Perbandingan Kondisi Sosial Buruh PT PP London Sumatra Tbk. dengan Buruh PT Perkebunan Nusantara IV (Studi Komparatif di Desa Sei Bejangkar Kab. Batubara dan Desa Padang Matinggi Kab. Simalungun)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin, 2004. Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis ( edisi revisi ). Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2005. Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial, Format-format kuantitatif dan

kualitatif. Jakarta: Airlangga Universitas Perss.

Bungin, Burhan. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Danandjaja. 2012. Metodologi Penelitian Sosial Disertai Aplikasi SPSS For

Windows. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jhonson, Doyle Paul. 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta; Prenada Media Group.

Jan Breman. 1997. Menjinakkan Sang Kuli, Politik, Kolonial pada Awal Abad

ke-20, Jakarta: Pusaka Utama Grafiti.

Faisal, Sanapiah. 2007. Format – Format Penelitian Sosial Dasar – Dasar dan

Aplikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Lawang. Robert M. Z. 2004. Kapital Sosial. Edisi Pertama. Depok. Nasution, S. 1994. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Nawawi, Hadari. 1994. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3ES.


(2)

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial (Perspektif Klasik, Modern,

Posmodern, dan Poskolonial). Depok; PT Rajagrafindo Persada.

Narwoko, J.Dwi dan Suyanto, Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan

Terapan. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ritzer, George dan J.Goodman, Douglas. 2003. Teori Sosiologi Modern. Edisi Keenam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Silalahi, Ulber. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Scott, John. 2003. Sosiologi The key Concepts. Jakarta Utara: Raja Grafindo Persada.

Scott, Jhon. 2012. Teori Sosiologi (Masalah-masalah Pokok dalam Sosiologi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, 2004, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sumber Lain:

pukul 15.00 )

45)

pukul 22 : 00)

2015 pukul 22 : 28)


(3)

(diakses pada 22 agustus 2015 pukul 16 : 18)

Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 mengenai Perkebunan

Perjanian Kerja Bersama ( PKB ) PT. Perkebunan Nusantara IV ( PERSERO )

(diakses pada 26 agustus pukul 0 : 00 )

(diakses pada 26 agustus pukul 0 : 00)

Muchsin 2004: 14, Jurnal Ekosains.

Dermarest et all, 1993, dalam Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Vol 7 No.1, April 2010.


(4)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis studi perbandingan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Menurut Nawawi (1994) metode komparatif adalah metode membandingkan satu variabel atau lebih dengan sampel besar, atau penelitian dilakukan dengan mengkaji beberapa fenomena-fenomena sosial, sehingga ditemukan pola perbedaan dan pola kesamaan.

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif memungkinkan penulis untuk memahami suatu gejala dengan lebih mendalam dengan cara setiap hal yang akan diteliti harus diidentifikasi, dikategorisasikan, dan diidentifikasi secara jelas untuk kemudian dapat diukur melalui cara-cara yang tepat. Penelitian komparatif dilakukan dengan cara menyebar kuesioner kepada masing-masing responden. Sementara pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang menghasilkan berupa data, tulisan dan tingkah laku yang didapat dan apa yang diamati serta untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian.Pendekatan kuantitatif digunakan agar dapat mempermudah untuk membandingkan antara dua hal yang berbeda berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari pengumpulan data kuantitatif. Penelitian ini membandingkan kondisi sosial buruh PT PP Lonsum dengan buruh PTPN IV. Untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data kuantitatif, maka peneliti akan dibantu dengan program software IBM SPSS Satistik 23, sehingga diharapkan hasil yang


(5)

diperoleh lebih akurat. Proses pengolahan data menggunakan SPSS dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut:

1. Pengeditan Data (Editing)

Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang telah diisi, berkaitan dengan kelengkapan pengisian, kejelasan, relevansi, dan konsistensi jawaban dan koreksi terhadap kesalahan pengisian.

2. Pengkodean Data (Coding)

Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat pemasukan data, yaitu dengan memberikan kode pada pertanyaan penelitian dalam kuesioner 3. Pemasukkan Data (Entry)

Tahapan ini dilakukan dengan cara menghitung data secara statistik untuk diolah dan dianalisis menggunakan SPSS.

4. Pengecekan Data (Cleaning)

adalah pengecekan data yang sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pemukiman buruh di PT. PP. Lonsum Divisi 03 Sei Bejangkar Kab. Batubara dan pemukiman buruh di PTPN IV Unit Padang Matinggi Kab. Simalungun. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. PTPN IV merupakan perkebunan milik pemerintah yang mangatur seluruh perkebunan yang ada di wilayah Sumatera Utara, meliputi 30 Unit Kebun


(6)

yang mengelola budidaya Kelapa Sawit dan Teh, dan 3 unit Proyek Pengembangan Kebun Inti Kelapa Sawit, 1 unit Proyek Pengembangan Kebun Plasma Kelapa Sawit, yang menyebar di 9 Kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Padang Lawas, Batubara dan Mandailing Natal. Perkebunan PTPN IV merupakan salah satu perkebunan milik pemerintahan kolonial belanda yang telah dinasionalisasi pemerintah, sehingga saya menilai sangat representatif menjadi lokasi penelitian saya. b. PT. PP. LONSUM sendiri merupakan satu - satunya perusahaan

perkebunan yang berdiri pada jaman kolonial belanda yang masih bertahan sampai saat ini dengan status perusahaan swasta yang mungkin saja masih mewarisi sistem manajemen tenaga kerja dari masa kolonial dahulu. PT.PP. Lonsum memiliki 4 divisi, yaitu : (1) 01 Dolok (2) 02 Dolok (3) 03 Seibejangkar (4) 04 Tratak. Hal inilahyang menjadi alasan saya menjadikan PT. PP. LONSUM sebagai pembanding kondisi kehidupan sosial buruh pada perkebunan.

c. Lokasi penelitian pada PTPN IV unit Padang Matinggi Kabupaten Simalungun Kecamatan Ujung Padang berdekatan dengan PT. PP. Lonsum 03 Seibijangkar Kabupaten Batubara Kecamatan Sei Balai, sehingga peneliti tertarik untuk membandingkan kedua PT tersebut.

3.2.1 Sejarah Singkat PT PP London Sumatera

Sejarah PT PP London Sumatera Indonesia Tbk berawal dari hampir satu abad yang lalu di tahun 1906 dengan kiprah Harrisons & Crossfield Plc (H&C), perusahaan perkebunan dan perdagangan yang berbasis di London. Lonsum


(7)

mengelola perkebunan karet, kopi, kakao dan teh di era sebelum perang dunia. Dari tahun 50-an sampai 70-an, Lonsum memfokuskan pada tanaman karet sebagai komoditas utama, yang selanjutnya memasuki pertengahan tahun 80-an diversifikasi ke tanaman kelapa sawit mulai dilakukan yang menggantikan tanaman karet sebagai komoditas utama pada pergantian abad terakhir ini.

Pada tahun 1994, Harrisons & Crossfield menjual seluruh saham Lonsum kepada PT Pan London Sumatra Plantation (PPLS), yang membawa Lonsum go public melalui pencatatan saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1996(profil perusahaan, 2011). Saat ini, Lonsum mengoperasikan 38 perkebunan di empat pulau di Indonesia: Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Lonsum menjadi perusahaan terbuka di tahun 1996, serta mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya, setelah Harrisons & Crossfield menjual seluruh kepemilikan sahamnya kepada PT. Pan London Sumatera Plantations (PPLS) di tahun 1994. Di tahun 2007, Lonsum menjadi bagian dari Group Indofood ketika Indofood Agri Resources Ltd (IndoAgri), anak perusahaannya di Indonesia, PT Salim Ivomas Pratama TBk ( SIMP). Pada tahun 2010, IndoAgri melakukan divestasi 8% kepemilikannya di Lonsum, dimana 3,1% dijual ke SIMP. Pelepasan kepemilikan ini telah meningkatkan porsi saham bagi investor public menjadi sebesar 40,5% dari 35,6%. Produksi minyak sawit lestari (CSPO) dimulai setelah perkebunan dan pabrik kelapa sawit Lonsum di Sumatera Utara menerima sertifikasi Roundtable on Sustainable Oil Palm (RSPO) di awal tahun 2009. Kemudian, perseroan juga menerima setifikasi RSPO untuk perkebunan dan pabrik kelapa sawit di Sumatera Selatan. Pada akhir 2013 Lonsum telah meraih sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk tida area perkebunan dan


(8)

satu pabrik di Sumatera Utara. Di akhir tahun 2014, Lonsum juga merupakan salah satu produsen CSPO terbesar di Indonesia, dengan produksi CSPO mencapai sekitar 44% dari total produksi minyak sawit (CPO) (profil perusahaan, 2011). Yang menjadi lokasi penelitian adalah PT PP Lonsum yang berada di Sumatra. PT PP Lonsum 03 Sei Bejangkar Kec. Sei Balai Kab. Batubara, Sumatra Utara. Luas area kebun Sei Bejangkar ± 812 Ha dengan intensitas tenaga 89 orang : ± 812 Ha = 0.01.

3.2.2 Sejarah Singkat PT Perkebunan Nusantara IV

PT Perkebunan Nusantara IV, Bisnis/Industri: Agro Industri. Deskripsi Bisnis: Pembudidayaan Tanaman, Pengolahan dan penjualan produk Kelapa Sawit, Teh dan Kakao. Landasan Hukum: dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996 tentang peleburan Perusahaan Perseroan PT Perkebunan VI, PT Perkebunan VII dan PT Perkebunan VIII. Menjadi Perusahaan Perseroan PT Perkebunan IV (Lembaran Negara Tahun 1996 No. 5) sesuai dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH No.37 tertanggal 11 Maret 1996. Dan sesuai dengan perubahan terakhir Anggaran Dasar Perusahaan berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham Perusahaan Persereoan atau Persero (profil perusahaan, 2003). Yang mejadi lokasi penelitian adalah PT Perkebunan Nusantara IV Provinsi Sumatra Utara Kabupaten Simalungun Kecamatan Ujung Padang. BUMN PTPN IV Tinjowan terbagi menjadi tiga bagian yaitu: Kebun Tinjowan, Aek Nauli, Padang Matinggi. Peneliti memilih Padang Matinggi sebagai bagian untuk diteliti. Luas area kebun Padang Matinggi ± 4.432 Ha dengan intensitas tenaga 468 orang : ± 4.432 Ha = 0.01.


(9)

3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang karakteristiknya ingin diketahui. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh buruh yang berada pada pemukiman buruh di desa Seibijangkar Kab.Batubara dan pemukiman buruh di desa Padang Matinggi Kab.Simalungun. Dengan jumlah 89 orang (buruh) di PT PP LONSUM 03 Sei Bejangkar Kab.Batubara dan dengan jumlah 468 orang (buruh) di PTPN IV unit Padang Matinggi Kab.Simalungun. Jumlah seluruh populasi untuk kedua PT = 89 + 468 = 557 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Oleh karena itu sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri. Untuk menghitung sampel yang akan diteliti pada penelitian ini digunakan rumus Taro Yamane, sebagai berikut :

Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d2 = Level signifikansi yang diinginkan (umumnya 0,05 untuk bidang non-eksak dan 0,01 untuk bidang eksakta).

