau memiliki 2 orang anak, anak yang pertama adalah laki-laki yang masih duduk dibangku SMP Yapendak
Emplasmen Tinjowan dan anak yang kedua masih duduk dibangku MIS Madrasah Ibtidayah Swasta di Afdeng V Unit Usaha Padang Matinggi.
10.Informan Kesepuluh Buruh Nyerep
Nama : Sisrik
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Asal : Ujung Padang
Pendidikan terakhir : SMA
Universitas Sumatera Utara
50 Ibu Sisrik adalah ibu rumah tangga yang bekerja diluar rumah sebagai buruh nyerep,
beliau sudah lama bekerja selama 2 tahun. Ibu Sisrik sudah menikah, suami bu Sisrik bekerja sebagai karyawan tetap di PKS Pabrik Kelapa Sawit di desa Pengkolan Kecamatan Bosar Maligas. Ibu
Sisrik memiliki 2 orang anak, anak yang pertama masih sekolah SD dan anak yang kedua masih TK. Ibu sisrik bertempat tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi selama 10 tahun. Ibu Sisrik
bertempat tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi. Beliau sudah lama tinggal di Afdeling V.
11.Informan Kesebelas Buruh Nyerep
Nama : Ernita Simanguncong
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Agama : Kristen
Asal : Ujung Padang
Pendidikan terakhir : SMP Ibu Ernita adalah ibu rumah tangga yang sambil bekerja sebagai buruh nyerep
untuk membantu suami memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya. Ibu Ernita sudah awalnya sudah menikah tetapi suami pertamanya sudah meninggal dan beliau memiliki 2
orang anak, anak yang pertama adalah perempuan yang masih duduk dibangku SMA kelas 2 dan anak yang kedua adalah perempuan yang masih duduk dibangku SMA kelas 1. Setelah
itu beliau menikah dengan Bapak Gaol, pernikahan mereka pun baru berumur 2 tahun. Bapak Gaol memiliki 4 orang anak dari istri pertamanya dulu yang sudah meninggal, anak yang
pertama adalah perempuan dan sudah menikah, anak yang kedua adalah pereempuan, anak yang ketiga adalah perempuan dan anak yang ketiga adalah laki yang bekerja sebagai BHL
Buruh Harian Lepas, sedangkan beliau menikah dengan Bapak Gaol tidak memiliki anak. Beliau bertempat tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.
Universitas Sumatera Utara
51
4.5 Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Nyerep Perempuan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Persero
4.5.1 Kondisi Pendapatan Upah yang diterima buruh nyerep tergolong sangat rendah apalagi mereka
mempunyai anak yang masih sekolah bahkan untuk memenuhi kebutuhan masih sangat kurang.Buruh nyerep bekerja di perkebunan kelapa sawit menggantikan pekerjaan
karyawan yang tidak bekerja. Buruh nyerep rata-rata berusia 30-40 tahun dan bekerja ±8 jam dengan memakai alat transfortasi sendiri untuk menuju lahan perkebunan setiap
harinya yang berbeda-beda, terkadang jauh dan terkadang dekat. Bila tidak mempunyai alat tranfortasi sendiri biasanya buruh menumpang ke teman lainnya yang satu kelompok
dengannya.Upah yang dihitung tiap harinya yaitu Rp 30.000, upah tersebut diterima buruh nyerep setelah gajian besar yaitu pada awal bulan atau lebih tepatnya tanggal
4.Jika dihitung 1 bulan, maka gaji yang diterima buruh nyerep hanya sebesar Rp 720.000.Pada umumnya makan siang tidak ditanggung oleh karyawan yang memakai
jasa buruh nyerep sehingga buruh nyerep harus membawa bekal sendiri untuk makan siangnya.
Pada umumnya perempuan bekerja hanya untuk membantu perekonomian keluarga karena sang suami tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, hal ini sesuai
dengan yang diutarakan oleh ibu saroh dalam wawancara yaitu: “…suami saya hanya bekerja sebagai BHL Buruh Harian
Lepas dan saya awalnya hanya sebagai ibu rumah tangga karena susahnya mencari pekerjaan disini, tetapi ada salah satu
karyawan yang menawari saya untuk bekerja menggantikan pekerjaannya diperkebunan, tanpa basa basi saya langsung mau
saja, kan lumayan untuk nambah-nambah uang untuk anak sekolah…”Hasil wawancara, tanggal 3 Januari 2016
Universitas Sumatera Utara
52
Jadi walupun upah yang diterima buruh nyerep tidak terlalu besar, tatapi cukup membantu untuk keperluan sekolah anak-anaknya. Sedangkan kebutuhan untuk makan
sehari-hari mamakai gaji dari sang suami yang bekerja sebagai BHL Buruh Harian Lepas. Berbeda dengan Ibu Salma yang statusnya sebagai orang tua tunggal, Ibu Salma
yang mempunyai tanggungan yaitu anak perempuannya yang masih berumur 5 tahun yang harus dibiayai kebutuhannya sehari-hari, sedangkan anak laki-laki yang pertama
sudah menikah dan anak laki-laki yang kedua merantau dan jarang pulang. Ibu salma yang hanya bekerja sebagai buruh nyerep dengan upah yang pas-pasan pun harus
memenuhi kebutuhan sehari-harinya, dan kadangkala upahnya yang hanya sebesar Rp 720.000 perbulannya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga seringkali ibu
salma mengutang di warung untuk membeli sayur atau beras karena karyawan Ibu Susi jarang memberikan beras setiap bulannya. Seperti yang diungkapkan ibu salma berikut
ini: “…saya bekerja menjadi buruh nyerep karna tidak ada lagi
pekerjaan lain, kerja sebagai buruh nyerep pun lumayan karena karyawan menyuruh saya bekerja sampai jangka waktu panjang,
saya gak tau alasan dia karyawan, ibu Susi menyuruh saya bekerja sampai waktu lama dan tidak ditentukan sampai kapan.
Upah yang saya terima kadang pas-pasan tapi kadang tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup yang serba mahal sekarang
ini sehingga saya kadangkala mengutang ke warung dan Alhamdulillah dibolehin ngutang dan saya bayarnya nyicil-
nyicil dan kadang juga dapat kiriman dari anak saya yang merantau…” wawancara, 3 Desember 2016
Ibu Salma mengatakan bahwa upah yang diterimanya untuk kebutuhan hidup sangat pas-pasan dan terkadang kurang. Beliau tidak pernah menuntut apa-apa kepada
karyawan, meminta naikan upah atau meminta beras, beliau hanya mengaku, jika diberikan beras kepada karyawan pasti akan diterimanya dengan senang tetapi beliau
tidak mau meminta-minta selain haknya yaitu upah dari kerjanya sebagai buruh nyerep. Berbeda lagi dengan hasil wawancara dengan ibu Sisrik yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
53
“…upah buruh nyerep memang Cuma Rp. 30.000 tapi lumayan lah untuk membantu memenuhi kebutuhan
keluarga. Selain upah, saya juga diberikan beras serta tunjangan Hari Raya dan bonusan sebesar Rp.
1.000.000…”
Ibu Sisrik mengatakan bahwa pendapatan sebagai buruh hanya sebesar Rp. 30.000 dalam sehari tetapi bukan hanya upah saja yang didapatkannya melaikan juga
beras catu dan Tunjangan Hari Raya THR dan bonusan sebesar Rp. 1.000.000.hal itu tanpa diminta ibu Sisrik, karyawan yang memberikannya secara suka rela.
4.5.2 Kondisi Pangan Seperti halnya kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya dalam hal pola
makan, masyarakat Indonesia biasanya makan sebanyak 3 kali dalam sehari.Makanan pokok yang dimakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya adalah beras.Nasi
merupakan sumber karbohidrat yang sangat besar untuk menghasilkan tenaga yang kuat. Seperti hasil wawancara dengan ibu Ernita sebagai berikut:
“…saya makan 3 kali dalam sehari dan harus makan nasi pagi, siang dan sore karena pekerjaan saya nih kan berat
karna kerjanya dikebon sawit jadi butuh tenaga yang banyak biar gak lemas. Selain itu kebutuhan gizi ya kurang
terpenuhilah sih sebenarnya, makan sayur tiap hari tapi jarang makan ikan laut dan ikan sungai karna harganya yang
mahal, paling ya ikan asin lah yang murah meriah itupun kadang suka ngutang diwarung…”
Ibu Ernita makan 3 kali dalam sehari untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya.Kebutuhan gizi yang telah diungkapkan oleh ibu Ernita yaitu kurang terpenuhi,
Ibu Ernita dan keluarga hanya mengonsumsi sayur setiap hari, telur, dan sangat jarang mengonsumsi daging dan ikan.Ikan yang dimaksud disini adalah ikan laut, ikan mas, ikan
lele, ikan mujair dan lain-lain.Tetapi ikan yang sering dikonsumsi disini adalah ikan asin.Ibu Ernita juga jarang mengonsumsi ikan padahal ikan dan sangat penting bagi
tubuh karena mengandung protein yang tinggi.Mahalnya harga ikan dan pendapatan para
Universitas Sumatera Utara
54
buruh yang sangat terbatas dan biaya anak-anak sekolah sangat mahal sehingga mereka kurang memperhatikan pola konsumsi sehari-hari.