Batasan kesalahan yang diinginkan adalah 10% dengan tingkat kepercayaan 90% Maka diperoleh hasil sebagai berikut:

� = 557 5,57+1


(10)

= 84,77 = 85buruh

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik acak berkelompok. Teknik ini merupakan teknik memilih sebuah sampel dari 2 kelompok buruh yang berbeda, yaitu buruh PT. PP. Lonsum dan buruh PTPN IV. Dimana dari setiap buruh peneliti membagi lagi buruh menjadi 2 kelompok berdasarkan strata sosialnya, yaitu buruh professional dan buruh kasar. Berikut jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini:

1) Buruh PT. PP. Lonsum 03 Sei Bejangkar dengan jumlah 21 responden, dibagi menjadi 2 kelompok:

a. Buruh professional 5 responden b. Buruh kasar 16 responden

2) Buruh PTPN IV unit Padang Matinggi dengan jumlah 64 responden, debagi menjadi 2 kelompok:

a. Buruh professional 32 responden b. Buruh kasar 32 responden

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian dimana masing-masing data dapat menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan datanya. Berdasarkan dua jenis data tersebut maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut ini :


(11)

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai informasi yang dicari. ( Saifuddin Azwar, 2004: 91 ) a. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap

objek yang akan diteliti untuk memperoleh gambaran yang tepat mengenai objek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek peneliti adalah buruh professional dan buruh kasar dimasing-masing PT: PT. PP. Lonsum (pemukiman desa Seibijangkar Kab.Batubara) dan PTPN IV (pemukiman desa Padang Matinggi Kab.Simalungun). b. Kuesioner, yaitu daftar pertanyaan secara tertulis yang berisi jawaban

yang diperoleh dari responden sebagai informasi mengenai penelitian. Kuesioner akan disebarkan kepada masing-masing responden yang merupakan buruh, baik itu buruh kasar maupun buruh profesional di pemukiman buruh di masing-masing pemukiman. Isi kuesioner merupakan pertanyaan sebesar 31 pertanyaan dengan bersifat tertutup dimana setiap pertanyaan dikelompokkan berdasarkan indikator dari variabel, yaitu sebagai berikut:

1) Identitas responden terdiri dari 10 pertanyaan 2) Indikator pendidikan terdiri dari 8 pertanyaan 3) Indikator sosial ekonomi terdiri dari 13 pertanyaan 4) Indikator interaksi terdiri dari 10 pertanyaan


(12)

c. Wawancara, yaitu pengumpulan data dan informasi dengan cara berkomunikasi langsung dengan responden untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data tangan kedua yang diperoleh melalui pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. (Saifuddin Azwar, 2004: 91). Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi pustaka dan pencatatan dokumen yaitu dengan mengumpulkan data dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal dan internet yang berisikan tentang kondisi sosial, keterbukaaan sosial, dan interaksi sosial, yang dianggap relevan dengan yang masalah diteliti.

3.5. Teknik Analisis Data

Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan mengorganisasikan data, memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Tahapan yang dilakukan yaitu dengan pengolahan data dengan menggunakan system IBM SPSS versi 23. Analisis data dilakukan peneliti dengan menggunakan:

3.5.1 Analisis Tabel Tunggal

Menurut Nawawi (1994), analisis tabel tunggal merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah


(13)

awal dalam menganalisa kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentasi untuk setiap kategori.

3.5.2 Uji - T

Uji-T adalah salah satu uji statistik yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan (meyakinkan) dari dua buah rata-rata sampel (dua buah variable yang dikomparatifkan). Uji-T dikembangkan oleh William Seely Gosset seorang konsultan statistic Irlandia pada 1915. Ia menggunakan nama samaran “student” dengan huruf “t” pada istilah uji-T sehingga uji-T dikenal dengan istilah “student T”. Penggunaan uji-T dapat dibedakan dalam:

1. Uji-T untuk sampel kecil dan sempel besar yang berkorelasi. 2. Uji-T untuk sampel kecil dan sampel besar yang tidak berkorelasi. Besarnya koefisien komparatif dengan menggunkan uji-T diberi symbol to

(tobservasi), angkanya dapat bertanda positif dan negative. Misalnya to = -3,221 sama

artinya dengan to = 3,221, kedua to ini diartikan ada selisih derajat perbedaan

sebesar 3,221. Cara memberikan interprestasi terhadap to adalah dengan

merumuskan hipotesa alternative (Ha) yang menyatakan ada perbedaan dan hipotesa nol (Ho) menyatakan tidak ada perbedaan. Setelah itu mencari df dan atau db, lalu dengan besarnya df atau db tersebut berkonsultasi pada table nilai T hasilnya disebut ttabel (tt). Selanjutnya bandingkan to dengan tt dengan ketentuan:

 Bila to sama dengan atau lebih besar dari tt maka hipotesa nol (Ho)

ditolak, yang diberarti ada perbedaan yang signifikan.

 Bila to lebih kecil dari tt maka hipotesa nol (Ho) diterima, yang berarti


(14)

Pada penelitian ini, uji-T yang digunakan adalah uji-T untuk sampel-sampel yang berkorelasi adalah nilai atau skor dari kedua sampel-sampel diambil dari subjek yang sama atau dari subjek yang berbeda namun harus tetap memiliki karakter yang sama. Analisis data dalam pendekatan kuantitatif dilakukan dengan pengujian secara statistic data yang terkumpul maka penyajian data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan presentase yang kemudian diteruskan dengan mengedit dan menganalisanya (Singarimbun, 1989).

3.5.3. Kategorisasi Data

Kategorisasi dalam uraian ini terdiri atas (1) funsi dan prinsip kategorisasi dan (2) langka-langkah kategorisasi yang diuraikan sebagai berikut:

1. Fungsi dan Prinsip Kategorisasi.

Kategorisasi berarti penyusunan kategori. Kategori tidak lain adalah salah satu tumpukan dari seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar pikiran,intuisi, pendapat, atau kriteria tertentu. Selanjutnya Linclon dan Guba menguraikan kategorisasi adalah (1) mengelompokkan kartu-kartu yang telah dibuat kedalam bagian-bagian isi yang secara jelas berkaitan, (2) merumuskan aturan yang menguraikan kawasan kategori dan yang akhirnya dapat digunakan untuk menetapkan inklusi setiap kartu pada kategori dan juga sebagai dasar untuk pemeriksaan keabsahan data, dan (3) menjaga agar setiap kategori yang telah disusun satu dengan yang lain megikuti prinsip taat asas.

2. Langkah-langkah kategorisasi

Metode yang digunakan dalam kategorisasi didasarkan atas metode analisis komparatif yang langkah-langkahnya dijabarkan atas sepuluh langkah, yang mana langkah yang terakhir adalah analisis harus menelah sekali lagi seluruh


(15)

kategori agar jangan sampai ada yang terlupakan. Setelah selesai di analisis, sebelum menafsirkan penulis wajib mengadakan pemeriksaan terhadap keapsahan datanya, pemeriksaan itu dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data.

3.5.4 Crosstabulasi

Analisis crosstab adalah suatu metode analisis berbentuk tabel, dimana menampilkan tabulasi silang atau tabel kontingensi yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengetahui apakah ada korelasi atau hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Singkatnya, analisis crosstab merupakan metode untuk mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu matriks. Tabel yang dianalisis di sini adalah hubungan antara variabel dalam baris dengan variabel dalam kolom.

Crosstabs (Tabulasi Silang) merupakan metode untuk mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu matriks. Hasil tabulasi silang disajikan ke dalam suatu tabel dengan variabel yang tersusun sebagai kolom dan baris. Crosstabs ini mudah dipahami karena menyilangkan dua variabel dalam satu tabel.

3.6 Keterbatasan Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian ini mengalami banyak kendala yang menjadi keterbatasan penelitian. Adapun yang menjadi keterbatasan penelitian adalah sebagai berikut:


(16)

1. Keterbatasan dalam penyebaran kuesioner karena penyebaran dilakukan dalam dua tempat yang berbeda yang masing-masing tidak berdekatan dan berbeda Kabupaten

2. Keterbatasan dalam kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian ilmiah.

3. Keterbatasan dalam mendapatkan teori dan pemahaman analisis data perbandingan. Pemilihan teori yang cocok dan analisis yang tidak mudah sehingga membutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam menyelesaikannya.

4. Keterbatasan dalam memperoleh surat ijin penelitian dari pihak PT PP Lonsum Pusat, Medan. Namun peneliti tetap dapat melakukan penelitian dikarnakan data yang lebih spesifik ditemukan di lapangan (langsung terhadap buruh di pemukiman) masing-masing perusahaan.


(17)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat PP PT Lonsum Indonesia Tbk.

Sejarah PP PT London Sumatra Indonesia Tbk. dimulai pada 1906 dengan sebuah perkebunan kecil tembakau dan kopi dekat Medan, Sumatera bagian utara. Berawal dari perkebunan kecil inilah Perseroan berkembang menjadi salah satu perusahaan agribisnis terkemuka, memiliki lebih kurang 90.000 hektar perkebunan kelapa sawit, karet, teh, dan kakao yang tertanam di tempat pulau terbesar Indonesia.

Di awal berdirinya, perusahaan mendiversifikasikan (usaha penganekaragaman product) tanamannya menjadi tananaman karet, teh, kakao. Di awal Indonesia merdeka Lonsum lebih memfokuskan usahanya kepada tanaman karet, yang kemudian dirubah menjadi kelapa sawit di era 1980. Pada akhir decade ini, kelapa sawit menggantikan karet sebagai komoditas utama Perseroan.

Lonsum memiliki 37 perkebunan inti dan 14 perkebunan plasma di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Pengelolaan kebun dilakukan dengan menerapkan kemajuan penelitian dan pengembangan, keahlian di bidang agro-manajemen dan tenaga kerja yang terampil serta professional. Bidang bisnis Lonsum mencakup pembibitan, penanaman, pemanenan, pengolahan, pemrosesan, dan penjualan produk-produk kelapa sawit, karet, kakao, dan teh. Dalam dunia industry perkebunan Lonsum dikenal sebagai produsen bibit kelapa sawit dan


(18)

kakao yang berkualitas baik. Bisnis berteknologi canggih tersebut adalah kunci utama pertumbuhan Perseroan.

PT PP Lonsum telah go public pada tahun 1996 dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Pada bulan Oktober 2007, Indofood Agri Resources Ltd (anak perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk) menjadi pemegang saham mayoritas Perseroan melalui anak perusahannya di Indonesia, yaitu PT Salim Ivomas Pratama.

4.1.1.1 Lokasi dan Batas Wilayah Divisi 03 Sei Bejangkar

Melalui jalan Medan ke Tebing Tinggi sebelum tiba di Kisaran dibutuhkan waktu selama 3 jam 35 menit atau sejauh 144 km untuk sampai ke PT PP Lonsum Indonesia Tbk devisi 03 Sei Bejangkar. Topografi tanah keadaanya sedikit bergelombang dan berbukit. Jenis tanah Podolik Cokelat Kuning (PCK) dan Podsolik Coklat (PC). Kebun PT Lonsum devisi 03 memiliki luas HGU (Hak Guna Usaha) ±812 Ha.