Para buruh juga sangat jarang sekali mengonsumsi daging.Padahal banyak orang yang sangat menginginkan mengonsusi daging, tetapi dikarenakan harganya yang mahal
menyebabkan mereka sangat jarang sekali mengonsumsi daging.Kalaupun mereka mengonsumsi daging itu hanya pada hari-hari tertentu saja seperti kalau ada pesta-pesta
atau pada saat Tahun Baru, Natal, Hari Raya Idul Fitri. Seperti hasil wawancara dengan ibu Sisrik berikut ini:
“…saya jarang makan ikan laut paling 2 minggu sekali lah dan jarang kali makan daging, paling kalo hari
raya beli daging sekilo itu pun harganya mahal banget…” Ibu Sisrik jarang mengonsumsi ikan laut dan daging.Hal ini dikarenakan
pendapatan yang kurang mencukupi untuk membeli ikan laut dan daging. Sebagai gantinya, beliau hanya mengonsumsi ikan asin, tempe dan tahu untuk dapat memenuhi
kebutuhan gizinya. Mereka juga jarang meminum susu, malah lebih sering minum teh manis pada saat pagi saat hendak bekerja dan pada saat malam hari ketika bersantai
dirumah. Lain halnya dengan hasil wawancara dengan ibu Saroh Tampubolon sebagai berikut:
“…saya makan sih tetap 3 kali sehari untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Makan nasi dengan lauk pauk
seperti sayur, telur, dan kadang-kadang motong ayam peliaharaan sendiri, kalo buah-buahan jarang juga, paling
jambu lah minta sama tetangga…”
Ibu Saroh mengatakan bahwa kebutuhan pangannya terpenuhi dengan lumayan baik walaupun jarang mengonsumsi ikan, susu dan daging. Walupun begitu ibu Saroh
dan keluarga tetap sehat dan jarang sakit. Lain halnya yang diungkapkan oleh ibu salma dari hasil wawancara sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
55
“…kalo makan sih tetap ya 3 kali sehari, makan nasi yang pastinya karna kalo gak makan nasi namanya belum
makan, hehe..kalo lauk pauknya ya sayur-sayuran lah sama tempe atau telur, jarang makan ikan atau daging ayam karna
harganya yang mahal, kalo buah-buahan ya kadang-kadang makan sih cuma ya gak pernah beli, paling makan rambutan
didepan rumah kalo lagi buah. Kalo kebutuhan gizi ya sebenarnya kurang lah ya…”
Ibu Salma mengatakan bahwa kebutuhan gizinya kurang terpenuhi karena beliau hanya mengonsumsi nasi dengan lauk pauk yang seadanya saja seperti sayur-sayuran dan
juga tempe. Sedangkan untuk makan ikan dan daging ayam sangat jarang sekali.Hal ini dikarenakan upah yang diterimanya sangat pas-pasan untuk kebutuhan pangannya.
4.5.3 Kondisi Perumahan Kondisi perumahan yang dimaksud disini adalah kondisi rumah yang layak untuk
ditempati oleh orang untuk tempat ia berteduh dan hidup dengan layak didalamnya. Selain itu kondisi rumah juga harus baik keadaannya, tidak bocor saat kehujanan dan
nyaman untuk dihuni. Kondisi rumah yang baik akan membuat penghuni di dalam rumah menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Oleh karena itu, kondisi rumah sangat
penting untuk diperhatikan setiap orang. Afdeling V merupakan perumahan karyawan yang difasilitasi untuk karyawan PT
Perkebunan Nusantara IV Persero.Di Afdeling V atau yang sering disebut Pondok Afdeling V banyak rumah yang dibangun per 2 rumah dan sebagian rumah-rumah
kosong sebab ada sebagian karyawan yang lebih memilih tinggal di desanya yang masih sekitar perkebunan.Hal ini membuat perumahan yang ada di Afdeling V masih banyak
yang kosong sehingga banyak orang berdatangan dari asal yang berbeda-beda dan bekerja sebagai buruh di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.
Buruh nyerep bertempat tinggal disalah satu perumahan karyawan yang masih kosong di Afdeling V. Sebelum menempati rumah itu, buruh harus meminta izin dulu
kepada mandor I lalu di sampaikan kepada Asisten Afdeling V, setelah disetujui barulah
Universitas Sumatera Utara
56
mereka bisa menempati rumah kosong itu dengan syarat, mereka harus mengikuti peraturan yang dibuat oleh pihak perkebunan seperti harus merawat rumah dengan baik,
menanam banyak bunga, bersih dan dipagar bambu. Semua itu harus dapat ditaati oleh orang yang tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil wawancara dengan salma 36, yaitu sebagai berikut: “…saya sudah tinggal disini sekitar 10 tahun dan
rumah yang saya tempati ini dulunya kosong, maka dari itu saya lapor ke mandor I untuk bisa menempati rumah ini, kan
lumayan gak bayar, air juga gratis, paling cuma listrik aja lah yang bayar…”
Perumahan yang ditempati oleh buruh yaitu rumah yang dibangun 2 rumah yang saling berdampingan dengan rumah yang lain per 2 rumah. Rumah tersebut memiliki
ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, kamar mandi dan WC. Listrik juga telah disediakan sehingga buruh hanya membayar uang listrik tiap bulannya, air bersih setiap harinya
selalu keluar deras dari pipa masing-masing rumah dari jam 14.00 sampai 16.00 dan diterima secara gratis oleh buruh dan penduduk lainnya yang tinggal di Afdeling V Unit
Usaha Padang Matinggi. 4.5.4 Kondisi Kesehatan
Pola konsumsi mereka belum memenuhi kebutuhan gizi yang memadai tetapi tidak menyebabkan keluarga mereka sangat jarang sakit.Walupun mereka menderita
sakit paling mereka hanya menderita sakit batuk, flu dan sakit kepala itu pun pada saat karena perubahan cuaca dan ada saat musim hujan.Biasanya mereka mengatasinya hanya
dengan mengkonsumsi obat yang dibeli di warung dan beristirahat dirumah. Seperti hasil wawancara dengan ibu Saroh Tampubolon berikut ini:
“…saya jarang sakit, paling kalo sakit ya demam, pusing atau pegal-pegal karna capek bekerja itupun saya hanya minum
obat aja yang saya beli di warung…”
Universitas Sumatera Utara
57
Ibu Saroh tampubolon dan keluarganya jarang menderita sakit dan jika menderita sakit itu hanya sakit ringan seperti flu, demam dan batuk dan jika menderita
sakit parah, ibu Saroh akan datang ke bidan di desa Adil Makmur yang tidak jauh dari rumahnya. Hal yang sama seperti hasil wawancara dengan ibu Sisrik berikut ini:
“…Saya kalo sakitnya masih ringan ya biasanya beli obat aja diwarung dan istirahat dirumah tapi saya sih jarang
sakit dan keluarga saya juga jarang sakit karena kebutuhan gizi ya cukup memenuhi…”
Jika Ibu Sisrik dan keluarganya sakit ringan, Ibu Sisrik hanya akan membeli obat di warung dan beristirahat di rumah tetapi seperti yang telah diungkapkannya diatas
bahwa beliau dan keluarganya jarang menderita sakit karena kebutuhan pangannya cukup terpenuhi dan kebersihan rumah juga baik sehingga beliau dan keluarganya selalu
sehat karena sangat memperhatikan kebersihan rumah serta tubuhnya. 4.5.5 Kondisi Pendidikan Anak
Pendidikan bagi anak-anak merupakan hal yang terpenting bagi masa depannya kelak. Selain itu pendidikan menjadi bekalnya untuk hidup dimasa yang akan datang.