4.1.2 Sejarah Singkat PT Perkebunan Nusantara IV

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara bidang perkebunan yang berkedudukan di Medan, Provinsi Sumatera Utara. Pada umumnya perusahaan-perusahaan perkebunan di Sumatera Utara memiliki sejarah panjang sejak zaman belanda.

Pada awalnya keberadaan perkebunan ini merupakan milik maskapai Belanda yang dinasionalisasi pada tahun 1959, dan selanjutnya berdasarkan kebijakan pemerintah telah mengalamibeberapa kali perubahan organisasi sebelum akhirnya menjadi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).


(19)

Pada tahun 1985 sesuai Undang-undang Nomor 86 Tahun 1958, perusahaan-perusahaan swasta asing (Belanda) seperti HVA dan RCMA dinasionalisasikan oleh pemerintah RI, dan kemudian dilebur menjadi Perusahaan milik Pemerintah melalui peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1959. Selanjutnya pada tahun 1967 Pemerintah melakukan pengelompokan menjadi perusahaan Terbatas Persero, dengan nama resmi PT. Perkebunan I s.d. IX (Persero).

Pada tahun 1994 PTP VI, VII, dan VIII, digabung dalam kelompok PTP. Sumut –III, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No 9 tahun 1996 semua PTP yang ada di Indonesia dikelompokkan kembali melalui penggabunan dan pemisahan proyek-proyek yang melahirkan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN –I s.d. PTPN –XIV). Terhitung sejak 11 Maret 1996, gabungan PTP VI, VII, dan VIII, diberi mana PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), yang kini ber Kantor Pusat di Jl. Letjend Soeprapto No 2 Medan.

PTPN IV sebagai BUMN yang bergerak pada bidang usaha agroindustry. PTPN IV mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup pengolahan areal dan tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman menghasilkan, pengolahan komoditas menjadi bahan baku berbagai industry, pemasaran komoditas yang dihasilkan dan kegiatan lainnya.

PTPN IV memiliki 30 Unit kebun mengelola budidaya Kelapa Sawit dan Teh, dan 3 Unit Proyek Pengembangan Kebun Inti Kelapa Sawit, 1 unit Proyek Pengembangan Kebun Plasma Kelapa Sawit, yang menyebar di 9 Kabupaten, yaitu : Kab. Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Padang Lawas Utara, Batubara, dan Mandailing Natal.


(20)

4.1.2.1 Lokasi dan Batas Wilayah Kebun Padang Matinggi

Padang matinggi ± 183 KM dari kota Medan dan 85 KM dari kota Pematang Siantar. Letak kebun Padang Matinggi berada pada ketinggian ± 9 m diatas permukaan laut dengan topografi datar bergelombang namun terdapat areal berbukit dan lengkungan / rendahan.

Kebun Padang Matinggi terletak di K

ec. Ujung Padang Kab. Simalungun Provinsi Sumatera Utara dengan batas – batas sebagai berikut :

1. Sebelah selatan berbatasan dengan Aek Nauli, Desa Teratak Nagodang, Nagori Teratak Bulu Duri, Nagori Tanjung Marihat, Kebun Tinjowan. 2. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa / Nagori Aek Nauli, dan Kebun

Tinjowan.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Nagori Pulau Pitu Marihat, Nagori Sayur Matinggi, dan kebun Tinjowan.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Nagori Aek Gerger, Nagori Ujung Bayu, dan Aek Nauli.

5. Ditengah – tengah HGU terdapat dua Nagori yaitu : Nagori Lima pulu dan Nagori Talun Tanjung. Saat ini areal konsensi Kebun Padang Matinggi adalah ± 4.432 Ha (profil kebun Padang Matinggi, 2012).


(21)

4.2 Komposisi Buruh / Pekerja

Tabel 4.1

Data Buruh Berdasarkan Tempat Bekerja

No. Nama Perusahaan Frekuensi Persen

1. PP PT London Sumatra Tbk. devisi 03 Sei Bejangkar

89 15,98%

2. PT Perkebunan Nusantara IV unit Padang Matinggi

468 84,02%

Jumlah 557 100%

4.3 Deskripsi Fasilitas dan Prasarana yang Disediakan Perusahaan

4.3.1 PT PP London Sumatra Indonesia Tbk devisi 03 Sei Bejangkar

Dalam kompleks permikiman karyawan PP PT London Sumatra Tbk. Kab. Batubara tersedia fasilitas maupun prasarana bagi karyawan nya. Prasaran pendidikan yang kurang memadai hanya tingkat Sekolah Dasar (SD). Fasilitas ibadah, kesehatan, dan prasarana olah raga.

Fasilitas dan Prasarana yang disediakan Perusahan sebagai berikut : a. Masjid : 1 buah

b. Musholla : 2 buah c. Klinik : 1 buah d. T. Kanak – kanak : 1 buah e. SD/Madrasah : 1 buah f. L. Bola kaki : 1 buah g. L. Tennis : 1 buah h. Balai Desa : 1 buah


(22)

4.3.2 PT Perkebunan Nusantara IV unit Padang Matinggi

Dalam Kompleks permukiman karyawan PTPN IV di Kab. Simalungun tersedia fasilitas maupun prasarana yang memadai bagi masyarakat nya, sehingga masyarakat tidak harus keluar kompleks pemukiman dalam hal – hal tertentu. Prasarana pendidikan yang cukup memadai sampai tingkat menengah. Fasilitas ibadah yang memadai bagi masyarakat. Fasilitas kesehatan dan juga sarana olah raga bagi masyarakat.

Fasilitas dan Prasarana yang disediakan Perusahaan sebagai berikut :

a. Masjid : 2 buah

b. Musholla : 5 buah

c. Gereja : 2 buah

d. Rumah Sakit : 1 buah e. Taman Kanak – kanak : 1 buah

f. SD : 1 buah

g. SMP : 2 buah

h. SMA : 1 buah

i. L. Bola Kaki : 2 buah

j. L. Volly : 3 buah

k. L. Tennis : 2 buah

l. L. Golf : 1 buah

m. Wisma : 1 buah


(23)

4.4 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah buruh yang bekerja di:

1. PP PT Lonsum Sumatera Indonesia Tbk devisi 03 Sei Bejangkar, sebanyak 21 responden.

2. PT Perkebunan Nusantara IV unit Padang Matinggi, sebanyak 64 responden.

Menganalisis data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi satu bagian-bagian tertentu berdasarkan jawaban responden. Analisis data yang dimaksud adalah interpretasi langsung berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan. Adapun data yang dianalisa pada bab ini adalah sebagai berikut:

4.5 Identitas Responden

Tabel 4.2

Identitas responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Laki-laki 67 78.8 78.8 78.8

Perempuan 18 21.2 21.2 100.0

Total 85 100.0 100.0

Sumber : Data Kuesioner, Januari 2016

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini tidak menitikberatkan pada jenis kelamin tertentu, setiap jenis kelamin memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumalah responden


(24)

laki-laki adalah 67 jiwa atau 78,8 % dan jumlah responden perempuan adalah 18 jiwa atau 21,2 % jiwa.

Tabel 4.3

Identitas responden berdasarkan PT Responden Bekerja

Perusahaan Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PT PP Lonsum 21 24.7 24.7 24.7

PTPN IV 64 75.3 75.3 100.0

Total 85 100.0 100.0

Sumber: Data Kuesioner, Januari 2016

Berdasarkan hasil yang didapat dari data kuesioner, jumlah buruh yang menjadi responden, bekerja pada PP PT Lonsum Devisi 03 Sei Bejangkar sebanyak 21 buruh atau sama dengan 24,7% dan jumlah buruh yang bekerja di PTPN IV unit Padang Matinggi sebanyak 64 buruh atau sama dengan 75,3%. Jumlah responden ditentukan sesuai dengan teknik acak berkelompok. Teknik ini merupakan teknik memilih sebuah sampel dari 2 kelompok buruh yang berbeda.

Tabel 4.4

Status Pekerjaan Responden

Status Pekerjaan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Buruh Kasar 49 57.6 57.6 57.6

Buruh Profesional 36 42.4 42.4 100.0

Total 85 100.0 100.0


(25)

Berdasarkan hasil kuesioner, dapat dilihat bahwa jumlah buruh kasar dari gabungan kedua PT, baik PTPN IV dan PP PT Lonsum adalah 49 buruh atau sama dengan 57,6% dari total buruh yang menjadi responden. Dan sebanyak 36 buruh atau sama dengan 42,4% buruh yang bekerja sebagai buruh professional. Pembagian jenis kasta dalam penelitian ini berguna untuk mempermudah peneliti dalam melihat jika nanti ditemukannya perbedaan ataupun persamaan antara masing masing kasta dalam interaksi yang terbangun.

Tabel 4.5

Identitas Responden Berdasarkan Usia

Usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

26-30 5 5.9 5.9 5.9

31-35 6 7.1 7.1 12.9

36-40 18 21.2 21.2 34.1

41-45 17 20.0 20.0 54.1

46-50 24 28.2 28.2 82.4

>50 15 17.6 17.6 100.0

Total 85 100.0 100.0

Sumber: Data Kuesioner, Januari 2016

Berdasarkan hasil kuesioner, terdapat 5 buruh atau sama dengan 5,9% buruh yang berusia 26-30 tahun, 6 buruh atau sama dengan 7,1% buruh yang berusia 31-35 tahun, 18 buruh atau sama dengan 21,2% buruh yang berusia 36-40 tahun, 17 buruh atau sama dengan 20,0% buruh yang berusia 41-45 tahun, 24 buruh atau sama dengan 28,2% buruh yang berusia 46-50 tahun, dan 15 buruh atau sama dengan 17,6% buruh yang berusia lebih dari 50 tahun keatas.


(26)

Tabel 4.6

Penghasilan Responden

Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

1.000.000-2.000.000 30 35.3 35.3 35.3

2.000.000-3.000.000 28 32.9 32.9 68.2

3.000.000-4.000.000 19 22.4 22.4 90.6

4.000.000-5.000.000 1 1.2 1.2 91.8

6.000.000-7.000.000 1 1.2 1.2 92.9

>8.000.000 6 7.1 7.1 100.0

Total 85 100.0 100.0

Sumber: Data Kuesioner, Januari 2016

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat, 30 responden atau sama dengan 35,3% responden yang berpenghasilan 1.000.000 – 2.000.000. Penghasilan 1jt – 2jt adalah upah yang diberikan kepada buruh kasar. 28 responden atau sama dengan 32,9% responden yang berpenghasilan 2.000.000 – 3.000.000. Ada beberapa responden yang berstatus buruh kasar diberi upah 2jt – 3jt, tergantung pada golongan. 19 responden atau sama dengan 22,4% responden yang berpenghasilan 3.000.000 – 4.000.000. Pada level ini buruh yang diberi upah 3jt – 4jt adalah buruh professional. 1 responden atau sama dengan 1,2% responden yang berpenghasilan 4.000.000 – 5.000.000, 1 responden atau sama dengan 1,2% responden yang berpenghasilan 6.000.000 – 7.000.000, 6 responden atau sama dengan 7,1% responden yang berpenghasilan lebih dari 8.000.000. Bahkan ada buruh prefesional yang diberi upah sebanyak 16jt pada posisi Staf Perkebunan.