Semua orang tua menginginkan anaknya dapat bersekolah yang lebih tinggi darinya agar masa depannya cerah dan tidak lagi seperti keadaan orang tuanya saat ini. Orang tua akan
melakukan apa saja agar anaknya bias bersekolah sampai tinggi bahkan orang tua juga rela bekerja banting tulang dan sampai mengutang sana sini demi untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Anak-anak para buruh nyerep masih pada bersekolah, ada yang masih TK, SD,
SMP dan SMA.Anak buruh rata-rata memilih sekolah negeri untuk mengurangi biaya, karena untuk bersekolah di swasta membutuhkan biaya yang lebih terutama untuk uang
sekolah dan uang buku.Selain itu, jarak sekolah dari rumah cukup jauh dan membutuhkan kendaraan untuk dapat sampai kesekolah sehingga orang tua harus
Universitas Sumatera Utara
58
menyediakan kendaraan bermotor untuk anaknya pergi ke sekolah. Seperti hasil wawancara dengan ibu Ernita simanguncong berikut ini:
“…anak saya perempuan 2 dan masih sekolah SMA di Ujung Padang, setiap harinya mereka pergi kesekolah
dengan naik kreta sepeda motor karena jarak sekolah dengan rumah sangat jauh…”
Ibu Ernita mempunyai 2 anak perempuan yang masih bersekolah tingkat SMA dan Ibu Ernita simanguncong harus memenuhi keperluan sekolah anak-anaknya seperti
memberi uang jajan, uang minyak dan menyediakan seperda motor. Terkadang beliau mengutang untuk dapat memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya, karena beliau ingin
anak-anaknya lebih baik dari kedua orang tuanya. Lain halnya dengan hasil wawancara bersama ibu Sisrik berikut ini:
“…Anak saya Cuma 2 dan yang paling besar masih sekolah MIS Madrasah Ibtidayah Swasta di Afdeling V
Unit Usaha Padang Matinggi dan jarak ruamh ke sekolah pun sangat dekat dan bisa ditempuh dengan jalan kaki sedangkan
anak saya yang kedua masih umur 4 tahun dan masih sekolah TK di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi…”
Anak Ibu Sisrik cuma 2 dan masih tingkat Sekolah Dasar dan Tk. Jarak tempuh dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh sehingga dapat hanya berjalan kaki saja
dan tidak membutuhkan kendaraan.Hal ini dapat sangat menghemat pengeluaran ibu Sisrik dalam kebutuhan sekolah anak-anaknya.
4.5.6 Kepemilikan Barang-Barang Berharga Memiliki barang-barang berharga merupakan hal yang lumrah dimiliki semua
orang. Tetapi tidak semua orang memiliki barang-barang berharga seperti emas, televisi, sepeda motor, DVD, dan hewan ternak ayam, bebek, kambing, sapi dan lainnya. Seperti
hasil wawancara dengan ibu Saroh Tampubolon berikut ini: “…dirumah saya punya televisi, dvd, punya sepeda
motor 2, yang satu untuk sekolah anak, yang satu lagi untuk kerja suami, sedangkan saya biasanya menumpang dengan
Universitas Sumatera Utara
59
teman kelompok dan punya juga hewan ternak seperti ayam dan sapi 3 ekor…”
Ibu Saroh memiliki barang-barang berharga seperti emas cincin, memiliki 2 sepeda motor, televisi, DVD, dan juga hewan ternak seperti ayam dan sapi 3 ekor.
Mungkin semua orang pasti mempunyai televisi tapi tidak semua orang memiliki emas dan hewan ternak sapi. Seperti hasil wawancara dengan ibu Salma berikut ini:
“…saya cuma punya televisi dirumah sama cincin kawin, kalo kreta sepeda motor saya gak punya jadi kalo
mau kemana-mana ya saya minjam sama tetangga…” Ibu Salma tidak memiliki barang-barang berharga, beliau hanya memiliki televisi
dan juga cincin kawinnya dulu.Ibu Salma juga tidak memiliki hewan ternak seperti Ibu Saroh.Sehingga Ibu Salma hidupnya hanya mengandalkan dari gajinya sebagai buruh
nyerep. 4.5.7 Kegiatan Keagamaan
Di Afdeling V sering kali mengadakan acara-acara keagamaan seperti perwiritan ibu-ibu setiap minggu pada hari kamis sore jam 15.00 sampai 17.00 dan
perwiritan bapak-bapak setiap minggunya hari kamis malam jam 20.00 sampai 22.00. kegiatan perwiritan diadakan secara rutin setiap minggunya secara bergiliran di rumah
warga yang mengikuti perwiritan. Tujuan dari perwiritan ini dimaksudkan untuk menyambung tali siraturami antara warga yang tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang
Matinggi sehingga masyarakat yang tinggal di Afdeling V dapat saling berinteraksi dengan baik.
Selain acara perwiritan yang rutin dilaksanakan setiap minggu, ada juga acara pengajian, tetapi tidak semua warga mengikuti acara pengajian tersebut, hanya beberapa
orang saja yang mengikutinya.Salah satu informan yang mengikuti pengajian adalah Ibu Saroh Tampubolon. Pengajian secara rutin diadakan setiap hari minggu jam 12 siang.
Universitas Sumatera Utara
60
Pengajian tersebut dilakukan untuk menambah pengetahuan agama islam dan menyambung silaturami setelah setiap harinya sibuk beraktifitas seperti bekerja. Seperti
yang diungkapkan oleh ibu Saroh sebagai berikut: “…saya selalu aktif disetiap kegiatan agama seperti
wirit dan pengajian, kegiatan itu kan banyak sekali manfaatnya. Selain bertemu dengan orang-orang pondok tapi
juga medapatkan ilmu agama. Saya kan mualaf, jadi belum terlalu banyak ilmu tentang agama saya saat ini makanya
saya ikut perwiritan dan pengajian yang dilakukan seminggu sekali…”
Ibu Saroh adalah seorang mualaf yang aktif mengikuti kegiatan keagamaan dan masih meluangkan sedikit waktunya.Kebutuhan rohani sangat dibutuhkan bagi
manusia agar hidupnya selalu teratur dan damai dihati.kebutuhan rohani dapat didapat dari kegiatan-kegiatan keagamaan seperti perwiritan dan penganjian. Selain itu juga
manfaatnya dapat menyambung tali silaturami dan bertemu dengan tetangga karena sibuknya bekerja dari pagi sampai menjelang sore.
4.5.8 Pengeluaran Rata-Rata Buruh Nyerep Setiap keluarga memiliki pendapatan dan pengeluaran untuk kebutuhan
hidupnya. Tidak dapat dipastikan pengeluaran rata-rata buruh nyerep sebab setiap buruh nyerep jika belanja, mereka pada mengutang di warung dan akan membayarnya setelah
gajian besar. Kadang juga pendapatan yang mereka terima tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup keluarganya sehingga mereka pada mengutang dan tidak dapat bisa
dipastikan pengeluaran rata-ratanya dalam sebulan. Seperti hasil wawancara dengan ibu Ernita berikut ini:
“…saya gak bisa mastiin berapa pengeluaran rata- rata setiap bulannya karena gak saya hitung-hitung itu yang
penting gimana caranya uang yang ada sama saya itu cukup untuk semua kebutuhan hidup selama sebulan, baik itu
Universitas Sumatera Utara
61
kebutuhan makan, sekolah anak-anak serta kebutuhan lainnya…”
Ibu Ernita Simanguncong tidak bisa memastikan kira-kira berapa pengeluaran rata-rata keluarganya setiap bulannya.Ibu Ernita hanya berusaha agar uang yang ada
padanya dapat memenuhi semua keperluan hidup keluarganya seperti kebutuhan makan, kebutuhan sekolah anak-anaknya dan kebutuhan lainnya.Ibu Ernita mengatakan bahwa
terkadang pendapatan keluarganya sangat sedikit dan pengeluaran sangat besar.Ibu Ernita hanya bisa mengarang penegluaran rata-ratanya kira-kira sebesar Rp.2.500.000 karena
biaya anak-anak sekolah beliau sangat mahal terlebih lagi uang minyaknya. Lain halnya dengan hasil wawancara dengan ibu Sisrik berikut ini:
“…saya gak bisa memperkirakan ya berapa rata-rata pengeluaran keluarga setiap bulannya, mungkin sekitar Rp.
2.000.000 gitu…”
Ibu Sisrik mengatakan bahwa pengeluran rata-ratanya diperkirakan sebesar Rp. 2.000.000.walaupun anak-anak beliau masih pada kecil-kecil yang tidak terlalu
membutuhkan biaya besar tetapi tetap saja pengeluaran beliau besar untuk keperluan makannya agar terpenuhi gizi keluarganya.
4.5.9 Tempat Meminjam Uang Jika Mengalami Kesulitan Kebutuhan pokok yang mahal serta pendapatan yang rendah membuat para
buruh nyerep terkadang kesulitan perekonomian sehingga mereka mengutang untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari atau ketika ada keperluan mendadak. Seperti hasil
wawancara dengan ibu Salma berikut ini: “…saya kan cuma kerja sendiri, suami juga gak punya dan
kerja saya juga hanya sebagai buruh nyerep yang gajinya juga gak seberapa sehingga kadangkala saya mengutang
dengan tetangga untuk kebutuhan hidup saya dan keluarga, tunggu dapat kiriman dari anak saya lah baru saya
membayarnya…”
Universitas Sumatera Utara
62
Ibu Salma mengatakan bahwa terkadang sering mengutang ke tetangga dekat rumahnya jika lagi mengalami kesulitan ekonomi dan baru akan membayarnya setelah
mendapatkan gaji dan kiriman uang dari anaknya yang merantau. Uang yang dikirim pun jumlahnya tidak terlalu besar tetapi masih lumayan untuk memenuhi kebutuhan hidup
dam membayar hutang. Selain itu jika ibu Salma tidak punya uang untuk belanja, Ibu Salma akan mengutang di warung dan akan membayarnya setelah beliau gajian. Sama
halnya dengan ibu Ernita Simanguncong berikut ini: “…kalo saya lagi kesulitan ekonomi biasanya saya minjam
ke keluarga, kalo mau belanja dan lagi gak ada uang ya ngutang diwarung karena kalo gak ngutang gak akan cukup
uang kita karna semuanya sekarang serba mahal…”
Ibu Ernita Simanguncong mengatakan bahwa beliau lebih memilih mengutang ke keluarganya dari pada ke tetangganya, karena sama halnya dengan dirinya yang
pendapatannya pun pas-pasan untuk kebutuhan hidup. Selain itu jika belanja, Ibu Ernita lebih memilih mengutang di warung dan membayarnya setelah gajian disebabkan karena
pendapatan mereka tidak akan cukup jika membayar kontan.
4.6 Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Karyawan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Persero
4.6.1 Kondisi Pendapatan Karyawan yang pekerjaannya dikerjakan oleh buruh nyerep tetap
mendapatkan gaji sesuai dengan golongannya dan gaji mereka tetap penuh tanpa ada pengurangan karena telah memakai jasa buruh nyerep.Karyawan menerima jadi 2 kali
dalam 1 bulan yaitu pada saat gajian besar tanggal 4 dan pada saat gajian kecil tanggal 19. Selain itu karyawan juga mendapatka beras setiap bulannya pada tanggal 25,
mendapatkan bonusan sekitar pada bulan 6 dan mendapatkan THR Tunjangan Hari
Universitas Sumatera Utara
63
Raya pada saat akan mendekati Idul Fitri. Seperti hasil wawancara dengan Ibu Lasma berikut ini:
“…saya menyuruh buruh nyerep untuk menggantikan pekerjaan saya dan saya tetap menerimah gaji penuh tanpa
ada potongan, selain itu saya tetap mendapatkan beras catu, bonusan dan tunjangan. Sumber pendapatan saya tidak hanya
itu, dirumah saya membuka usaha warung yang lumayan cukup besar di pondok dan keuntungannya juga cukup besar
sehingga saya bias menyekolakan anak saya ke akper sampai selesai…”
Ibu Lasma mengatakan bahwa pendapatan beliau tidak hanya mengandalkan dari gajinya sebagai karyawan, tetapi Ibu Lasma juga mempunyai usaha warung yang
menjual berbagai jenis barang dan hasil keuntungan dari warung cukup besar dibandingkan dengan gajinya sebagai karyawan. Hal ini membuat ibu Lasma merasa
nyaman, Ibu Lasma hanya menyuruh buruh bekerja menggantikan pekerjaannya, sedangkan Ibu Lasma dapat bersatai di rumah sambil menjaga warungnya. Lain halnya
seperti hasil wawancara dengan ibu Susi berikut ini: “…gaji saya sebagai karyawan tetap utuh tanpa ada
potongan, sehingga saya gak perlu capek bekerja dan hanya menyuruh buruh nyerep saja. Selain itu saya dirumah
menjadi tukang pijat sehingga pendapatan saya tidak hanya dari gaji karyawan saja tetapi sebagai tukang pijat…”
Ibu Susi mengatakan bahwa beliau memiliki pendapatan lainnya dari hasil bekerja sebagai tukang pijat.Sehingga pendapatan beliau tidak hanya dari gajinya sebagai
karyawan tetapi juga mendapatkan pendapatan sebagai tukang pijat.Ibu Susi mengatakan jika ada orang yang datang untuk dipijat, beliau dapat mengantongi sebesar Rp. 35.000
sampai Rp. 40.000 per orang.Sehingga jika dalam sehari ada 3 orang yang datang maka Ibu Susi mendapatkan uang sebesar Rp. 120.000.tetapi tidak setiap hari ada orang yang
datang untuk dipijat. Berbeda dengan hasil wawancara dengan ibu Anna Silitonga berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
64
“…pendapatan saya hanya dari gaji sebagai karyawan, saya gak punya pekerjaan sampingan karena saya sudah tua
sehingga saya hanya beristirahat saja dirumah. Paling ya mendapat kiriman dari anak saya yang belum menikah setiap
bulannya…”
Ibu Anna Silitonga mengatakan bahwa pendapatannya hanya dari gaji karyawan saja dan terkadang mendapatkan uang kiriman dari anaknya yang sudah bekerja dan
belum menikah.Beliau sudah tua dan sering sakit-sakitan sehingga Ibu Anna hanya di rumah saja.
4.6.2 Kondisi Pangan Masyarakat Indonesia pada umumnya makanan pokoknya adalah nasi.Nasi
merupakan makanan yang hampir setiap hari dikonsumsi masyarakat Indonesia.Masyarakat Indonesia makan 3 kali dalam sehari dan harus memakanan nasi,
karena nasi sudah menjadi makanan pokok yang tidak bisa terlepas begitu saja dari hidup masyarakat Indonesia.Selain itu masyarakat Indonesia juga biasa makan dengan berbagai
lauk pauk seperti ikan, sayur, daging, lalapan, rebusan, sambal dan lainnya. Para karyawan yang tinggal di daerah perkebunan makan 3 kali dalam sehari dan
tidak pernah terlepas dari makan nasi. Selain itu mereka juga makan dengan berbagai lauk pauk seperti sayur, tempe sebagai pengganti ayam atau daging, ikan asin dan
sambal. Seperti hasil wawancara dengan ibu Lasma berikut ini: “…saya makan tetap 3 kali dalam sehari, dengan lauk pauk
seperti ikan laut, ikan teriasin, sayur dan lainnya dan karena saya kan warung jadi tinggal pilih aja mau masak apa…”
Ibu Lasma mengatakan bahwa beliau tetap makan 3 kali dalam sehari dengan lauk pauk yang bermacam-macam.Kebutuhan gizi beliau dan keluarga juga terpenuhi karena
beliau mempunyai keuangan yang lumayan baik. Lain halnya dengan hasil wawancara bersama ibu Rosliana Hutabarat berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
65
“…saya makan ya seadanya saja, sayakan tinggal bersama cucu jadi saya juga harus ngasih makan mereka juga
sedangkan gaji saya separuhnya untuk membayar buruh nyerep jadi ya saya makan seadanya, tetap makan nasi Cuma
lauk pauknya ya biasa-biasa aja kayak sayur, tempe, ikan asin, telur dan saya juga jarang makan ayam dan daging…”
Ibu Rosliana mengatakan bahwa ia tetap mengonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya tetapi hanya saya lauk pauknya yang berbeda, lauk pauk beliau hanya
seadanya saja seperti sayur, ikan asin, telur dan tempe. Ibu Rolisana mengatakan kebutuhan gizinya lumayan terpenuhi walaupun Ibu Rosliana jarang mengonsumsi
daging, ayam dan susu tetapi beliau jarang sakit. Padahal daging merupakan sumber protein yang tinggi untuk kebutuhan tubuh manusia tetapi karena mahalnya harga daging
sehingga jarang sekali mereka mengonsumsi daging. 4.6.3 Kondisi Perumahan
Afdeling V merupakan perumahan karyawan yang difasilitasi untuk karyawan yang telah disediakan oleh PT Perkebunan Nusantara IV Persero.Afdeling V atau yang
sering disebut Pondok Afdeling V memiliki beberapa rumah yang sebagiannya ditempati oleh karyawan dan BHL Buruh Harian Lepas.Perumahan karyawan lapangan dipisah
dengan perumahan mandor I dan mandor lapangan. Rumah mandor I adalah rumah tanpa dempetan, memiliki ruang tamu, ruang keluarga, 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, WC dan
dapur yang lebih luas dibandingkan dengan rumah karyawan biasa, rumah mandor lapangan sama halnya dengan rumah mandor I, sedangkan rumah karyawan biasa kondisi
rumahnya berdampingan per 2 rumah dan memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan rumah mandor, seperti ruang tamu, memilki kamar 2 yang sangat
kecil dan pas-pasan, kamar madi, WC dan dapur. 4.6.4 Kondisi Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
66
Kesehatan merupakan hal yang paling penting yang harus diperhatikan oleh semua orang. Orang yang sehat akan mampu beraktifitas dengan lancar serta dapat bekerja
dengan baik. Karyawan perkebunan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi harus memiliki fisik yang sehat untuk bekerja di lapangan perkebunan karena pekerjaan
lapangan sangat dibutuhkan tenaga yang ekstra sehingga karyawan harus dapat menjaga kesehatannya.