(27)

Tabel 4.7

Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir

Responden Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sekolah Dasar 4 4.7 4.7 4.7

SMP/Sederajat 8 9.4 9.4 14.1

SMA/Sederajat 55 64.7 64.7 78.8

Perguruan Tinggi 18 21.2 21.2 100.0

Total 85 100.0 100.0

Sumber: Data Kuesioner, Januari 2016

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat, mayoritas responden berpendidikan SMA/sederajat, ada sebanyak 64,7% atau 55 responden yang pendidikan terakhirnya SMA/sederajat. Banyak responden yang merasa tidak puas dengan pendidikan terakhir mereka, pada umumnya ketidak-puasan dirasakan pada buruh professional yang bekerja dikantoran. Status pendidikan yang baik dibutuhkan untuk pengangkatan golongan.

Tabel 4.8

Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pasangan Pendidikan Terakhir

Pasangan Responden Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sekolah Dasar 10 11.8 11.8 11.8

SMP/Sederajat 18 21.2 21.2 32.9

SMA/Sederajat 38 44.7 44.7 77.6

Perguruan Tinggi 19 22.4 22.4 100.0

Total 85 100.0 100.0


(28)

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel 4.8, ada sebanyak 10 orang (11,8%) pasangan responden yang berstatus pendidikan terakhirnya SD (sekolah dasar). Terdapat 18 orang (21,2%) yang pasangan nya berstatus pendidikan terakhirnya SMP/sederajat. Ada sebanyak 30 orang (44,7%) pasangan yang berstatus pendidikan terakhirnya SMA/sederajat. Dan 19 orang (22,4%) pasangan responden yang berstatus pendidikan terakhirnya melanjut Perguruan Tinggi (S1). Data ini dibutuhkan peneliti untuk melihat apakah pendidikan menjadi dasar dalam memilih pasangan hidup. Sehingga peneliti dapat melihat tingkat penting atau tidak pentingnya pendidikan menurut responden.

Tabel 4.9

Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

1anak 17 20.0 20.0 20.0

2anak 20 23.5 23.5 43.5

3anak 31 36.5 36.5 80.0

4anak 10 11.8 11.8 91.8

5anak 5 5.9 5.9 97.6

6anak 2 2.4 2.4 100.0

Total 85 100.0 100.0

Sumber: Data Kuesioner, Januari 2016

Berdasarkan hasil kuesioner dalam Tabel 4.9, ada (20,0%) 17 responden memiliki 1 anak, (23,5%) 20 responden memiliki 2 anak, (36,5%) 31 responden memiliki 3 anak, (11,8%) 10 responden memiliki 4 anak, (5,9%) 5 responden memiliki 5 anak, dan (2,4%) 2 responden memiliki 6 anak. Data ini dibutuhkan


(29)

peneliti untuk membantu peneliti melihat sejauh mana responden memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka.

Tabel 4.10

Identitas Responden Berdasarkan Agama

Agama Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Islam 54 63.6 63.6 63.6

Katolik 1 1.2 1.2 64.8

Protestan 30 35.2 35.2 100.0

Total 85 100.0 100.0

Sumber : Data Kuesioner, Januari 2016

Berdasarkan hasil dari Tabel 4.10 dapat dilihat, jumlah responden buruh Islam ada 54 orang atau sama dengan 63.6%. Jumlah responden buruh Katolik ada 1 orang atau sama dengan 1.2%. Jumlah responden buruh Kristen ada 30 orang atau sama dengan 35.2%.

4.6 Kondisi Sosial PT PP London Sumatra Tbk. Divisi 03 Sei Bejangkar

4.6.1 Pendidikan Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Berdasarkan hasil Tabel pada lampiran dapat dilihat bahwa nilai mean tertinggi pada buruh PT Lonsum adalah mengupayahkan memberi pendidikan terbaik untuk anak (mean 3.69 dan standar deviasi 0.58), dan nilai mean terendah adalah selektif dalam memilih pasangan hidup, terutama soal tingkat pendidikan (mean 2.43 dan standar deviasi 1.16). Dari hasil nilai mean tertinggi diketahui bahwa sebanyak 71.4% responden menjawab sangat setuju dan sebanyak 0%


(30)

responden menjawab tidak setuju mengupayahkan memberi pendidikan terbaik untuk anak – anak mereka, sementara dari nilai mean terendah dapat dilihat bahwa sebanyak 33.3% responden menjawab tidak setuju dan 19% responden menjawab sangat setuju selektif dalam memilih pasangan hidup, terutama soal tingkat pendidikan. Bentuk pengupayaan yang dilakukan buruh selaku orang tua adalah dengan memberikan pelajaran tambahan seperti: memberikan bimbingan belajar di luar sekolah, memanggial guru private ke rumah.

Berdasarkan Tabel lampiran diketahui bahwa frekuensi responden buruh pada PT Lonsum dalam pendidikan merupakan hal yang sangat penting adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 14 orang (66.7%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 6 orang (28.6%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 orang (0%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang (4.8%). Dari tabel dibawah dilihat bahwa rata – rata responden buruh pada PT Lonsum menjawab sangat setuju pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Seperti yang diungkapkan salah satu responden buruh pada PT Lonsum berikut ini :

“…bapak meskipun hanya tamatan SMP/sederajat, bagi bapak pendidikan sangat lah penting, supaya kita tidak ketinggalan jaman, tidak dibodoh – bodohin, dan tidak susah seperti keadaan bapak saat ini nak, hanya pekerja lapangan…”

Jawaban buruh pada PT Lonsum dalam pendidikan memberikan posisi pekerjaan yang sesuai adalah sebagai berikut: responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 10 orang (47.6%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 7 orang (33.3%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 4 orang


(31)

(19%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 0 orang (0%). Dari pengalaman pribadi responden buruh PT Lonsum, bahwa pendidikan sangat mempengaruhi posisi atau kedudukan dalam pekerjaan. Responden merasa tidak puas dengan pencapaian pendidikan yang dia miliki, karena pendidikan yang saat ini dimiliki tidak mampu mengantarkan responden ke level atau tahap yang lebih baik dalam karir.

Dalam mengupayahkan pendidikan yang terbaik untuk anak, responden buruh pada PT Lonsum yang menjawab sangat mengupayahkan sebanyak 15 orang (71.4%). Responden yang menjawab mengupayahkan 5 orang (23.8%). Responden yang mejawab sekedarnya sebanyak 1 orang (4.8%). Dan tidak ada responden yang menjawab tidak mengupayahkan pada bagian ini.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jawaban responden buruh pada PT Lonsum dalam pendidikan membantu memperbaiki keadaan ekonomi adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 8 orang (38.1%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 11 orang (52.4%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 1 orang (4.8%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang (4.8%).

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat juga jawaban responden pada buruh PT Lonsum, puas dengan pendidikan terakhir yang dimiliki, adapun responden yang menjawab sangat puas sebanyak 5 orang (23.8%). Responden yang menjawab puas sebanyak 6 orang (28.6%). Responden yang menjawab kurang setuju/ kurang puas sebanyak 8 orang (38.1%). Responden yang menjawab tidak puas sebanyak 2 orang (9.5%). Buruh pada PT Lonsum banyak yang merasa tidak


(32)

puas dengan pendidikan terakhir yang dimiliki, hal ini dikarenakan mereka banyak yang hanya tamatan SMP/sederajat dan SMA/sederajat.

Freskuensi responden buruh pada PT Lonsum dalam pendidikan mempengaruhi hubungan baik dengan lingkungan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 1 orang (4.8%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 13 orang (61.%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 5 orang (23.8%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 2 orang (9.5%). Menurut responden buruh PT Lonsum dari hasil wawancara bahwa dengan pendidikan mereka dapat menempatkan diri dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar.

Dalam penanaman nilai – nilai kepada anak bahwa pendidikan penting sebagai penyiapan tenaga kerja, responden menjawab sangat setuju sebanyak 16 orang (76.2%) dan responden menjawab setuju sebanyak 5 orang (23.8%). Tidak ada responden yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju. Buruh pada PT Lonsum secara keseluruhan menjawab sangat setuju menanamkan nilai – nilai kepada anak bahwa pendidikan penting sebagai penyiapan tenaga kerja, hal ini dikarnakan mereka menyadari semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan. Dengan pendidikan setidaknya seseorang telah mampu untuk melahirkan inspirasi-inspirasi baru yang dapat menolong dirinya untuk bertahan hidup.

Frekuensi responden buruh pada PT Lonsum, selektif memilih pasangan hidup dalam hal pendidikan, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 4 orang (19%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 5 orang (23.8%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 5 orang (23.8%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 orang (33.3%). Dari tabel di atas dilihat


(33)

bahwa rata – rata responden buruh pada PT Lonsum menjawab kurang setuju dan tidak setuju dalam selektif memilih pasangan hidup, seperti yang diungkapkan salah satu buruh pada PT Lonsum sebagai berikut:

“….buat bapak tidak terlalu penting, yang terpenting istri bapak bisa urus anak – anak dan jago masak saja sudah ok…”

4.6.2 Sosial-Ekonomi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Berdasarkan hasil tabel pada bagian lampiran dapat dilihat nahwa nilai mean tertinggi pada buruh PT Lonsum adalah mengutamakan SMK3/Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja (mean 3.95 dam standar deviasi 0.22) dan nilai mean terendah adalah upah cukup untuk memenuhi kebutuhan tersier (mean 1.00 dan standar deviasi 0.00). Dari hasil nilai mean tertinggi diketahui bahwa sebanyak 95.2% menjawab sangat setuju dan sebanyak 0% menjawab tidak setuju dalam mengutamakan SMK3, sementara dari nilai mean terendah dapat dilihat bahwa seluruh responden pada buruh PT Lonsum menjawab tidak setuju upah yang diperoleh cukup untuk memenuhi kebutuhan tersier, mereka.

Berdasarkan tabel lampran dapat diketahui bahwa frekuensi respponden buruh pada PT Lonsum dalam sosial-ekonomi sebagai kondisi sosial untuk strategis letak perumahan yang disediakan adalah sebagai berikut; yang menjawab sangat setuju sebanyak 13 orang (61.9%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 7 orang (33.3%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 1 orang (4.8%). Dan tidak ada responden yang menjawab tidak setuju dalam strategis letak perumahan yang disediakan perusahaan.

Responden buruh pada PT Lonsum dari fasilitas kesehatan yang disediakan perusahaan telah memenuhi standat kebutuhan pengobatan adalah


(34)

sebagai berikut; responden yang menjawab sangat memenuhi sebanyak 10 orang (47.6%). Responden yang menjawab memenuhi sebanyak 4 orang (19%). Responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak 5 orang (23.8%). Responden yang menjawab tidak memenuhi sebnayak 2 orang (9.5%). Namun dari hasil wawancara yang diperoleh oleh peneliti didapati ketidak sesuaian data dilapangan, dimana fasilitas kesehatan yang tersedia tidak dapat memenuhi standar pertolongan pertama bagi keselamatan pekerja PT Lonsum. Yang tersedia hanya kelinik berukuran 4 x 4 m, dengan alat-alat kesehatan sekedarnya saja.