Jika karyawan menderita sakit, karyawan bisa meminta izin untuk berobat dengan cara meminta surat izin berobat ke kantor Afdeling V lalu datang ke klinik Tinjowan
yang beralamat di Emplasmen. Sebelum berobat surat izin berobat harus diberikan kepada bagian SDM untuk disetujui dan karyawan bisa langsung berobat dan bertemu
dengan dokter dan meminta obat. Jarak yang ditempu untuk ke klinik pun cukup jauh sekitar ±5 kilometer.Biasanya kendaraan yang dipakai yaitu sepeda motor. Karyawan
sering menderita sakit-sakit terutama karyawan perempuan yang sudah tua, tubuh mereka rentan akan penyakit yang datang seperti sakit pinggang, demam, batuk, flu,
diare, gatal-gatal dan lainnya. Hal ini pun seperti yang diungkapkan oleh ibu Roslina sebagai berikut:
“…saya kan sudah tua sering sakit-sakitan seperti diare, flu, batuk tapi biasanya saya beli obat aja diwarung karena malas jauh-
jauh berobat ke klinik Tinjowan. paling kalo sakitnya agak serius barulah berobat kesana…”
Ibu Rosliana sudah tua dan rentan terkena penyakit.Tetapi Ibu Rosliana lebih memilih beli obat di warung dari pada berobat keklinik jika sakitnya masih ringan. Lain
lagi seperti yang diungkapkan oleh ibu Anna silitonga sebagai berikut: “…saya kalau sakit ya berobat keklinik tinjowan,
daripada harus beli obat diwarung. Toh, jarak klinik dengan rumah saya tidak terlalu jauh…”
Universitas Sumatera Utara
67
Ibu Anna silitonga bahwa jika ia sakit maka Ibu Anna akan segera berobat ke klinik karena fasilitas kesehatan untuk karyawan telah disediakan secara gratis. Sehingga Ibu
Anna tidak perlu lgi mengeluarkan biaya untuk pergi ke bidn atau membeli obat ke apotek.
4.6.5 Kondisi Pendidikan Anak Pendidikan bagi anak-anak merupakan hal yang terpenting bagi masa depannya
kelak. Selain itu pendidikan menjadi bekalnya untuk hidup dimasa yang akan datang. Semua orang tua menginginkan anaknya dapat sekolah yang lebih tinggi darinya agar
masa depannya cerah dan tidak lagi seperti keadaan orang tuanya saat ini. Orang tua akan melakukan apa saja agar anaknya bisa bersekolah dengan baik. Anak-anak
karyawan rata-rata masih mengenyam pendidikan dan ada yang sudah selesai sampai sarjana dan sudah bekerja. Seperti hasil wawancara bersama ibu Lasma Sihombing
berikut ini: “…anak-anak saya semuanya pada sekolah, anak
pertama saya adalah perempuan sudah sarjana akper dan sekarang bekerja disalah satu rumah sakit dimedan, anak
saya yang kedua adalah laki-laki dan masih kelas 3 STM di Kota Perdagangan dan anak saya yang ketiga adalah
perempuan dan masih kelas 1 SMA Negeri Kecamatan Ujung Padang…”
Ibu Lasma Sihombing mengatakan bahwa anak-anaknya mengenyam pendidikan yang layak dan bersekolah dengan baik. Ibu Lasma juga memberikan fasilitas seperti
sepeda motor kepada anak laki-lakinya yang bersekolah di STM Kota Perdagangan dan memberikan anak perempuannya sepeda motor juga untuk dapat menuju ke sekolahnya.
Selain itu Ibu Lasma juga mengajarkan pada anak-anaknya bahwa pendidikan itu penting bagi masa depannya kelak sehingga anak-anaknya akan terus bersemangat dan tidak
Universitas Sumatera Utara
68
main-main dalam menuntut ilmu. Hal ini sama dengan yang dirasakan oleh ibu Susi berikut ini:
“…saya pindah dari Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi ke Emplasmen Tinjowan agar anak-anak saya dekat
dengan sekolahnya sehingga anak-anak saya tidak terlalu jauh untuk pergi kesekolah. Anak saya 2 perempuan sedang
mengenyam pendidikan di SMK Perlayaran di Batubara, sedangkan anak saya yang nomor 4 bersekolah di MTS Nurul
Hikmah Emplasmen Tinjowan dan yang paling kecil bersekolah SD di Emplasmen Tinjowan…”
Ibu Susi mengatakan bahwa beliau rela pindah rumah demi anak-anaknya agar dekat untuk menuju kesekolahnya. Ibu Susi juga mengatakan bahwa pendidikan itu
sangat penting buat anak-anaknya sehingga Ibu Susi rela melakukan apa saja saja agar anak-anaknya dapat bersekolah dengan baik dan nyaman. Harapan Ibu Susi kepada anak-
anaknya, masa depan anaknya harus lebih baik dibandingkan dengan kondisinya saat ini. Ibu Susi juga harus menyediakan alat transfortasi seperti sepeda motor untuk kedua anak
perempuannya yang bersekolah di Batubara. Sedangkan anak yang keempat dan anak yang kelima dapat berjalan kaki menuju sekolahnya karena jarak tempuhnya sangat
dekat dari rumah mereka. 4.6.6 Kepemilikan Barang-barang Berharga
Memiliki barang-barang berharga merupakan hal yang wajar dimiliki semua orang. Barang-barang berharga memiliki harga jual yang mahal dan merupakan asset
untuk masa depan seperti televisi, DVD, sepeda motor, emas, hewan ternak ayam, bebek, kambing dan sapi. Tetapi tidak semua orang memilikinya dan mempunyai
simpanan barang-barang berharga.Hal itu dikarenakan seseorang tidak pandai mengelola keuangannya untuk dapat membeli barang-barang atau asset-asset tersebut. Seperti hasil
wawancara dengan ibu Susi berikut ini: “…saya punya televise, sepeda motor untuk kerja dan untuk
anak sekolah. Kalo hewan ternak ayam dan bebek saya ada
Universitas Sumatera Utara
69
dibelakang rumah kandangnya, tapi saya tidak memiliki sapi atau kambing karena tidak ada yang mengembalanya. Emas
juga saya tidak punya karna gak pernah ada uang buat beli, uang habis buat keperluan makan dan biaya anak-anak
sekolah…”
Ibu Susi memiliki barang-barang berharga seperti televisi, sepeda motor dan hewan ternak ayam dan bebek tetapi beliau tidak memiliki hewan ternak seperti
kambing atau sapi. Lain halnya seperti hasil wawancara dengan ibu Lasma Sihombing berikut ini:
“…saya punya televise, emas, sepeda motor ada 3, saya juga membuka warung disamping rumah saya dan saya
juga mempunyai hewan ternak seperti ayam yang saya pelihara dibelakang rumah dan hewan ternak seperti sapi,
saya menyuruh orang untuk mengembalakan sapi-sapi saya dan saya bayar setiap gajian, saya mempunyai sapi sebanyak
10 ekor. Sapi tersebut akan saya jual ketika ada keperluan mendadak seperti biaya anak sekolah yang membutuhkan
banyak uang. Semua saya persiapkan untuk masa depan keluarga saya dan pada hari tua saya…”
Seperti yang telah diungkapkan oleh Ibu Lasma diatas bahwa memiliki jenis barang-barang berharga seperti televisi, DVD, emas, 3 sepeda motor dan hewan ternak
ayam dan 10 ekor sapi. Semua itu Ibu Lasma peroleh dari hasil ia membuka usaha warung di samping rumahnya yang keuntungannya cukup besar. Ibu Lasma
memanfaatkan uang tersebut untuk membeli emas dan hewan ternak sapi yang akan beranak setiap tahunnya, sehingga bisa menjadi asset buat masa tuanya dan masa depan
keluarganya kelak. Ibu Lasma memanfaatkan hartanya dengan baik sehingga kehidupan keluarganya saat ini cukup baik.
4.6.7 Pengeluaran Rata-rata Karyawan Pengeluaran rata-rata setiap keluarga berbeda-beda tergantung kepada
kebutuhan hidupnya sehari-hari.Dari mulai kebutuhan pangannya, kebutuhan anak-anak
Universitas Sumatera Utara
70
sekolahnya serta kebutuhan lainnya. Seperti yang diungkapkan ibu Rosliana dari hasil wawancara berikut ini:
“…pendapatan saya ya cuma dari sisa gaji itu dan saya tinggal bersama dengan cucu-cucu saya sehingga saya
juga membiayai kehidupannya seperti makannya dan jajannya, kalo uang sekolahnya orang tuanya yang mengirim
uang setiap bulannya…”
Ibu Rosliana Hutabarat hanya tinggal bersama cucunya dan pengeluaran rata- ratanya perbulan tidak banyak karena beliau hanya menanggung makan serta jajan cucu-
cucunya, sedangkan untuk biaya dari sekolah cucunya, anaknya akan mengirimkan uang setiap bulannya. Ibu Rosliana mengaku bahwa pengeluarannya tiap bulan rata-rata
sebesar Rp. 1.500.000.lain halnya dengan Ibu Lasma Sihombing berikut ini: “…pengeluaran setiap bulannya banyak, dari mulai
untuk makan, biaya sekolah anak-anak saya yang sekolah di Kota Perdagangan, kayak uang kostnya, uang jajannya, uang
sekolahnya dan uang minyaknya. Kalo diperhitungkan mungkin sekitar Rp. 4.000.000…”
Ibu Lasma mengatakan bahwa pengeluaran keluarga beliau cukup besar, dari pengeluaran untuk biaya makan dan untuk sekolah anak-anaknya.Tetapi beliau berusaha
mengelolah keuangannya dengan baik sehingga kebutuhan keluarganya dapat terpenuhi. 4.6.8 Tempat Meminjam Uang Jika Mengalami Kesulitan
Biaya hidup dan kebutuhan pokok yang semakin mahal membuat setiap orang mengalami kesulitan keuangan.Apalagi dengan pendapatan yang rendah dan tidak dapat
mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga banyak orang yang terpaksa mengutang untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Seperti hasil wawancara dengan ibu Susi
berikut ini: “…sebenarnya pendapatan saya dan suami saya tidak
mencukupi untuk kebutuhan keluarga ditambah lagi dengan biaya-biaya anak sekolah yang mahal sehingga kadang saya
sering mengutang ketetangga dan akan saya bayar setelah gajian…”
Universitas Sumatera Utara
71
Ibu Susi diatas mengatakan bahwa pendapatan Ibu Susi dan suami kurang mencukupi kebutuhan keluarga dan biaya-biaya anak sekolah sehingga beliau dirumah sambil
menjadi tukang pijat untuk mencukupi kebutuhan keluarga tetapi kadang jika ada keperluan mendadak dan lagi tidak punya uang beliau akan meminjam ke tetangga dekat
rumahnya dan dibayar setelah gajian. lain halnya dengan ibu Lasma berikut ini: “…saya dulunya minjam uang kebank atas nama
suami saya untuk membuka usaha warung dan warung saya berjalan dengan sukses dan keuntungnnya lumayan besar
sehingga saya dapat melunasi hutang dibank dan dapat menyimpan uang dari hasil keuntungan warung sehingga
kadang banyak orang sini yang meminjam uang ke saya…”
Ibu Lasma dulunya meminjam uang di bank untuk membuka usaha warung disamping rumahnya.Setelah warung berjalan cukup baik, beliau dapat melunasi
hutangnya pada bank dan dapat menyimpan uangnya dari hasil keuntungan warungnya tersebut.Dan terkadang banyak orang atau tetangganya yang mengalami kesulitan
ekonomi meminjam uang ke Ibu Lasma. Keuangan Ibu Lasma cukup baik, dilihat dari beliau dapat memberika pinjaman kepada orang lain.
4.6.8 Perilaku Menyimpang yang Terjadi di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi
Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatuhan dan melanggar aturan yang ada di masyarakat. Dalam
kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi olah aturan norma untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat.
Namun kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan norma yang berlaku pada masyarakat, misalnya mencuri, mabuk-mabukan dan
berjudi.
Universitas Sumatera Utara
72
Pemuda-pemuda yang tinggal di Pondok tersebut sering meminum tuak serta mabuk-mabukan dan melakukan perjudian.Hal tersebut sudah mendapatkan teguran dari
Bapak Kosat Hutabarat selaku Mandor I di Afdeling V tetapi masih saja mereka secara diam-diam melakukan perjudian.Dari pengakuan mereka bahwa hal tersebut mereka
lakukan hanya untuk senang-senang saja.Anak-anak yang masih sekolah terpengaruh oleh pergaulan yang tidak baik karena terkadang orang tua kurang perhatian kepada
anaknya.
4.7 Hubungan Kerja antara Buruh Nyerep Perempuan dengan Karyawan Perkebunan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Persero
4.7.1 Status dan Posisi Buruh nyerep di Perkebunan Buruh nyerep adalah orang yang bekerja sebagai buruh yang dipekerjakan oleh
karyawan.Buruh nyerep rata-rata berusia 30 sampai 40 tahun yang masih berusia produktif dan masih memiliki tenaga yang kuat untuk bekerja.Para buruh nyerep adalah
ibu rumah tangga dan ada yang merupakan orang tua tunggal.Salah satu informan orang tua tunggal adalah Ibu Salma yang bekerja sebagai buruh nyerep.seperti hasil wawancara
berikut ini: “…saya adalah orang tua tunggal yang bekerja
sendirian mencari nafkah untuk mengidupi saya dan anak- anak saya. Saya bekerja sebagai buruh nyerep sudah 3
tahun…”
Ibu Salma merupakan tulang punggung keluarga yang mencari nafkah dan bekerja sebagai buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi. Berbeda
dengan Ibu Saroh yang merupakan ibu rumah tangga, seperti hasil wawancara berikut ini:
“…saya adalah ibu rumah tangga yang sambil bekerja sebagai buruh nyerep untuk membatu suami mencari
nafkah daripada di rumah aja bosan gak ada kerjaan dan juga gaji suami saya kurang mencukupi kebutuhan karna suami
Universitas Sumatera Utara
73
saya kan hanya bekerja sebagai BHL Buruh Harian Lepas…” Ibu Saroh, 36
Ibu Saroh bekerja sebagai buruh nyerep hanya untuk membantu suami mencari nafkah sebab gaji suami kurang mencukupi kebutuhan sehari-hari.Dengan bekerja
sebagai buruh, Ibu Saroh dapat membantu mencukupi kebutuhan keluarganya. Buruh nyerep bekerja dalam bidang pemeliharaan, yaitu menyemprot, memupuk dan
membersihkan rumput. Buruh nyerep tidak memiliki kontrak kerja dan tidak memiliki hubungan kerja
dengan pihak perkebukan. Oleh karena itu, buruh nyerep adalah pekerja illegal karena dilakukan secara tidak resmi dengan cara sembunyi-sembunyi dan melanggar Undang-
Undang tentang Ketenagakerjaan. Disebut tenaga kerja illegal karena keberadaan buruh nyerep tidak diakui dan tidak resmi sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.Pekerja
illegal ini dilarang karena hanya menguntungkan satu pihak saja, contohnya seperti karyawan sangat diuntungkan karena masih mendapatkan sisa gajinya serta mendapatkan
jaminan kesehatan dan lainnya, sedangkan buruh nyerep hanya mendapatkan upah saja, tidak bisa menuntut hak apapun selain upah.