Ada pun jawaban responden buruh pada PT Lonsum terhadap penghasilan dapat memenuhi melanjutkan pendidikan anak ke jenjang lebih tinggi adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat memenuhi sebanyak 3 orang (14.3%). Responen yang menjawab memenuhi sebnayak 8 orang (38.1%). Responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak 6 orang (28.6%). Responden yang menjawab tidak memenuhi sebanyak 4 orang (19%). Dari jawaban responden pada buruh PT Lonsum dapat dilihat bahwa hampir 50% buruh penghasilannya kurang memenuhi atau tidak memenuhi untuk melanjutkan pendidikan anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Seperti penyataan sala satu buruh PT Lonsum berikut ini:

“….bapak pinginnya sih anak bapak bisa sarjana nak, tapi upah bapak sebagai pekerja lapangan saja udah pas – pas buat makan. Kalau bisa kuliah biaya sendiri lah , ya itupun kalau anaknya bapak mau….’.

Berdasarkan tabel pada lampiran, dapat dilihat juga jawaban responden buruh pada PT Lonsum dalam kondisi perumahan sesuai dengan kebutuhan (air,


(35)

listrik, pembuangan limbah) adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat baik sebanyak 14 orang (66.7%). Responden yang menjawab baik sebanyak 6 orang (28.6%). Responden yang menjawab kurang baik sebanyak 1 orang (4.8%). Responden yang menjawab tidak baik sebanyak 0%.

Gambar 4.1 Perumahan PT Lonsum

Berdasarkan tabel pada lampiran, dapat dilihat juga jawaban responden buruh pada PT Lonsum terhadap asuransi kesehatan, bantuan pendidikan yang disediakan perusahaan telah sesuai dengan yang diharapkan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat sesuai sebanyak 11 orang (71.4%). Responden yang menjawab sesuai sebanyak 9 orang (42.9%). Responden yang menjawab kurang sesuai sebanyak 1 orang (4.8%). Tidak ada responden yang menjawab tidak sesuai. Dari keterangan diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 0% responden menjawab tidak sesuai terhadap asuransi kesehatan, bantuan pendidikan yang seperti yang diungkapkan salah satu responden sebagai berikut:

“…kalau untuk bantuan pendidikan bagi pekerja lapangan tidak ada, mungkin bagi pekerja kantoran itu disediakan, kalau asuransi kesehatan kan sudah ada BPJS…”.


(36)

Responden PT Lonsum dalam mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan seperti gotong – royong, jaga malam adalah sebagai berikut; respondena yang menjawab selalu mengikuti sebanyak 15 orang (71.4%). Responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 3 orang (14.3%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 3 orang (14.3%). Tidak ada responden yang menjawab tidak pernah mengikuti kegiatan yang diselenggarakan perusahaan. Tabel lampiran menunjukan bahwa responden buruh pada PT Lonsum banyak menjawab selalu mengikuti kegiatan yang diselenggarakan. Responden menjelaskan bahwa kegiatan tersebut memang wajib dilaksanakan untuk tetap menjaga keamanan, dan kebersihan lingkungan bersama.

Berdasarkan tabel lampiran dapat dilihat juga jawaban responden buruh pada PT Lonsum dalam Perusahaan menyediakan koperasi bagi pekerjanya dengan pinjaman bunga yang tidak membebani adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat tidak membebani sebanyak 13 orang (61.9%). Responden yang menjawab tidak membebani sebanyak 3 orang (14.3%). Responden yang menjawab luamayan membebani sebanyak 3 orang (14.3%). Tidak ada responden yang menjawab sangat membebani dengan bunga pinjaman yang diberikan perusahaan. Responden buruh pada PT Lonsum lebih banyak menjawab sangat tidak membebani terhadap pinjaman koperasi yang disediakan Perusahaan. Menurut mereka koperasi Perusahaan sangat membantu, dan cara pembayaran nya dengan memotong langsung upah buruh, sehingga responden merasa tidak terbebanin. Seperti yang diungkapkan salah satu responden buruh pada PT Lonsum sebagai berikut:


(37)

“….koperasi Perusahaan sangat membantu, kita meminjam dengan bunga rendah dan cara pembayarannya langsung potong upah per tiap bulannya, jadi tidak terasa pinjaman sudah lunas saja….’.

Dalam menggunkan koperasi yang disediakan perusahaan dengan pinjaman, responden buruh pada PT Lonsum yang menjawab sangat sering meminjam sebanyak 15 orang (71.4%). Responden yang menjawab sering meminjam sebanyak 4 orang (19%). Responden yang menjawab jarang meminjam sebanyak 2 orang (9.5%). Tidak ada respoden yang menjawab tidak pernah meminjam ke koperasi perusahaan.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat juga jawaban responden buruh pada PT Lonsum dalam Perusahaan telah dengan baik memberikan bantuan dan santuan kepada para pekerja nya adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat baik sebanyak 0%. Responden yang menjawab baik sebanyak 14 orang (66.7%). Responden yang menjawab kurang baik sebanyak 7 orang (33.33%). Tidak ada responden yang menjawab tidak baik dalam bantuan dan santunan perusahaan. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata – rata responden buruh pada PT Lonsum menjawab baik untuk Perusahaan dalam memberikan bantuan dan santunan. Seperti yang diungkapkan salah satu responden buruh pada PT Lonsum berikut ini:

“…Perusahaan tidak memberikan bantuan seperti ; pendidikan, dan asuransi kesehatan hanya saja memberikan klinik untuk pengobatan ringan, selebihnya kita tanggung sendiri…”


(38)

Dalam mengutamakan system manajemen keselamatan kesehatan kerja (SMK3), responden buruh pada PT Lonsum yang menjawab sangat mengutamakan sebanyak 20 orang (95.2%). Responden yang menjawab mengutamakan sebanyak 1 orang (4.8%). Tidak ada responden yang menjawab kurang mengutamakan dan tidak mengutamakan dalam SMK3. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir keseluruhan responden menjawab sangat mengutamakan SMK3. Seperti pernyataan salah satu buruh pada PT Lonsum berikut ini:

“….PT PP Lonsum Indonesia Tbk sangat mengutumakan keselamatan para pekerjanya karna itu sudah menjadi kewajiban sebuah perusahaan untuk mengutamakan keselamatan pekerjanya, dan itu ada di dalam UU…”

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat juga jawaban responden buruh pada PT Lonsum dalam memenuhi kebutuhan sekunder, adapun responden yang menjawab sangat memenuhi sebanyak 1 orang (4.8%). Responden yang menjawab memenuhi sebanyak 12 orang (57.1%). Responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak 7 orang (33.33%). Responden yang menjawab tidak memenuhi sebanyak 1 orang (4.8%).

Frekuensi responden buruh pada PT Lonsum dalam memenuhi kebutuha primer adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sanget memenuhi sebanyak 1 orang (4.8%). Responden yang menjawab memenuhi sebanyak 16 orang (76.2%). Responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak 4 orang (19%). Tidak ada responden yang menjawab tidak dapat memenuhi kebutuhan


(39)

sekunder nya. Dapat dilihat dari tabel di atas rata – rata responden buruh pada PT Lonsum dapat memenuhi kebutuhan primer mereka.

Frekuensi responden pada PT Lonsum dalam memenuhi kebutuhan tersier adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat memenuhi sebanyak 0%. Responden yang menjawab memenuhi sebanyak 0%. Responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak 0%. Dan responden yang menjawab tidak dapat memenuhi sebanyak 100%. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak ada responden buruh pada PT Lonsum yang dapat memenuhi kebutuhan tersier mereka.

4.6.3 Interaksi Sosial Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Berdasarkan hasil tabel bagian lampiran dapat dilihat bahwa nilai mean tertinggi pada buruh PT Lonsum adalah dengan membatasi interaksi dengan pekerja berbeda kasta (mean 3.95 dan standat deviasi 0.54) dan nilai mean terendah adalah memanfaatkan waktuk luang mengikuti kegiatan bakti sosial (mean 3.00 dan standat deviasi 1.09). Dari hasil nilai mean tertinggi diketahui bahwa sebanyak 20 orang (95.2%) responden menjawab sangat sering dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah melakukan interaksi dengan sesama buruh/pekerja. Sementara dari mean terendah dapat dilihat bahwa sebanyak 42.9% responden menjawab kadang – kadang dan 9.5% responden menjawab tidak pernah memanfaatkan waktu luang mengikuti kegiatan bakti sosial.

Berdasarkan tabel di bawah dapat diketahui bahwa frekuensi responden buruh pada PT Lonsum dalam melakukan interaksi dengan sesama buruh adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat sering sebanyak 20 orang (95.2%). Responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 1 orang (4.8%).


(40)

Tidak ada responden yang menjawab jarang dan tidak pernah melakukan interaksi dengan sesama buruh. Tabel di bawah memperlihatkan bahwa responden buruh pada PT Lonsum sagat sering berinteraksi kepada sesama pekerja atau sesama buruh. Seperti yang diungkapkan salah satu responden buruh pada PT Lonsum berikut ini :

“….kita sering melakukan interaksi apalagi kita sesama pekerja lapangan, diluar pekerjaan kita juga selalu berinteraksi dengan baik. Karna kita kan juga satu kompleks dengan para pekerja lainnya…”.

Jawaban responden buruh pada PT Lonsum dalam tidak membatasi interaksi dengan orang – orang yang memiliki kasta lebih tinggi/rendah adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 19 orang (90.5%). Responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 2 orang (9.5%). Responden yang menjawab jarang dan tidak pernah sebanyak 0%. Dapat dilihat dari tabel di bawah, rata – rata responden buruh pada PT Lonsum tidak membati interaksi dengan kasta yang lebih tinggi atau lebih rendah dari status mereka. Seperti yang diungkapakan salah satu buruh pada PT Lonsum berikut ini:

“….antara atasan dan bawahan kita tetap berinteraksi dan saya

rasa harus terjalin hubungan yang baik antara atasan dengan bawahaan agar tetap menghasilkan kinerja yang baik pula…’

Dalam menghadiri kegiatan yang dilaksanakan masyarakat seperti: arisan, wiritan, pesta pernikahan, responden buruh PT Lonsum tidak ada yang tidak pernah menghadiri kegiatan. Responden yang menjawab sangat sering sebanyak 14 orang (66.7%). Responden yang menjawab kadang - kadang sebanyak 5 orang


(41)

(23%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 2 orang (9.5%). Rata – rata responden buruh PT Lonsum menjawab sering menghadiri kegiatan – kegiatan masyarakat. Bagi buruh PT Lonsum mengikat tali silaturahmi itu sangat penting, karna bagi mereka hidup itu saling membutukan antara satu dengan lainnya.

Dalam menghadiri kegiatan – kegiatan keagamaan dan hari – hari besar seperti perayaan 17 Agustus, responden buruh PT Lonsum menjawab sangat sering sebanyak 14 orang (66.7%). Responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 7 orang (33.3%). Tidak ada responden yag tidak pernah menghadiri kegiatan dan perayaan 17 Agutusan. Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa rata – rata responden buruh PT Lonsum sangat sering mengikuti kegiatan. Seperti yang disampaikan salah satu responden buruh PT Lonsum berikut ini:

“….Perayaan 17 Agutusan itu wajib buat kita hadiri dari mulai acara baris ber-baris sampai pada kegiatan hiburang yang diselenggarakan oleh masyarakat kompoleks. Kegiatan keagamaan juga rutin diikuti sesuai dengan agama yang dianut masing – masing….”.