Posisi buruh nyerep di perkebunan adalah sebagai pekerja pengganti.Buruh nyerep bekerja atas perintah dari karyawan bukan dari pihak perkebunan.Karyawan
memasukan buruh nyerep ke perkebunan untuk menggantikan dirinya dan mendapatkan persetujuan dari mandor. Seperti hasil wawancara berikut ini:
“…awalnya karyawan datang dan meminta tolong pada saya untuk bekerja menggantikan dirinya dan
sebelumnya dia karyawan uda dapat pertujuan dari mandor…”
Dari ungkapan Ibu Ernita bahwa awalnya karyawan datang meminta tolong untuk bekerja menggantikan dirinya karyawan dan sebelumnya karyawan harus meminta ijin
Universitas Sumatera Utara
74
kepada mandor agar mandor dapat mengetahui bahwa pekerjaan karyawan telah digantikan oleh buruh nyerep. Seperti hasil wawancara dengan mandor berikut ini:
“…karyawan yang mau mempekerjakan buruh nyerep, harus melapor pada saya dulu dan harus memberikan alasan
yang jelas sehingga ketika saya ditanyak oleh mandor I saya bisa menjelaskannya…” Ibu Karnasih, 53
Ibu Karnasih sebagai salah satu mandor yang anggota karyawannya menggunakan jasa buruh nyerep merasa harus bertanggung jawab atas pekerjaannya. Pekerjaan di
perkebunan setiap hari harus memenuhi target perusahaan sehingga Ibu Karnasih memngijinkan karyawan untuk menggunakan jasa buruh nyerep agar dapat mencapai
target setiap harinya. Seperti hasil wawancara berikut ini: “…setiap hari perkebunan memberikan target yang
harus dicapai dan setelah itu semua pekerjaan harus dilaporkan ke kantor, jika saya tidak mengijinkan karyawan
menggunakan jasa buruh nyerep maka takutnya akan berdampak pada target tidak tercapai sementara saya
bertanggung jawab atas semua itu…” Ibu Karnasih, 53
Nama karyawan tetap tertulis sebagai bekerja walaupun yang bekerja itu adalah buruh nyerep.Buruh nyerep juga tidak mendapatkan hak-haknya sebagai pekerja pada
umumnya yaitu mendapatkan jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan, tunjangan dan lainnya.Hal ini sangat bertentangan dengan Undang-Undang nomor 13 tentang
Ketenagakerjaan yang menjelaskan tentang hak dan kewajiban pekerja dalam melaksanakan pekerjaan. Hak pekerja seperti dalam pasal 86 ayat 1 yaitu setiap pekerja
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan dan keselamatan dan kesehatan kerja, serta dalam pasal 88 yaitu setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam UU diatas bahwa karyawan berhak memperoleh perlindungan, keselamatan dan kesehatan serta upah yang
layak. Perkebunan pun telah memenuhi hak pekerja tetapi karyawan memalalaikan kewajibannya sebagai pekerja dengan menyuruh orang lain untuk bekerja menggantikan
Universitas Sumatera Utara
75
pekerjaannya, sedangkan karyawan tidak bekerja dan dirumah saja serta ada yang membuka usaha seperti warung. Dalam Undang-Undang tentang ketenagakerjaan,
pekerja juga memiliki kewajiban sebagai pekerja, hal itu tercantum pada pasal 102 ayat 2 yaitu dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja dan serikat pekerja
mempunyai fungsi menjalankan perkerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi keberlangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokrasi,
mengembangkan keterampilan dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya. Dalam UU yang telah
dijelaskan diatas tentang kewajiban pekerja yaitu setiap pekerja mempunyai kewajiban dan tanggung jawab atas pekerjaannya.
Karyawan merupakan pekerja tetap di perkebunan dan mendapatkan perlindungan serta fasilitas dari perkebunan.Karyawan perkebunan kelapa sawit tidak
hanya pekerja laki-laki tetapi ada juga karyawan perempuan.Karyawan perempuan melakukan pekerjaan pemeliharaan tanaman seperti penyemprotan rumput, chemis
piringan, chemis galangan, garuk piringan khusus rendahan, pemupukan, dongkel kayu-kayuan dan pangkas tunas. Pekerjaan karyawan diawasi oleh mandor dan setiap
mandor memiliki beberapa anggota karyawan untuk dapat mencapai target perkebunan setiap harinya.
Karyawan perempuan di perkebunan kelapa sawit adalah karyawan yang dimutasi dari kebun kakao dan kebun teh, para karyawan perempun rata-rata sudah mulai tua.
Dengan bertambahnya usia, maka karyawan perempuan malas, lelah atau tidak mampu lagi untuk bekerja sehingga karyawan perempuan mempekerjakan buruh nyerep bekerja
untuk menggantikan pekerjaannya. Seperti hasil wawancara berikut ini: “…sebenarnya saya masih sehat dan masih sanggup
untuk bekerja tetapi karena bisa mempekerjakan buruh nyerep, lalu saya meminta tolong sama Ibu Saroh agar
Universitas Sumatera Utara
76
menjadi buruh pengganti saya dan saya dirumah jagain warung…” Ibu Lasma, 5
Ibu Lasma masih mampu untuk bekerja tetapi banyak alasan yang membuat Ibu Lasma mempekerjakan buruh nyerep, alasannya yaitu Ibu Lasma merasa lelah dan
butuh istirahat dan Ibu Lasma memiliki warung disamping rumahnya sehingga Ibu Lasma menjaga warung sedangkan suaminya yang akan belanja jika stok barang sudah
habis. Warung yang dimiliki Ibu Lasma cukup besar dibandingkan dengan warung lainnya. Dimana hampir semua warga Afdeing V berbelanja di warung Ibu Lasma, selain
lengkap, di warung Ibu Lasma juga diperbolehkan mengutang dan bisa dibayar pada saat gajian tiba tetapi tentu saja harga mengutang berbeda dengan harga kontan. Ibu Saroh
yang menjadi buruh pengganti dari Ibu Lasma juga berbelanja dan mengutang di warung Ibu Lasma sehingga mereka sering bertemu di warung.Selain hubungan pedagang dan
pembeli, hubungan mereka adalah hubungan tetangga dimana jarak rumah mereka sangat dekat dan hubungan antara majikan dengan pekerja dimana Ibu Lasma sebagai Majikan
yang mempekerjakan Ibu Saroh sebagai buruh nyerepnya buruh prngganti. Berbeda dengan yang diungkapkan Ibu Roslina Hutabarat berikut ini:
“…saya sudah tua dan gak kuat lagi untuk kerja. Dulunya saya memanipulasi umur saya ketika melamar
menjadi karyawan sehingga saat saya uda tua begini saya belum pension dan kalau mau pension dini kan nanggung
karna tinggal 2 tahun lagi…”
Ibu Roslina diatas sudah tua dan tidak mampu lagi untuk bekerja karena dulunya ketika melamar menjadi karyawan, Ibu Roslina memanipulasi umurnya menjadi lebih
mudah 7 tahun dari umur yang sebenarnya.Umur Ibu Roslina yang sebnarnya adalah berumur 60 tahun sedangkan umurnya yang tercatat di perkebunan adalah berumur 53
tahun. Masa pensiun karyawan adalah berumur 55 tahun, sehingga padaa saat ini Ibu Roslina masih memiliki waktu 2 tahun lagi untuk pension, sedangkan saat ini Ibu
Universitas Sumatera Utara
77
Roslina suda tidak mampu lagi untuk bekerja di lapangan perkebunan maka Ibu Roslina memutuskan untuk mempekerjakan buruh nyerep, buruh nyerep Ibu Roslina adalah Ibu
Ernita Simanguncong. Ibu Ernita adalah satu pondok dengan Ibu Roslina di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.Walaupun jarang bertemu tetapi hubungan yang terjalin
antara mereka cukup baik sebagai sesama warga Afdeling V dan.selain hubungan sebagai tetangga, mereka juga memiliki hubungan kerja yang saling menguntungkan
pihak masing-masing. Berbeda dengan yang diungkapkan Ibu Susi, seperti hasil wawancara berikut ini:
“…sebenarnya sih saya masih sanggup untuk bekerja tapi jarak rumah dari tempat kerja sangat jauh dan saya pasti
akan merasa kecapekan sekali sehingga saya memutuskan untuk mempekerjakan buruh nyerep. Buruh nyerep yang
saya pekerjaan adalah Ibu Salma yang tinggal di Afdeling V…”
Ibu Susi sebenarnya masih sanggup untuk bekerja tetapi banyak alasan yang membuatnya malas untuk bekerja, seperti jarak rumah dan tempat kerja yang jauh
padahal dulu Ibu Susi dan keluarga pernah bertempat tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi tetapi mereka memutuskan untuk pindah ke Emplasmen dengan alasan
agar anak-anak mereka bisa dekat menuju sekolahannya. Hubungan Ibu Susi dengan Ibu Salma hanya sebatas hubungan kerja dan mereka jarang bertemu. Seperti hasil
wawancara berikut ini: “…saya gak pernah jumpa lagi dengan Ibu Salma
buruh nyerep terakhir jumpa ya saya jumpai dia minta tolong untuk nyerepin saya kerja setelah itu saya gak pernah
jumpa lagi.Kalo gajian, suami saya yang memberikannya. Jadi ya hubungan kami hanya sebatas itu, saya juga hanya
memberikan gaji aja yang menjadi haknya karna telah bekerja menggantikan saya…”
Ibu Susi mengatakan bahwa hubungan mereka tidak terlalu dekat.Mereka bertemu hanya pada saat ibu Susi meminta tolong kepada ibu Salma untuk menjadi
Universitas Sumatera Utara
78
buruh nyerepnya.Selain itu mereka tidak pernah lagi bertemu atau saling berkomunikasian.Hal ini juga disebabkan karena rumah mereka berjauhan.Dan jika pada
saat gajian, suami Ibu Susi yang memberikannya kepada Ibu Salma.
4.7.2 Sistem Pengupahan Buruh Nyerep Upah adalah hak pekerjaburuh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang atau imbalan dari yang mempekerjakannya kepada pekerjaburuh yang ditetapkan dan dibayar menurut suatu perjanjian kerja dan kesepakatan bersama. Sistem
pengupahan antara karyawan dengan buruh yaitu dengan sistem upah menurut waktu dimana yang menentukan bahwa besar kecilnya upah yang akan dibayarkan kepada
masing-masing tenaga kerja, tergantung pada banyak sedikitnya waktu kerja mereka seperti bekerja per hari dan per bulan. Upah yang diterima buruh nyerep sebesar Rp
30.000 per harinya.Upah tersebut diterima pada saat gajian besar yaitu pada tanggal 4. Dari awal mulanya hubungan kerja antar karyawan dan buruh nyerep sudah ada
perjanjian, penjanjian itu hanya sebatas ucapan, termasuk didalamnya kesepakatan tentang upah yang akan diberikan. Upah buruh nyerep mengikuti harga pasaran atau
mengikuti kawan lainnya.Karyawan hanya memberikan upah saja sesuai dengan hitungan perhari buruh bekerja.
4.8 Keberadaan dan Keberlangsungan Buruh Nyerep Perempuan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Persero
Keberadaan buruh nyerep di perkebunan disebabkan oleh karyawan yang membutuhkan buruh nyerep. Pada awal mulanya keberadaan buruh nyerep hanya karena
Universitas Sumatera Utara
79
karyawan tidak mampu lagi untuk bekerja dan meminta tolong kepada orang lain untuk bekerja menggantikannya dan dari awal meminta tolong yang hanya dengan jangka
waktu sementara hingga sampai jangka waktu yang lama. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Amir hamzah selaku Asisten Afdeling V yaitu sebagai berikut:
“…saya kurang tau sejak kapan adanya buruh nyerep ini, yang saya tau memang dari dulu sudah ada di perkebunan
manapun sudah ada buruh nyerep. karyawan yang mempekerjakan buruh nyerep pun bukan hanya karyawan
perempuan aja tapi karyawan laki-laki juga ada tetapi paling banyak adalah karyawan perempuan, sebelumnya kan saya
pernah juga menjadi Asisten di Unit Usaha Ajamu dan disana juga ada keberadaan buruh nyerep…”
Bapak Amir mengatakan bahwa tidak terlalu mengetahui tentang keberadaan buruh nyerep tetapi beliau mengatakan bahwa setiap perkebunan di PTPN IV terdapat
keberadaan buruh nyerep. Di Afdeling V sendiri terdapat 9 karyawan yang memakai jasa buruh nyerep.seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Amir sebagai berikut:
“…karyawan disini yang memakai jasa buruh nyerep ada 9 orang. Sebelumnya karyawan meminta izin kepada
mandor tetapi pada saat rapat, mandor tidak pernah melaporkan hal ini kepada saya, saya cuma dengar-dengar aja dan tau
keberadaan buruh nyerep ini. Karena tidak terlalu menggangu produksi dan target setiap harinya sehingga saya
membiarkannya saja dan saya tidak terlalu mementingkannya karena masih banyak lagi pekerjaan lainnya, yang terpenting sih
tenaganya atas nama karyawan masih tertulis bahwa dia karyawan tetap bekerja…”
Bapak Amir mengatakan bahwa tidak menjadi permasalahan selama perkebunan tidak merasa dirugikan dan tenaga buruh nyerep itu tertulis atas nama karyawan.
Keberadaan buruh nyerep juga tidak menggangu produksi dan target perkebunan sehingga Bapak Amir tidak terlalu mempersoalkannya. Keberadaan buruh nyerep ini ada
karena rasa ibah dan kasian mandor melihat karyawan yang tidak mampu lagi untuk bekerja dan memiliki alasan lainnya sehingga mandor mengizinkan karyawan memakai
Universitas Sumatera Utara
80
jasa buruh nyerep. Hal ini seperti hasil wawancara dengan Bapak Zakaria selaku mandor berikut ini:
“…awalnya karyawan itu datang kepada saya dan meminta izin untuk tidak bekerja lagi dan mau memakai jasa
buruh nyerep, awalnya saya menolak karna kan itu uda tanggung jawabnya karyawan tetapi dengan berbagai
alasannya sehingga saya merasa ibah dan kasian meliatnya lalu saya mengizinkannya tetapi itu hanya menjadi rahasia
saja…”
Bapak Zakaria mengatakan bahwa karyawan datang dengan berbagai alasan seperti tidak mampu lagi untuk bekerja, jarak rumah terlalu jauh sehingga beliau merasa kasian
dan mengizinkan karyawan menggunakan jasa buruh nyerep. Setelah itu buruh nyerep akan mencari orang yang mau bekerja menggantikan dirinya dan melapor lagi ke
mandor. Hal ini membuat karyawan merasa memiliki kekuasaan karena telah bisa menyuruh buruh nyerep untuk bekerja menggantikan dirinya.Keberadaan buruh nyerep
saat ini sudah menjadi rahasia umum yang semua orang di perkebunan sudah mengetahuinya tetapi pihak manajer tidak pernah mengetahui hal tersebut. Jika ditanya
tentang keberadaan buruh nyerep, Asisten dan mandor tidak akan mengakui keberadaan buruh nyerep karena mereka sadar bahwa karyawan yang memakai jasa buruh nyerep ini
sudah melanggar peraturan perkebunan. Tetapi karena adanya rasa kasian maka mandor pun mengizinkan karyawan memakai jasa buruh nyerep dari pada pekerjaan karyawan
terkendala karena karyawan sudah tidak mampu lagi untuk bekerja. Mempekerjakan buruh nyerep tanpa adanya perjanjian tertulis dan kontrak kerja
secara resmi yaitu sudah melanggar UU tentang Ketenagakerjaan tahun 2003.Buruh nyerep tidak mendapatkan hak-hak lainnya sebagai pekerja yaitu seperti jaminan
kesehatan, jaminan kecelakaan kerja dan tunjangan, buruh nyerep hanya mendapatkan upahnya saja yang dihitung perhari, hal tersebut membuat buruh nyerep tidak bisa
Universitas Sumatera Utara
81
berbuat apa-apa jika ada sesuatu yang terjadi pada dirinya.Buruh nyerep merupakan pekerja illegal karena yang memperkerjakan buruh nyerep adalah karyawan bukan pihak
perkebunan. Karyawan merupakan pekerja yang memiliki tanggung jawab atas pekerjaannya dan tidak memiliki kekuasaan untuk mempekerjakan orang lain untuk
menggantikan dirinya. Buruh nyerep hanya terikat dengan karyawan yang mempekerjakannya dan tidak memiliki hubungan dengan pihak perkebunan.
Universitas Sumatera Utara
82
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah di dapatkan dapat disimpulkan bahwa: 1.
Kondisi kehidupan sosial ekonomi buruh nyerep perempuan kurang terpenuhi dengan baik. Hal ini dikarenakan upah yang diterimanya hanya sedikit, sedangkan
kebutuhan pokok semakin mahal. Adapun kebutuhan buruh nyerep yang cukup terpenuhi dikarenakan suaminya bekerja sedangkan buruh nyerep yang single
perent harus bekerja banting tulang untu memenuhi kebutuhan keluarganya. 2.
Kondisi kehidupan sosial ekonomi karyawan perkebunan cukup terpenuhi dengan baik. Karyawan yang memakai jasa buruh nyerep mempunyai pekerjaan
sampingan sehingga mereka mendapatkan penghasilan selain dari hasil gajinya sebagai karyawan perkebunan.
3. Karyawan memasukan buruh nyerep perempuan ke perkebunan untuk
menggantikan dirinya dan mendapatkan persetujuan dari mandor.Buruh nyerep tidak memiliki kontrak kerja dan tidak memiliki hubungan dengan pihak
perkebunan. Oleh karena itu, buruh nyerep adalah pekerja illegal karena dilakukan secara tidak resmi dengan cara sembunyi-sembunyi dan melanggar Undang-
Undang tentang Ketenagakerjaan. Disebut tenaga kerja illegal karena keberadaan buruh nyerep tidak diakui dan tidak resmi.
4. Hubungan yang terjalin antara karyawan dengan buruh nyerep adalah hubungan
tetangga dan hubungan saling menguntungkan, dimana karyawan mempekerjakan buruh nyerep agar dapat mengerjakan pekerjaannya sedangkan buruh nyerep
mendapatkan pekerjaan dan gaji.
Universitas Sumatera Utara