Frekuensi responden buruh PT Lonsum dalam waktu luang untuk berbaur dengan masyarakat sekitar, dan melakukan kegiatan – kegiatan seperti berolahraga atau hobby bersama adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat sering sebanyak 6 orang (28.6%). Responden yang menjawab sering sebanyak 12 orang (57.1%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 1 orang (4.8%). Responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 2 orang (9.5%). Dapat dilihat dari tabel bahwa rata – rata responden jarang meluangkan waktu luang nya untuk berbaur dengan masyarakat sekitar dikarenakan responden buruh


(42)

PT Lonsum sudah lelah seharian bekerja sehingga memanfaatkan waktu luang untuk beristirahat dirumah saja.

Dapat dilihat dari tabel lampiran juga bahwa ada sebanyak 13 orang responden yang jarang memanfaat kan waktu luang nya untuk berbaur dikarenakan sudah kelelahan dalam pekerjaan. Kebanyakan dari responden adalah buruh kasar atau pekerja lapangan, sehingga memanfaatkan waktu luang nya untuk beristirahat, atau hanya sekedar bercerita – cerita ke rumah tetangga. Ada sebanyak 14 orang yang tidak pernah melakukan kegiatan seperti: berolahraga, atau hobby bersama dikarenakan mereka tidak memiliki minat atau hobby yang membuat mereka mengikuti kegiatan – kegiatan olahraga, sehingga memanfaatkan waktu luang nya untuk tetap berada di rumah atau sekedar berkumpul – kumpul dipekarang rumah saja bersama warga yang lain.

Frekuensi responden buruh PT Lonsum, keterbukaan satu sama lain dalam memberikan informasi yang ada terkait tentang pekerjaan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat terbuka sebanyak 18 orang (85.7%). Responden yang menjawab terbuka sebanyak 2 orang (9.5%). Responden yang menjawab kurang terbuka sebanyak 1 orang (4.8%). Tidak ada responden yang menjawab tidak terbuka.

Tabel pada bagian lampiran memperlihatkan bahwa responden PT Lonsum dengan ringan hati memberikan informasi yang ada terhadap masyarakat sekitar adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 20 orang (95.2%). Dan responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang (4.8%).


(43)

Dalam memanfaatkan waktu luang dengan mengikuti kegiatan bakti sosial, responden buruh PT Lonsum yang menjawab sangat sering sebanyak 7 orang (33.33%). Responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 9 orang (42.9%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 3 orang (14.3%). Responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 2 orang (9.5%).

Dalam hubungan yang harmonis, seberapa sering responden berinteraksi dengan buruh yang memiliki kasta lebih tinggi maupun kasta lebih rendah, responden buruh PT Lonsum yang menjawab sangat sering sebanyak 13 orang (61.9%). Responden yang menjawab sering sebanyak 3 orang (14.3%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 5 orang (23.8%). Responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 0%. Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa responden buruh PT Lonsum banyak menjawab sangat sering dan sering berinteraksi dengan atasan maupun bawahan mereka dalam status pekerjaan. Seperti penyataan salah satu responden buruh pada PT Lonsum berikut ini:

“….hubungan dengan atasan / bos sangat harmonis nak, karna hampir setiap hari kita bertemu dan tidak mungkin kalau kita tidak memiliki hubungan yang baik. Bapak dengan atasan selalu bertegur sapa, tidak hanya dalam urusan pekerjaan saja….”.

Dalam menjalin hubungan yang harmonis, seberapa sering sesama buruh berinteraksi. Responden buruh PT Lonsum yang menjawab sangat sering sebanyak 5 orang (23.8%). Responden yang menjawab sering sebanyak 14 orang (66.7%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 1 orang (4.8%). Responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 1 orang (4.8%). Dapat dilihat dari tabel lampiran bahwa rata-rata responden buruh PT Lonsum menjawab sering


(44)

melakukan interaksi dengan sesama buruh atau sesama golongan dikarenakan mereka tinggal dalam satu kompleks perumahan dan selalu bertemu baik dalam lingkungan pekerjaan maupun diluar lingkungan pekerjaan.

4.7 Kondisi Sosial Buruh PT Perkebunan Nusantara IV Unit Padang

Matinggi

4.7.1 Pendidikan Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Jawaban respoden buruh PTPN IV pada tabel lampiran menunjukan bahwa nilai mean tertinggi adalah penanaman nilai-nilai kepada anak bahwa pendidikan itu penting sebagai penyiapan tenaga kerja (mean 3.69 dan standar deviasi 0.5), dan nilai mean terendah adalah puas dengan pendidikan terakhir yang dimiliki (mean 2.20 dan standar deviasi 0.95). Dari hasil nilai mean tertinggi diketahui bahwa sebanyak 70.3% responden menjawab sangat setuju dan tidak ada responden menjawab tidak setuju menanamkan nilai – nilai kepada anak bahwa pendidikan penting sebagai penyiapan tenaga kerja, sementara dari nilai mean terendah dapat dilihat bahwa sebanyak 46.9% responden menjawab setuju dan 3.1% responden menjawab sangat setuju puas dengan pendidikan terakhir yang dimiliki. Penanaman nilai-nilai terhadap anak bahwa pendidikan penting dilakukan dengan meluangkan waktu orang tua kepada anak-anak, dan memberikan gambaran-gambaran kepada anak tentang pendidikan sebagai modal dalam bertahan hidup. Parah buruh sekalu orang tua, tidak bosan-bosan memberikan pengarahan terhadap anak mereka agar tetap semangat belajar dan meraih cita-cita setinggi mungkin. Terkadang orang tua juga tak jarang memberikan dongeng-dongen singkat terhadap anak meraka yang intinya memberikan gambaran bahwa pendidikan memanusiakan manusia.


(45)

Adapun frekuensi responden buruh pada PTPN IV dalam pendidikan merupakan hal yang sangat penting adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 41 orang (64.1%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 17 orang (26.6%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 6 orang (9.4%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 0 orang (0%). Dan jawaban responden tersebut dapat diketahui bahwa responden buruh.

Responden buruh pada PTPN IV dalam pendidikan memberikan posisi pekerjaan yang sesuai adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju 27 orang (42.2%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 28 orang (43.8%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 5 orang (7.8%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 4 orang (6.3%). Dan jawaban responden pada tabel dibawah diketahui bahwa rata –rata responden pada buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV setuju bahwa pendidikan memberikan posisi pekerjaan yang sesuai. Seperti yang dikemukakan oleh salah saru responden pada buruh PTPN IV berikut ini:

“…ya kalau bukan karna pendidikan mana mungkin om bisa kerja

dikantoran dek, ini apa apa kalau tentang komputer apalagi olah2 data selalu om yang di panggil, lumayan juga dapat – dapat uang masuk (lembur). Om juga ini sambil – sambil kuliah dek….”

Adapun jawaban responden buruh PTPN IV dalam mengupayahkan pendidikan terbaik buat anak adalah sebagai berikut ; responden yang menjawab sangat mengupayahkan sebanyak 45 orang (42.2%). Responden yang menjawab mengupayahkan sebanyak 17 orang (26.6%). Responden yang menjawab


(46)

sekedarnya sebanyak 2 orang (3.1%). Dan tidak ada responden yang tidak mengupayakan pendidikan untuk anaknya. Dan tabel dibawah dapat dilihat bahwa rata – rata responden buruh pada PT Lonsum dan buruh pada PTPN IV menjawab sangat mengupayahkan dalam memberikan pendidikan terbaik untuk anak mereka. Seperti pernyataan salah satu responden pada PTPN IV berikut ini :

“….bapak walaupun hanya tamatan SMA/sederajat, kalau bisa

jangan lah pula sampai anak bapak juga sama seperti bapak. Hahah setidaknya S1. Anak bapak juga bapak berikan pelajaran tambahan tidak hanya disekolah tapi juga bapak les kan dia supaya jago berbahasa inggris dan ahli komputer…..’.

Sementara dalam hal pendidikan berpengaruh membantu memperbaiki keadaan ekonomi responden PTPN IV yang menjawab sangat setuju sebanyak 30 orang (46.9%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 25 orang (39.1%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 6 orang (9.4%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 3 orang (4.7%). Dan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata- rata responden pada buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV menjawab sangat setuju pendidikan membantu memperbaiki keadaan ekonomi. Seperti pernyataan salah satu responden pada buruh PTPN IV sebagai berikut:

“…kalau saja saya sekolah bagus –bagus dulu pasti saya tidak

akan kerja dilapangan gini nak, saya juga tidak paham memainkan komputer. Waktu itu ada penawaran kerja di kantor besar Emplasmen bagi karyawan yang sudah lama mengabdi tapi saya tidak ikuti karna syaratnya harus mengerti pembukuan dan mengunakan MS.Excel…”.


(47)

Sementara dalam hal kepuasan dengan pendidikan terakhir yang dimiliki responden PTPN IV yang menjawab sangat puas sebanyak 2 orang (3.1%). Responden yang menjawab puas sebanyak 30 orang (46.9%). Responden yang menjawab kurang puas sebanyak 11 orang (17.2%). Responden yang menjawab tidak puas sebanyak 21 orang (32.8%). Buruh pada PTPN IV hampir rata – rata merasa puas dengan pendidikan terakhir yang dimiliki.

Sementara frekuensi responden pada buruh di PTPN IV dalam pendidikan mempengaruhi hubungan baik dengan lingkungann adalah sebagai berikut: responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 10 orang (15.6%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 23 orang (35.6%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 14 orang (21.9%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 17 orang (26.6%). Dapat dilihat bahwa rata – rata responden pada buruh PT Lonsum dengan buruh pada PTPN IV menjawab setuju pendidikan mempengaruhi hubungan baik dengan lingkungan. Seperti pernyataan salah satu responden pada PTPN IV sebagai berikut:

“….malas juga lah nak orang berkawan sama kita kalau kita

bodoh dan tidak tau apa – apa, nanti ada yang mau tanyak – tanyak apalagi soal kerjaan terus kita tidak tau kan jadi repot….”.

Responden buruh pada PTPN IV dalam penanaman nilai – nilai bahwa pendidikan penting sebagai penyiapan tenaga kerja, responden menjawab sangat setuju sebanyak 45 orang (70.3%). Responden menjawab setuju sebanyak 18 orang (28.1%). Responden menjawab kurang setuju sebanyak 1 orang (1.6%). Dan tidak ada responden yang menjawab tidak setuju dalam penanaman nilai – nilai bahwa pendidikan penting sebagai penyiapan tenaga kerja. Dan jawaban


(48)

responden pada tabel diatas diketahui bahwa rata – rata responden pada buruh PT Lonsum dengan buruh pada PTPN IV sangat setuju dalam menanamkan nilai – nilai pentingnya pendidikan kepada anak sebagai penyiapan tenaga kerja. Seperti pernyataan salah satu responden di PT Lonsum sebagai berikut:

“….kalau itu selalu saya ingkat kan sama anak – anak bapak,

supaya rajin – rajin sekolah dan belajar, karna semakin sulit kita cari kerja. Sarjana – sarjana saja banyak yg susah cari kerja apalagi kalau hanya tamatan SMA kan nak? Kalau mau jadi budak ya itu lain urusannya, tapi mana ada orang tua yang mau hidup anaknya susah dikemudian hari…..”.

Berdasarkan tabel lampiran dapat diketahui frekuensi responden buruh pada PTPN IV, selektif memilih pasangan hidup dalam hal pendidikan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 10 orang (15.6%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 25 orang (39.1%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 18 orang (28.1%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 11 orang (17.2%). Pada responden buruh di PTPN IV rata – rata menjawab setuju selektif memilih pasangan hidup dalam hal pendidikan, hal ini dikarenakan mereka menyadari bahwa pasangan yang berpendidikan akan melahirkan generasi – generasi yang baik. Seperti yang dikemukakan salah satu responden buruh pada PTPN IV sebagai berikut:

“….kalau bisa harus berpendidikan juga, setidaknya setara

dengan pendidikan saya (suami/istri). Kalau berpendidikan kan kita bisa sama – sama bekerja buat biaya hidup dan kebutuhan sekolah anak – anak….”.


(49)

4.7.2 Sosial-Ekonomi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Responden buruh pada PTPN IV pada tabel lampiran menunjukan bahwa nilai mean tertinggi adalah mengutamakan SMK3 (mean 3.83 dan standar deviasi 0.38) dan nilai mean terendah adalah upah cukup untuk memenuhi kebutuhan tersier (mean 1.14 dan standr deviasi 0.46). Dari hasil ini mean tertinggi dapat dilihat bahwa sebanyak 81.3% responden menjawab sangat setuju dan sebanyak 0% menjawab tidak setuju dalam mengutamakan SMK3, sementara dari hasil mean terendah dapat dilihat bahwa responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 87.5% dan sebanyak 4.7% menjawab setuju upah yang diperoleh cukup memenuhi kebutuhan tersier.

Adapun frekuensi responden buruh pada PTPN IV dari sisi strategis letak perumahan yang disediakan perusahaan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 16 orang (25%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 41 orang (64.1%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 7 orang (10.9%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 0%. Dari jawaban responden tersebut dapat diketahui bahwa responden buruh pada PT Lonsum dengan buruh pada PTPN IV lebih banyak menjawab sangat setuju atau setuju strategis letak perumahan yang disediakan perusahaan.

Jawaban responden buruh pada PTPN IV dari fasilitas kesehatan yang disediakan perusahaan telah memenuhi standat kebutuhan pengobatan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat memenuhi sebanyak 13 orang (20.3%). Responden yang menjawab memenuhi sebanyak 32 orang (50%). Responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak 18 orang (28.1%). Responden yang menjawab tidak memenuhi sebanyak 1 orang (1.6%). Dari


(50)

jawaban responden tersebut dapat diketahui bahwa 70.3% responden buruh pada PTPN IV merasa fasilitas yang tersedia telah mampu memenuhi kebutuhan pengobatan. Seperti yang dikemukakan salah satu responden pada buruh PTPN IV berikut ini :

“…sudah sangat baik, karna perusahaan sangat mengutamakan

kesehatan dan keselamatan pekerja nya. Perusahaan mendirikan sebuah Rumah Sakit khusus karyawan/karyawati dengan gratis dan terbuka juga untuk masyarakat umum. Kalau pasien tidak sanggup ditangani akan di rujuk ke Rumah Sakit yang ditentukan Perusahaan, cth: RS. Pabatu, RS. Permata Bunda, RS. Colombia, dll….”.

Jawaban responden pada PTPN IV terhadap penghasilan dapat memenuhi melanjutkan pendidikan anak ke jenjang lebih tinggi adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat memenuhi sebanyak 2 orang (3.1%). Responden yang menjawab memenuhi sebanyak 31 orang (48.4%). Responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak 18 orang (28.1%). Responden yang menjawab tidak memenuhi sebanyak 1 orang ( 1.6%). Dari jawaban responden pada buruh PTPN IV dapat dilihat bahwa rata – rata responden menjawab dapat memenuhi kebutuhan melanjutkan pendidikan anak mereka ke jenjang lebih tinggi Adapun jawaban responden buruh pada PTPN IV dalam kondisi perumahan sesuai dengan kebutuhan (air, listrik, pembungan limbah) adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat baik sebanyak 14 orang (21.9%). Responden yang menjawab baik sebanyak 48 orang (75%). Responden yang menjawab kurang baik sebanyak 2 orang (3.1%). Tidak ada responden yang


(51)

menjawab tidak baik. Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa responden buruh pada PT Lonsum dengan buruh pada PTPN IV tidak ada yang menjawab tidak baik atas kondisi perumahan sesuai dengan kebutuhan. Berikut di bawah ini adalah kondisi perumahan PTPN IV Unit Padang Matinggi

Gambar 4.2 Perumahan PTPN IV

Sementara jawaban responden buruh pada PTPN IV terhadap bantuan pendidikan, asuransi kesehatan yang disediakan perusahaan telah sesuai dengan yang diharapkan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat sesuai sebanyak 11 orang (17.2%). Responden yang menjawab sesuai sebanyak 52 orang (81.3%). Responden yang menjawab kurang sesuai sebanyak 1 orang (1.6%). Responden yang menjawab tidak sesuai sebanyak 0%. Seperti pernyataan salah satu buruh pada PTPN IV sebagai berikut:

“…PTPN IV itu beri bantuan pendidikan kepada anak – anak karyawan nya, batasnya sampai 3 anak, bantuan pendidikan yang diberikan sampai pada tahap melanjut ke perguruan tinggi. Kalau soal asuransi kesehatannya itu tidak hanyak diberikan kepada


(52)

karyawannya saja, tetapi juga diberikan ke pada anak – anak dari karyawan. Namun sekarang kan sudah di BPJS kan…”

Adapun responden buruh pada PTPN IV dalam mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan seperti gotong – royong, jaga malam adalah sebagai berikut; responden yang menjawab selalu mengikuti sebanyak 48 orang (75%). Responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 10 orang (15.6%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 5 orang (7.8%). Responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 1 orang (1.6%). Dari tabel di bawah dapat dilihat bahwa responden buruh pada PTPN IV rata – rata menjawab selalu mengikuti kegiatan yang diselenggarakan, sama hal nya dengan responden buruh pada PT Lonsum.

Sementara resonden buruh pada PTPN IV dalam Perusahaan menyediakan koperasi bagi pekerjanya dengan pinjaman bunga yang tidak membebani adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat tidak membebanin sebanyak 38 orang (59.4%). Responden yang menjawab tidak membebani sebanyak 25 orang (39.1%). Responden yang menjawab lumayan membebani sebanyak 1 orang ( 1.6%). Tidak ada responden yang menjawab sangat membebani dengan bunga pinjaman yang diberikan perusahaan. Sama hal nya dengan responden buruh pada PT Lonsum, buruh pada PTPN IV juga rata –rat menjawab tidak membebani koperasi yang tersedia. Menurut mereka keberadaan koperasi sangat membantu.

Adapun jawaban responden buruh pada PTPN IV dalam menggunakan koperasi yang disediakan Perusahaan dengan pinjaman adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat sering meminjam sebanyak 39 orang (60.9%). Responden yang menjawab sering meminjam sebanyak 9 orang ( 14.1%).


(53)

Responden yang menjawab jarang meminjam sebanyak 9 orang (14.1%). Responden yang menjawab tidak pernah meminjam sebanyak 7 orang (10.9%). Dan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata – rata responden buruh pada PT Lonsum maupun buruh pada PTPN IV menjawab sering meminjam ke koperasi yang di sediakan Perusahaan.

Jawaban responden buruh pada PTPN IV dalam Perusahaan telah dengan baik memberikan bantuan dan santunan kepada para pekerjanya adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat baik sebanyak 41 orang (64.1%). Responden yang menjawab baik sebanyak 22 orang (3.4%). Responden yang menjawab kurang baik sebanyak 1 orang (1.6%). Tidak ada responden yang menjawab tidak baik dalam bantuan dan santunan perusahaan. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang menjawab tidak baik pada Perusahaan dalam memberikan bantuan dan santunan. Seperti yang dinyatakan salah satu responden pada buruh PTPN IV berikut ini:

“….bantuan yang diberikan Perusahaan sudah sangat baik bagi pekerjanya, seperti beasiswa pada anak karyawan yang berprestasi, bantuan pendidikan sampai pada tahap perguruan tinggi, bantuan kesehatan, bantuan sandang pangan juga Perusahaan berikan pada pekerjannya. Santunan nya juga baik nak, Perusahaan akan memberikan dana kemalangan bagi keluarga yang ditinggal mati oleh buruh atau karyawan. Dalam mendekati hari – hari besar keagamaan Perusahaan juga memberikan santunan ke Panti –panti ….”.


(54)

Adapun jawaban responden buruh pada PTPN IV dalam mengutamakan SMK3 adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat mengutamakan sebanyak 52 orang (81.3%). Responden yang menjawab mengutamakan sebanyak 12 orang (18.8%). Tidak ada responden yang menjawab kurang mengutamakan dan responden yang menjawab tidak mengutamakan. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata – rata responden buruh pada PTPN IV menjawab sangat mengutamakan keselamatan para pekerjannya. Seperti pernyataan salah satu responden pada buruh PTPN IV berikut ini:

“….Unit Usaha di lingkungan PTPN IV (Persero) sudah mendapatkan sertifikat dan bendera emas dalam menyelenggarakan SMK3, sudah jelas kalau Perusahaan telah sangat mengutamakan keselamatan pekerjanya…”.

Sementara responden buruh pada PTPN IV dalam memenuhi kebutuhan sekunder adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat memenuhi sebanyak 6 orang (9.4%). Responden yang menjawab memenuhi sebanyak 36 orang (56.3%). Responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak 22 orang (34.3%). Tidak ada responden yang menjawab tidak memenuhi kebutuhan sekunder nya. Buruh pada PTPN IV lebih banyak menjawab dapat memenuhi kebutuhan sekunder mereka.

Responden buruh pada PTPN IV dalam memenuhi kebutuhan primer adalah sebagi berikut; responden yang menjawab sangat memenuhi sebanyak 5 orang (7.8%). Responden yang menjawab memenuhi sebanyak 49 orang (76.7%). Responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak 9 orang (4.1%). Responden yag menjawab tidak memenuhi sebanyak 1 orang (1.6%). Dari tabel di


(55)

atas dapat dilihat bahwa ada 4.1% responden yang kurang memenuhi kebutuhan primer, dikarnakan mereka memiliki pekerjaan sebagai buruh kasar dan memiliki tanggungan melebihi pendapatan. Seperti pernyataan salah satu buruh dari PTPN IV berikut ini:

“….kurang memenuhi nak karna anak bapak saja ada 5 orang,

jadi pendapatan dari hasil bapak kerja tidak cukup. Syukurnya saja anak – anak bapak bisa mandiri bantu – bantu ibu nya dipasar berjualan….”

Sementara jawaban responden buruh pada PTPN IV dalam memenuhi kebutuhan tersier adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat memenuhi sebanyak 0%. Responden yang menjawab memenuhi sebanyak 3 orang (4.7%). Responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak 5 orang (7.8%). Responden yang menjawab tidak memenuhi sebanyak 56 orang (87.5%). Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa rata – rata jawaban responden tidak dapat memenuhi kebutuhan tersier mereka, namun masih ada sebanyak 4.7% yang dapat memenuhi kebutuhan tersier. Seperti penyataan salah satu buruh prpfesionel di PTPN IV berikut ini:

“…..lumanyan memenuhi, kalau secara keseluruhan pendapatan serta bonus disatukan dalam setahun nya…”

4.7.3 Interaksi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Responden buruh pada PTPN IV pada tabel di bagian lampiran menunjukan bahwa nilai mean tertinggi adalah ketersediaan memberikan informasi yang ada terhadap masyarakat sekitar (3.98 dan standat deviasi 0.12) dan nilai mean terendah adalah waktu luang digunakan untuk berbaur denagn


(56)

masyarakat (mean 2.61 dan standat deviasi 1.09). Dari hasil nilai mean tertinggi dapat dilihat bahwa sebanyak 63 orang (98.4%) responden menjawab sangat sering atau terbuka dan sebanyak 1 orang (1.6%) responen menjawab tidak pernah memberikan informasi yang ada terhadap masyarakat sekitar, sementara dari mean terendah dapat dilihat bahwa sebanyak 25% responden menjawab sangat sering dan sebanyak 21.9% responden menjawab tidak pernah waktu luang nya digunakan untuk berbaur dengan masyarakat sekitar.

Adapun frekuensi responden buruh pada PTPN IV dalam melakukan interaksi dengan sesama buruh adalah sebagai berikut: responden yang menjawab sangat sering sebanyak 55 orang (85.9%). Responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 8 orang (12.5%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 1 orang (1.6%). Tidak ada responden yang menjawab tidak pernah melakukan interaksi. Dapat dilihat dari tabel di bawah, bahwa buruh pada PT Lonsum dan buruh pada PTPN IV sangat sering berinteraksi dengan sesama pekerja/buruh.

Jawaban responden buruh pada PTPN IV dalam tidak membatasi interaksi dengan orang – orang yang memiliki kasta lebih tinggi/rendah adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 59 orang (92.2%). Responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 2 orang (3.1%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 2 orang (3.1%). Responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 1 orang (1.6%). Dari tabel di bawah dapat dilihat rata – rata responden buruh pada PTPN IV tidak membatasi interaksi atau hubungannya dengan buruh yang memiliki kasta berbeda. Tidak ada perbedaan secara segnifikan dalam tidak membatasi interaksi di antara buruh PT Lonsun dan buruh PTPN IV.


(57)

Adapun jawaban responden buruh PTPN IV dalam menghadiri kegiatan yang dilaksanakan masyarakat seperti: arisan, wiritan, pesta pernikahan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat sering sebanyak 45 orang (70.3%). Responden yang menjawab kadang –kadang sebanyak 15 orang (23.4%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 4 orang (6.3%). Responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 0%. Tabel di atas memperlihatkan bahwa responden buruh PTPN IV sama hal nya dengan responden buruh PT Lonsum, seperti yang terlihat rata –rata responden buruh PTPN IV sangat sering menghadiri kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Seperti pernyataan salah satu buruh PTPN IV sebagai berikut:

“….kalau kegiatan – kegiatan seperti arisan, wiritan, pesta – pesta itu harus dihadiri, apalagi kalau yg melaksanakan kegiatan masyarakat sekitar kompleks perumahan. Kalau misalkan ada halangan, kita selalu kirim amlop melalui teman yang lain….”

Adapun jawaban dari responden buruh PTPN IV dalam menghadiri kegiatan – kegiatan keagamaan dari hari – hari besar seperti perayaan 17 Agustus adalah sebagai berikut; responen yang menjawab sangat sering sebanyak 58 0rang (90.6%). Responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 3 orang (4.7%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 2 orang (3.1%). Responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 1 orang (1.6%). Buruh PTPN IV menjawab sangat sering sebanyak 90.6%, dalam Perusahaan PTPN IV di wajib kan untuk mengikuti kegiatan perayaan 17 Agustus, karna sudah menjadi ketentuan dan peraturan bagi seluruh pekerja untuk mengikuti kegiatan 17 Agustus.


(58)

Adapun jawaban responden buruh PTPN IV dalam waktu luang untuk berbaur dengan masyarakat sekitar, dan melakukan kegiatan – kegiatan seperti berolahraga dan hobby bersama adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat sering sebanyak 16 orang (25%). Responden yang menjawab sering sebanyak 21 orang (32.8%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 13 orang (20.3%). Responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 14 orang (21.9%). Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa ada sebanyak 16 orang yang sangat sering memanfaatkan waktu luang nya untuk berbaur dengan alasan sebagai berikut:

“….seperti bapak dan kawan – kawan yang sehobby, kita punya jadwal dalam seminggu selama 3 kali pertemuan untuk melakukan kegiatan olahraga. Sesekali kita juga pergi keluar kota untuk memancing, bahkan pernah kita sampai keluar pulau…..”

Jawaban responden buruh PTPN IV atas ringan hati dalam memberikan informasi yang ada terhadap masyarakat sekitar adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 63 orang (98.4%). Dan responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang (1.6%). Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa hampir secara keseluruhan responden buruh PT Lonsum dengan buruh PTPN IV tidak memiliki perbedaan dalam keringanan hari memberikan informasi yang ada terhadap masyarakat sekitar.

Dalam hal keterbukaan satu sama lain memberikan informasi yang ada terkait tentang pekerjaan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat terbuka sebanyak 55 orang (85.9%). Responden yang menjawab terbuka sebanyak 8 orang (12.5%). Responden yang menjawab kurang terbuka sebanyak 1


(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Manfaat Penelitian... 9

1.5 Definisi Konsep ... 10

1.6 Operasionalisasi Variabel ... 13

BAB II TINJAUAN OUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kondisi Sosial ... 16

2.2 Pendidikan ... 16

2.3 Sosial-Ekonomi ... 18

2.4 Interaksi Sosial ... 19

2.4.1 Keterbukaan Sosial ... 20

2.4.2 Solidaritas Sosial ... 22

2.5 Kerangka Teori... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Lokasi Penelitian ... 29

3.2.1 Sejarah Singkat PT Lonsum ... 30


(2)

vi

3.3.1 Populasi ... 33

3.3.2 Sampel ... 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.5 Teknik Analisis Data ... 36

3.5.1 Analisis Tabel Tunggal ... 36

3.5.2 Uji-T ... 37

3.5.3 Kategorisasi ... 38

3.5.4 Crosstabulasi ... 39

3.6 Keterbatasan Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 41

4.1.1 Sejarah Singkat PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. .... 41

4.1.1.1 Lokasi dan Batas Wilayah Divisi 03 Sei Bejangkar 42 4.1.2 Sejarah Singkat PT Perkebunan Nusantara IV ... 42

4.1.2.1 Lokasi dan Batas Wilayah Unit Padang Matinggi .. 42

4.2 Komposisi Buruh/Pekerja ... 45

4.3 Deskripsi Fasilitas dan Prasarana yang Disediakan Perusahaan ... 45

4.3.1 PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. ... 45

4.3.2 PT Perkebunan Nusantara IV ... 46

4.4 Karakterisrik Responden ... 47

4.5 Identitas Responden ... 47

4.6 Kondisi Sosial PT PP London Sumatra Idonesia Tbk. Divisi 03 .. 53

4.6.1 Pendidikan Sebagai Ukuran Kondisi Sosial ... 53

4.6.2 Sosial-Ekonomi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial ... 57

4.6.3 Interaksi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial ... 63

4.7 Kondisi Sosial PT Perkebunan Nusantara IV Unit Padang Matingggi ... 68

4.7.1 Pendidikan Sebagai Ukuran Kondisi Sosial ... 68

4.7.2 Sosial-Ekonomi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial ... 73

4.7.3 Interaksi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial ... 79


(3)

4.9 Kategorisasi dan Crosstabulasi Data PT PP LondonSumatra Indonesia ... 85 4.10 Kategorisasi dan Crosstabulasi Data PT Perkebunan Nusantara

IV ... 90 4.11 Perbandingan Kondisi Sosial Buruh ... 95 4.12 Pembahasan ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 105 5.2 Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(4)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kondisi Sosial ... 13

Tabel 1.2 Variabel (x) Kondisi Sosial ... 14

Tabel 1.3 Variabel (y) Buruh PT Lonsum dengan Buruh PTPN IV ... 15

Tabel 4.1 Data Buruh Berdasarkan Perusahaan ... 45

Tabel 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 47

Tabel 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Perusahaan ... 48

Tabel 4.4 Status Pekerjaan Responden... 48

Tabel 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 49

Tabel 4.6 Penghasilan Responden ... 50

Tabel 4.7 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 51

Tabel 4.8 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pasangan Responden ... 51

Tabel 4.9 Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 52

Tabel 4.10 Identitas Responden Berdasarkan Agama... 53

Tabel 4.11 Hasil Uji Reabilitas ... 85

Tabel 4.12 Kategorisasi Pendidikan Responden PT Lonsum ... 85

Tabel 4.13 Kategorisasi Sosial-Ekonomi Responden PT Lonsum ... 86

Tabel 4.14 Kategorisasi Interaksi Responden PT Lonsum ... 86

Tabel 4.15 Crosstabulasi Responden PT Lonsum Pendidikan * Pekerjaan ... 87


(5)

Tabel 4.17 Crosstabulasi Responden PT Lonsum Usia * Penghasilan ... 89

Tabel 4.18 Kategorisasi Pendidikan Responden PTPN IV ... 90

Tabel 4.19 Kategorisasi Sosial-Ekonomi Responden PTPN IV ... 91

Tabel 4.20 Kategorisasi Interaksi Responden PTPN IV ... 91

Tabel 4.21 Crosstabulasi Responden PTPN IV Pendidikan * Pekerjaan ... 92

Tabel 4.22 Crosstabulasi Responden PTPN IV Pendidikan * Penghasilan ... 93

Tabel 4.23 Crosstabulasi Responden PTPN IV Usia * Penghasilan ... 94

Tabel 4.24 Perbandingan Tiga Variabel PT Lonsum dengan PTPN IV ... 95

Tabel 4.25 Kategorisasi Pendidikan Data Responden Gabungan PT Lonsum dengan PTPN IV ... 96

Tabel 4.26 Kategorisasi Sosial-Ekonomi Data Responden Gabungan PTLonsum dengan PTPN IV ... 97

Tabel 4.27 Kategorisasi Interaksi Data Responden Gabungan PT Lonsum dengan PTPN IV ... 97

Tabel 4.28 Crosstabulasi Data Responden PT Lonsum dengan PTPN IV | Penghasilan * Perusahaan ... 98

Tabel 4.29 Crosstabulasi data RespondenPT Lonsum dengan PTPN IV | Pendidikan * Penghasilan... 99


(6)

x

DAFTAR GAMBAR

Tabel 4.1 Perumahan PT Lonsum ... 59 Tabel 4.2 Perumahan PTPN IV ... 75


Dokumen yang terkait

Analisis Sistem Pemasaran Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kec. Tigapanah, Kab. Karo)

1 24 71

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 30 91

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Semangat Kerja Karyawan di Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Padang Matinggi Kab. Simalungun

2 18 116

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 0 10

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 1 8

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 1 10

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 1 2

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 1 5

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Semangat Kerja Karyawan di Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Padang Matinggi Kab. Simalungun

0 0 8

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Semangat Kerja Karyawan di Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Padang Matinggi Kab. Simalungun

0 0 1